Sersan Dann diam sejenak, "katanya, Sarrin tengah tidur."
Prita, gadis yang bertindak asisten detektif Dann itu mengitari bangkunya. Seperti atasannya, ia bergelut dengan pikirannya sendiri. Bagaimana mungkin seorang anak bisa menghilang begitu saja ketika tidur. Apakah ini gejala sleepingwalking yang dialami oleh bocah itu? Mereka telah membahas sedikit tentang kemungkinan ini dan kata Detektif Dann peluangnya kecil. Semua pintu rumah dalam keadaan terkunci dengan sempurna. Jadi, sindrom ini langsung diketepikan.
"Bagaimana dengan ibu Vanisha? Maksudku, adakah kemungkinan ia yang melakukannya?"
Detektif Dann berjalan menuju jendela. Matanya menjejalah sudut kota dibawah gedung tempatnya berdiri. "Segalanya bisa saja terjadi. Tapi sejauh ini belum ada motif nyata bagi wanita tersebut melakukan hal itu. Lagi pula, kau lihat sendirikan bagaimana ia merasa sangat kehilangan putri tunggalnya. Sorot dan mata tidak bisa berbohong. Meski itu bisa dipelajari."
Prita mengangguk. Mereka berdua sebenarnya menaruh prasangka pada ayah Sarrin yang telah lama berpisah dengan ibunya. Namun, tiga tahun terakhir keberadaannya sama sekali tidak diketahui oleh Vanisha.
HP Detektif Dann berbunyi heboh bernada dangdut kontempor di saku celananya. Sulit bagi Prita untuk tidak mengulum senyum pada lelaki empat puluh tahun itu. Begitu juga dengan rekan-rekan mereka yang ada diruangan. Dann merasa konyol dengan nada dering tersebut. Pasti itu ulah anaknya, pikirnya.
"Hallo. Ya, kami segera ke sana." Dann bergegas meraih jaketnya yang tersampir di kursinya. Sementara Prita menunjukkan muka waspada dan penuh tanda tanya. "Ayo, Vanisha menghilang!"
...........
"Pak Baidan, tetangga sebelah itu mendengar jeritan bu Vanisha. Ia bergegas mendatangi, namun tidak bisa berbuat banyak karena rumah terkunci dari dalam. Setelah beberapa kemudian, warga berkumpul dan memutuskan untuk mendobrak saja pintu depan. Hasilnya, pintu bisa di rusak sementara mereka tidak menemukan bu Vanisha dimana-mana. Menghilang seperti anaknya."
Sementara Bayu, ketua tim forensik melaporkan, detektif Dann berpikir dalam dan memicingkan matanya. Prita yang ada disana juga sama sibuk menyimak. Ia tahu atasannya tengah membuat berbagai asumsi serta kemungkinan. Namun, sejauh ini gadis itu menebak ini seperti kasus penculikan yang dilakukan oleh profesional. Ia masih berpendapat bahwa hilangnya Sarrin dan sekarang ibunya berhubungan dengan ayah anak tersebut.
Detektif Dann mencatat beberapa poin penting di buku sakunya berkenaan dengan laporan Bayu. Setelah mengucapkan terima kasih, ia pun menjelajahi setiap sudut rumah. Berharap menemukan sesuatu yang tidak ditemukannya kemarin. Prita pun mengikuti melakukan hal yang sama. Mereka berpencar.
Di luar, warga terus berdatangan untuk sekedar melihat dan ingin mengetahui perkembangan terbaru kasus ini. Demikian juga halnya dengan para wartawan yang kehausan berita terkini. Seolah hembusan nafas detektif Dann pun mereka laporkan.
Prita berteriak memanggil detektif Dann. Dann dengan cepat mendatangi sumber suara yang ternyata berasal dari kamar Sarrin. Prita menunjuk ke arah tempat tidur Sarrin tepat saat detektif tiba. Kali ini sang detektif kalah satu langkah dari bawahannya. Sejujurnya, ia bingung dengan apa yang dimaksudkan Prita. Langkah kaki bergegas berhenti di belakang mereka. Lalu bertanya, "ada apa?" Bayu mendongakkan kepala lantaran tubuhnya tidak bisa dijejalkan antara Prita dan detektif Dann di muka pintu kamar.
"Apakah ada barang-barang yang sudah disentuh sejauh ini?" Prita bertanya dengan semangat penuh pada Bayu.
"U ntungnya warga tahu sedikit tentang prosedur penyelidikan. Mereka mengatakan sejak masuk ke rumah ini, belum menyentuh atau mengubah sesuatu apapun."
"Bagus!" jawab Prita. Detektif Daan mengekor Prita yang berjalan mendekat tempat tidur. Sampai detik ini, ia masih juga tidak mengerti apa sebenarnya maksud gadis itu. Satu-satunya yang dilihatnya dari tempat tidur itu adalah spray yang lasak.
"Tuan detektif," Prita menggunakan kata 'tuan' setiap kali merasa mendahului atasannya. Detektif Dann tahu itu, dan ia sama sekali tidak merasa terkecilkan dengan panggilan itu. Justru lelaki tersebut senang dengan pencapaian anak buahnya. Karena sehebat apapun dirinya seperti yang diberitakan media, suatu saat ia harus memiliki generasa sekompeten atau harus jauh lebih hebat dari dirinya. "Mungkin anda tidak sadar, tapi saya betul-betul ingat kondisi terakhir kita meninggalkannya. Rapi dan seolah tidak tersentuh. Kecuali, kecuali ada orang yang menyentuhnya, bukan?"
Prita jeda sejenak.
"Dan kita juga telah melarang bu Vanisha hal itu selama masa penyelidikan."
Detektif Dann mengangguk hampir tidak kelihatan.
Bayu yang mengelus janggut tipisnya keheranan mencoba menyimpulkan, "jadi ini ulah bu Vanisha?"
Padahal ia bertanya langsung kepada Prita. Tetapi detektif Dann yang menjawabnya dengan singkat, "bukan!".
Prita juga menyambar dengan tegas, "ya, bukan!"
"Jangan-katakan-ini-ulah-monster-di bawah-ranjang?" Bayu tidak percaya dengan ucapannya sendiri. Detektif Dann dan Prita mengulum senyum kemenangan.
...........
"Pak Baidan, tetangga sebelah itu mendengar jeritan bu Vanisha. Ia bergegas mendatangi, namun tidak bisa berbuat banyak karena rumah terkunci dari dalam. Setelah beberapa kemudian, warga berkumpul dan memutuskan untuk mendobrak saja pintu depan. Hasilnya, pintu bisa di rusak sementara mereka tidak menemukan bu Vanisha dimana-mana. Menghilang seperti anaknya."
Sementara Bayu, ketua tim forensik melaporkan, detektif Dann berpikir dalam dan memicingkan matanya. Prita yang ada disana juga sama sibuk menyimak. Ia tahu atasannya tengah membuat berbagai asumsi serta kemungkinan. Namun, sejauh ini gadis itu menebak ini seperti kasus penculikan yang dilakukan oleh profesional. Ia masih berpendapat bahwa hilangnya Sarrin dan sekarang ibunya berhubungan dengan ayah anak tersebut.
Detektif Dann mencatat beberapa poin penting di buku sakunya berkenaan dengan laporan Bayu. Setelah mengucapkan terima kasih, ia pun menjelajahi setiap sudut rumah. Berharap menemukan sesuatu yang tidak ditemukannya kemarin. Prita pun mengikuti melakukan hal yang sama. Mereka berpencar.
Di luar, warga terus berdatangan untuk sekedar melihat dan ingin mengetahui perkembangan terbaru kasus ini. Demikian juga halnya dengan para wartawan yang kehausan berita terkini. Seolah hembusan nafas detektif Dann pun mereka laporkan.
Prita berteriak memanggil detektif Dann. Dann dengan cepat mendatangi sumber suara yang ternyata berasal dari kamar Sarrin. Prita menunjuk ke arah tempat tidur Sarrin tepat saat detektif tiba. Kali ini sang detektif kalah satu langkah dari bawahannya. Sejujurnya, ia bingung dengan apa yang dimaksudkan Prita. Langkah kaki bergegas berhenti di belakang mereka. Lalu bertanya, "ada apa?" Bayu mendongakkan kepala lantaran tubuhnya tidak bisa dijejalkan antara Prita dan detektif Dann di muka pintu kamar.
"Apakah ada barang-barang yang sudah disentuh sejauh ini?" Prita bertanya dengan semangat penuh pada Bayu.
"U ntungnya warga tahu sedikit tentang prosedur penyelidikan. Mereka mengatakan sejak masuk ke rumah ini, belum menyentuh atau mengubah sesuatu apapun."
"Bagus!" jawab Prita. Detektif Daan mengekor Prita yang berjalan mendekat tempat tidur. Sampai detik ini, ia masih juga tidak mengerti apa sebenarnya maksud gadis itu. Satu-satunya yang dilihatnya dari tempat tidur itu adalah spray yang lasak.
"Tuan detektif," Prita menggunakan kata 'tuan' setiap kali merasa mendahului atasannya. Detektif Dann tahu itu, dan ia sama sekali tidak merasa terkecilkan dengan panggilan itu. Justru lelaki tersebut senang dengan pencapaian anak buahnya. Karena sehebat apapun dirinya seperti yang diberitakan media, suatu saat ia harus memiliki generasa sekompeten atau harus jauh lebih hebat dari dirinya. "Mungkin anda tidak sadar, tapi saya betul-betul ingat kondisi terakhir kita meninggalkannya. Rapi dan seolah tidak tersentuh. Kecuali, kecuali ada orang yang menyentuhnya, bukan?"
Prita jeda sejenak.
"Dan kita juga telah melarang bu Vanisha hal itu selama masa penyelidikan."
Detektif Dann mengangguk hampir tidak kelihatan.
Bayu yang mengelus janggut tipisnya keheranan mencoba menyimpulkan, "jadi ini ulah bu Vanisha?"
Padahal ia bertanya langsung kepada Prita. Tetapi detektif Dann yang menjawabnya dengan singkat, "bukan!".
Prita juga menyambar dengan tegas, "ya, bukan!"
"Jangan-katakan-ini-ulah-monster-di bawah-ranjang?" Bayu tidak percaya dengan ucapannya sendiri. Detektif Dann dan Prita mengulum senyum kemenangan.
=nol besar kalau kau menganggap itu ulah makhluk bertubuh jelek=