Rabu, 11 Desember 2013

Musim Rambutan Muraaah

Nasiblah si pick up pembawa rambutan

Kate salah satu dari mereka sih, "rambutan Tengguli." Pun memasuki kampung tersebut tadi, ban mobil pick up mereka amblas. Beruntung masih bisa diselamatkan dengan walafiat. Sekarang, nasib kurang baik kembali menaungi. Setelah makan malam di kantin Ulan, mobil hitam kecil itu berulah. Enggan meraung. Barangkali ia juga merasa capek. 

Dan selalu ada sisi baik setiap kejadian. Mobil mogoklah menyebabkan barang bawaan mereka diserbu. Berlebihan kata-katanya. Padahal cuma bang Ervin yang punya warung dekat situ yang mau beli. Aku yang sengaja lewat ikut-ikutan pula. 

"Berape bang SEPUMPONG?" tanyaku was-was. Takut saja kalau tidak untuk dijual ditempat. 
"Empat ribu," jawabnya ragu-ragu tentang harga. Yah, soalnya di pasar di Sambas ini, harga rambutan satu ikatnya rata-rata lima ribu rupiah.

Alhasil, oleh-oleh sepulang dari Sentras berupa tiga ikat besar buah rambutan. Fizer pun sepertinya tenang-tenang saja menanggung beban tambahan. It's time to party Rambutan!

Wah, aku jadi ingat saat-saat buah rambutan melimpah kayak gini. Dulu, dimana ternyata buah manis berair itu lumayan enak dijadikan lauk lho. Dioseng dengan cabai besar plus potong bawang merah-putih. Tambahkan sedikit kecap manis dan lada bubuk. Eeeitts, jangan lupa garam micin / masako / royco (terserah). Saat dicicipi, di lidah rasa masam, manis, pedas meledak-ledak. Mo cobe? Sile saja. Mumpung musim Rambutan murah.!

0 Messages:

Posting Komentar

 
;