Rabu, 02 April 2014

Dibalik Surat Terakhir Fai

"Kendati jasad telah rebah dalam dekapan tanah, ijinkan mataku tetap bisa menatapmu"
.......
Berselang beberapa hari dari rumah sakit, gadis itu tiba-tiba menjelma menjadi bidadari. Sabira, sesosok yang seolah sengaja dikirimkan Rabb menjadi pendamping hidupku. Karena, selama ini aku bahkan tidak pernah bermimpi sekalipun untuk berumah tangga. Paling tidak, sejak kecelakaan yang merenggut indera penglihatanku lima tahun silam.
Ia muncul sebagai saudara pendonor sepasang bola mata. Akupun menyambutnya dengan penuh kehangatan, berterima kasih banyak-banyak. Kulihat, ia sungguh tampak amat bahagia. Itu jelas dari rautnya mengkisahkan kelegaan dari rindu yang mendalam. Apa artinya itu? Tentu saja, ia sangat mencitai saudara yang telah meninggalkannya.
Hari-hari selanjutnya kami isi dengan berkunjung ke makam saudara yang dimaksud, sesekali. Sabira juga sering membaca tulisan fiksi yang kuhasilkan lewat bantuan adik selama aku tidak bisa melihat. Ia tertawa, aku tertawa. Ia diam, aku mencari jawab. Tapi ada satu hal yang belum kuketahui sampai detik ini, seberkas cahaya pekat ada disana. Sabira, menutupnya dalam-dalam.
"Sab, ada yang ingin kamu katakan?"
Sabira menutup kepanikannya dengan mengalihkan pembicaraan. Dengan kata lain, ia memilih bungkam.
Tanda tanyaku menguap seiring berjalannya waktu. Bahkan kami telah berbincang jauh. Tentang masa depan.
...........
Hari H sesak dengan kehadiran sanak keluarga, dan sahabat karib. Kami berada di singgahsana pelaminan. Tal bosan-bosannya senyum bahagia yang kami lontarkan pada setiap tamu yang datang. Kecuali, pada seorang wanita paruh baya yang datang sendirian. Ia masih punya hubungan jauh dengan Sabira. Setelah salaman, ia langsung memeluk Sabira seperti anaknya sendiri. Orang tua Sabira ikut mengeluarkan air mata. Mempelaiku itu pun sama.
Dan saat menyalami tanganku, wanita itu justru lekat menghujam mataku. Ada sesuatu yang ditemukannya dalam diriku. Atau aku pernah mengenalinya sebelum ini?
Ia berlalu sebelum aku sempat bertanya kepadanya. Tamu semakin ramai berdatangan, tetapi aku tidak lagi menyaksikan wanita itu disana. Kemana ia menghilang?
..........................................
Mungkinkah, sesuatu yang bermula buruk, bakal berujung manis?
Soe tersentak membaca tulisan di kertas kecil itu. Aku memutuskan memberitahukan kepadanya, meski itu adalah pilihan paling berat yang pernah aku buat.
..........
Aku mendapat kabar dari ibunya Fai, bahwa mata anaknya itu telah ada yang siap menampung. Seorang lelaki yang masih muda, buta akibat kecelakaan lalu lintas lima tahun yang lalu. Tak terlintas sekalipun di benakku untuk mengetahui latar belakangnya lebih jauh, aku hanya ingin melihat mata Fai hidup kembali. Kembali berwarna, bisa menatapku lagi.
Soe, begitu namanya. Aku datang kerumahnya. Berbohong, mengaku sebagai adik perempuannya Fai. Entahnya, beruntung Soe tidak menyelidik lebih lanjut tentang perkara itu. Ada yang lebih menarik menjadi perhatiannya, diriku. Seolah aku ini mutiara yang hilang dalam hidupnya.
Ingat!, aku juga punya kepentingan terhadap dirinya.
Pertemanan palsu kami, khusus bagi diriku, karena aku hanya ingin menemui Fai dalam dirinya, terus berjalan hari demi hari. Suatu waktu, Soe mengutarakan niat yang menggubah statusku.
"Sab, maukah kau menikah denganku?"
Aku kelu. Sungguh! Saat itu, yang tampak di depanku hanyalah Fai. Bukan Soe. Pantaskah aku dimaafkan untuk yang satu ini?!
Dan keadaan semakin sulit. Kedua orang tuaku mau diajak bersekongkol. Jujur, mereka tidak merestui kebohongan ini. Hingga akhirnya, penyesalan demi penyesalan datang silih berganti. Saat aku coba mencintai Soe sebagai penebus kesalahan, Fai muncul menengahi.
Puncak penderitaanku adalah pada hari yang seharusnya paling bahagia dalam hidupku. Bu Sana, ibunya Fai hadir dalam pesta pernikahan kami. Ia merangkulku erat-erat sampai aku sukar bernafas. Kemudian, untuk pertama kalinya, ia terkejut mendapati Fai ada disampingku. Ia makin terenyuh.
Itu hanya dalam hitungan detik. Bu Sana menghilang dari kerumunan. Dan kudapati Soe mencari-cari wanita itu.
.........
Ku serahkan surat terakhir Fai itu pada Soe, hanya ingin ia tahu bahwa kini aku mulai mencintainya.

0 Messages:

Posting Komentar

 
;