Minggu, 19 Oktober 2014

Dia adalah....

Soe sama tidak tahunya, kenapa ia ada disana dan dibawah pohon apa ia bersandar. Yang disadarinya hanyalah ia sudah menggelar tikar, menghidupkan si Oren di suatu tempat. Entahlah, serupa taman, atau tempat piknik, ya semacam itu. Hari itu, tak banyak pengunjung disana.

Tarian jari jemarinya diatas tuts menuangkan segala imajinasinya. Mengalir begitu saja dan semakin lancar saat bertambah dengan sore yang hangat.

Namun ternyata ada seseorang tak jauh dari tempatnya menulis. Soe menoleh sejenak. Lelaki itu sedang memangku netbook, juga berwarna oranye. Ia tidak sedang menulis, tetapi memerhatikan tiga orang dikejauhan. Seorang wanita berjilbab dengan dua anak berusia sekolah dasar, sepertinya. Bisa ditebak kan, besar kemungkinan itu keluarga kecilnya.

Semakin lama memerhati, semakin ada yang aneh. Lelaki itu, bukanlah sesosok yang asing. Ya, ia kenal lelaki itu.

Merasa ada yang memerhatikan, lelaki itu mengarah pandang ke Soe. Ia sempat ragu dan heran sejenak. Lantas mengangguk kecil, karena ternyata juga kenal akan Soe.
Tak salah lagi, dia adalah...., tukas Soe membatin.

..........
"Sudahlah, tunggu apa lagi?"
Lelaki itu memulai percakapan. Soe bungkam. Pertanyaan itu selalu menggelayuti hatinya belakangan ini.
"Dia telah memenangkan hatimu, bukan? Dalam pintamu kepada Rabb, hati kecilmu selalu menyebut-nyebut namanya, kan?"

Soe masih diam.

"Wajahnya memang jauh dari kecantikan Zulaika. Bukan pula seorang hartawan seperti Khadijah, dan ketangguhannya hampir berbanding terbalik dengan Fatimah. Namun, ia berhasil menjadi ibu yang sempurna bagi anak-anak kami. Istri yang terbaik bagiku. Insya Allah."

Soe menyebut nama itu dalam hatinya, "mungkinkah dia?"

Lelaki itu melanjutkan, "Dan dirimu tak setampan nabi Yusuf, tak bergelimang harta layaknya Usman ibnu Affan, dan seperkasa Ummar ibnu Khattab. Aku yakin, dirinya bisa menerima kelebihan serta kekuranganmu."

Tiada satu katapun keluar dari mulut Soe.

"Di waktu bersamaan, kamu harus bisa menerima kelebihan dan kekurangannya."
Soe ingin tahu dan melihat secara gamblang istri lelaki di hadapannya. Melihat dari jauh saja, rasanya belum afdol. Benarkan dia orangnya???

Soe bertanya, "Pak Soe, siapakah nama istri anda?"

Lelaki itu yang Soe adalah sendiri sepuluh tahun mendatang menjawab, "itu dia datang."

Soe tidak bisa menggerakkan kepalanya untuk menoleh ke belakang.

Soe terjaga.

=he..he.. just fiction, meski tak semuanya=

Sekian


0 Messages:

Posting Komentar

 
;