Jaman sekarang, bukan hanya ibu-ibu yang mulai memerankan sebagai pengantri bensin di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum. Tetapi, ide tulisan di kepalaku juga turut antri ingin ditulis. Hanya saja corongnya lagi tersumbat sana-sini. Jadinya keluarnya gak lancar.
Paling tidak sudah ada lima ide cerita pendek yang ingin digarap. Apa-apa saja itu? Tuliskan disini gak ya? mm.....bolehlah. Siapa tahu ada yang berminat ingin menggarapnya. Itulah hebatnya otak seorang penulis, dengan judul yang sama pasti akan memiliki sudut pandang bercerita yang berbeda.
"Ini kali yang ketiga ia menikah. Yang pertama harus dipisahkan oleh kematian. Kedua hancur dengan menyiksa. Dan lebih tragis lagi dengan hilangnya sang buah hati dibawa kabur oleh sang suami. Yang terakhir, pernikahannya tak ubahnya hidup dibawah rezim otoriter. (Takdirnya memang begini, namun apakah akhirnya dirinya tinggal sebuah nama?)". Itu yang pertama. Mungkin judul yang tepat untuk sementara adalah Janda ke 3.
"Hidup dirantau orang demi meniti pendidikan yang lebih tinggi. Kuliah. Tinggal berdua dengan adik yang masih duduk di bangku sekolah atas. Awalnya tidak apa-apa. Hanya saja, sesuatu terjadi dirumah sebelah. Rumah yang sudah beberapa bulan kosong dan secara kasar mata fisiknya begitu angker. Mungkin pembawaan ocehan warga sekitar yang menjadikan rumah itu semakin seram. (Apakah rumah itu benar-benar tempat tinggal makhluk gaib yang mulai iseng dengan kehadiran kami sebagai tetangga barunya?)". Kisi-kisi yang kedua ini bolehlah kiranya diberi judul Rumah Kosong.
"Sebuah televisi berita milik swasta dengan gampangnya menuding kegiatan lembaga kerohanian Islam sebagai ajang penjebol teroris nasional. Mendapatkan kritikan dari berbagai elemen dari mahasiswa yang tergabung dalam lembaga dakwah dan kerohisan ditingkat sekolah atas tentunya. Diantara itu, justru ketegangan terjadi antara dua bersaudara yang masing-masing mewakili pihak terkait. Si adik yang terkenal sebagai akhwat militan dan sang kakak yang berprofesi sebagai Anchor di media pemberitaan. (Orang tua mereka juga merasakan dampak dari perseteruan kedua buah hatinya. Mungkinkah menemukan titik tengah sebagai jalan keluar?)". The Anchor, demikian judul yang kukira sangat tepat. Mengambil sudut pandang pergolakan batin si kakak yang harus memilih antara agamanya berikut hubungannya dengan si adik atau karir yang tengah menanjak.
Keempat. "Lidah memang benda yang paling tajam. Bagaimana tidak, kata-kata yang terlontar tak akan bisa ditarik kembali. Terlanjut omong besar menjadikan lelaki itu gelisah atas niat sahabatnya yang ingin berkunjung ke kediamannya. Bukannya asal bertandang, kegiatan kantor yang mengharuskan sahabatnya itu berada disana untuk beberapa hari. Cemas dengan kehidupannya yang bertolak belakang dengan ucapannya beberapa waktu lalu, lelaki itu berharap kunjungan sahabatnya itu batal, tertunda, atau apalah itu namanya. Yang pasti jangan bertandang ke rumahnya dalam waktu dekat ini. (Benarkah sahabat lelaki tersebut masih ingat dengan segala ucapannya?)". Belum ada judul yang tepat untuk yang satu ini. Dusta, Omong Besar. Dua-duanya belum merangkum isinya, kukira.
Dan yang terakhir adalah tentang prinsip hidup. Ketika fresh graduates lain berbondong-bondong memilih untuk menjadi PNS atau karyawan di perusahaan swasta saja sebagai karir, ia justru memilih berwirausaha. "Namun keinginannya tak sejalan dengan pemikiran kedua orang tuanya. Diakhir perbincangan, ia berada diatas angin dengan satu perjanjian. Dan sekang ia benci menghadapi bulan depan. Dimana ia harus bertekuk lutut pada nasib. Jatuh tempo yang semakin memangkas. Usahanya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Maka, orang tuanya menagih apa yang telah dibuat sebelumnya. (Menyerah? apakah ia benar-benar telah menyerah? Ketika semuanya terasa begitu mati, sesuatu yang membuatnya ingin melonjak setinggi langit terjadi. Ada apa gerangan?)". Ku memilih nama bulan sebagai title. Oktober atau November. Salah satunya, agar momennya tidak basi.
Well, langkah selanjutnya adalah skala prioritas. Doakan ya. Salah satunya bermaksud ingin dikirimkan ke koran lokal. Semoga semuanya bisa diselesaikan dalam waktu singkat sesingkat-singkatnya. Sambas, 27 September 2012. Tertanda Gho Soe.