SEBELUM IDE KADALURSA, SAYA INGIN MENULISKAN INI
..........
Saya sangat apresiasi mahasiswa yang ingin bekerja sambil kuliah.
Seperti kabar dua hari belakangan terakhir ini. Dan saya ingin memberinya nilai 200%. Seratus untuk niatnya yang luar biasa, sisanya jika niat itu terlaksana.
Yah, banyak keuntungan yang bisa didapat. Diantaranya; mengenal dunia kerja lebih dini dan menempa diri. Selain itu, juga menumbuhkan manajemen serta kedisiplinan waktu. Tapi perlu diingat, bekerja sambil studi juga memiliki beberapa yang musti diwaspadai. Waktu yang tidak terorganisir dengan baik, mengancam durasi dan frekuensi studi itu sendiri. Itu salah satu contohnya.
Ada dua pilihan yang bisa diambil ketika memutuskan untuk bekerja sambil kuliah:
1. Bekerja pada diri sendiri. Yap, membuka usaha pribadi. Catatan penting: Membuka usaha sendiri tidak hanya sampai pada menentukan usaha apa yang hendak di rintis. Karena bisnis lebih dari "ada uang ada barang".
Bukan! Bisnis pribadi setidaknya meliputi bagaimana menemukan konsumen, mempertahankannya hingga ke tingkat pelanggan, lalu mempertahankan pelanggan, dan setelah itu menangani komplain serta ketidakpuasan pelanggan. Pelanggan yang merasa puas dengan produk dan jasa kita pun belumlah cukup. Kita selaku penjual, harus bisa memberikan nilai tambah. Ingat! Kompetitor mengawasi dari jarak jauh.
2. Bekerja pada orang lain alias karyawan. Yang ini tidaklah mudah, meski kita kebanyakan menyukai yang satu ini. Resiko kecil dan tinggal masukan lamaran. Kesulitannya terletak pada menemukan pekerjaan itu sendiri. Setelah diterima, kita bekerja menjadi sorotan.
Kebanyakan mata majikan lebih tajam melihat kesalahan kita, dan pandangannnya kabur pada hal-hal betul selama kita bekerja. Memang tidak semuanya begitu. Intinya, siap-siap dimarahi oleh atasan. Sudah lumrah, sebaik apapun kita bekerja, pasti suatu saat kita melakukan kesalahan. Oleh itu, berhati-hatilah!
.............
Hampir lewat. Membuka bisnis pribadi pastinya memiliki nilai plus. Jangan bicarakan penghasilan diawal-awal, syukur-syukur bisa lebih untuk mengganjal perut sehari-hari.
Wah, aku jadi ingat. Suatu hari di suatu waktu, saat dompet benar-benar kempes. Tersisa cuma seratus lima puluh ribu. Seratus dua puluh ribu untuk bayar listrik dan sisanya uang makan selama seminggu untuk dua kepala, kira-kira. Saat itulah, betapa seribu rupiah amat sangat berharga. Bahkan uang recehpun begitu memikat.
Was-was dan khawatir melanda. Bagaimana kalau motor bocor atau ada keperluan mendadak lainnya. Kepala hampir meledak.
=SEMENTARA KITA HARUS SELALU TERSENYEMUM MENYAMBUT PELANGGAN=
Itu semua diatas, media, terutama buat diri pribadi, agar bisa menghargai uang. Bagaimana mencari dan menggunakannya dengan bijak.
Makanya, kalau ada uang receh atau seribuan berserakan di lantai, kumpulkan! Jika kita tidak menggunakannya, tabunglah untuk bersedekah kepada orang lain.
OK
..........
Saya sangat apresiasi mahasiswa yang ingin bekerja sambil kuliah.
Seperti kabar dua hari belakangan terakhir ini. Dan saya ingin memberinya nilai 200%. Seratus untuk niatnya yang luar biasa, sisanya jika niat itu terlaksana.
Yah, banyak keuntungan yang bisa didapat. Diantaranya; mengenal dunia kerja lebih dini dan menempa diri. Selain itu, juga menumbuhkan manajemen serta kedisiplinan waktu. Tapi perlu diingat, bekerja sambil studi juga memiliki beberapa yang musti diwaspadai. Waktu yang tidak terorganisir dengan baik, mengancam durasi dan frekuensi studi itu sendiri. Itu salah satu contohnya.
Ada dua pilihan yang bisa diambil ketika memutuskan untuk bekerja sambil kuliah:
1. Bekerja pada diri sendiri. Yap, membuka usaha pribadi. Catatan penting: Membuka usaha sendiri tidak hanya sampai pada menentukan usaha apa yang hendak di rintis. Karena bisnis lebih dari "ada uang ada barang".
Bukan! Bisnis pribadi setidaknya meliputi bagaimana menemukan konsumen, mempertahankannya hingga ke tingkat pelanggan, lalu mempertahankan pelanggan, dan setelah itu menangani komplain serta ketidakpuasan pelanggan. Pelanggan yang merasa puas dengan produk dan jasa kita pun belumlah cukup. Kita selaku penjual, harus bisa memberikan nilai tambah. Ingat! Kompetitor mengawasi dari jarak jauh.
2. Bekerja pada orang lain alias karyawan. Yang ini tidaklah mudah, meski kita kebanyakan menyukai yang satu ini. Resiko kecil dan tinggal masukan lamaran. Kesulitannya terletak pada menemukan pekerjaan itu sendiri. Setelah diterima, kita bekerja menjadi sorotan.
Kebanyakan mata majikan lebih tajam melihat kesalahan kita, dan pandangannnya kabur pada hal-hal betul selama kita bekerja. Memang tidak semuanya begitu. Intinya, siap-siap dimarahi oleh atasan. Sudah lumrah, sebaik apapun kita bekerja, pasti suatu saat kita melakukan kesalahan. Oleh itu, berhati-hatilah!
.............
Hampir lewat. Membuka bisnis pribadi pastinya memiliki nilai plus. Jangan bicarakan penghasilan diawal-awal, syukur-syukur bisa lebih untuk mengganjal perut sehari-hari.
Wah, aku jadi ingat. Suatu hari di suatu waktu, saat dompet benar-benar kempes. Tersisa cuma seratus lima puluh ribu. Seratus dua puluh ribu untuk bayar listrik dan sisanya uang makan selama seminggu untuk dua kepala, kira-kira. Saat itulah, betapa seribu rupiah amat sangat berharga. Bahkan uang recehpun begitu memikat.
Was-was dan khawatir melanda. Bagaimana kalau motor bocor atau ada keperluan mendadak lainnya. Kepala hampir meledak.
=SEMENTARA KITA HARUS SELALU TERSENYEMUM MENYAMBUT PELANGGAN=
Itu semua diatas, media, terutama buat diri pribadi, agar bisa menghargai uang. Bagaimana mencari dan menggunakannya dengan bijak.
Makanya, kalau ada uang receh atau seribuan berserakan di lantai, kumpulkan! Jika kita tidak menggunakannya, tabunglah untuk bersedekah kepada orang lain.
OK