Jumat, 13 September 2013

The Monkey Hunters

Serunya sore ini begitu heboh. Bermula ketika anak-anak berlarian sambil berteriak kegirangan. Menunjuk-nunjuk pada sebuah objek bergerak bernama, "kera....kera....."

Aku yang tengah membaca buku dan bermaksud lelap sejenak, menjadi pikun akan tujuan. Tanpa komando apapun, aku bangkit. Rasanya pengin ikut berteriak juga sama anak-anak. Mmm....

Kera berlari sekencang angin. Melabuhkan diri pada pepohonan di tepi sungai. Cukup menyulitkan buat kami melihatnya, kecuali mengintip-intip dengan seksama. "Itu...." teriak salah satu bocah. Semua mata mengarah kesana. Pepohonan bergoyang ketika si kera melompat ke dahan yang lain.

Suasana perburuan semakin menggila. Jumlah monkey hunters bertambah ramai. Di kejauhan, tampak lelaki hampir bisa dibilang berumur digandengi remaja muda bergegas menghampiri. Lelaki tersebut membawa satu-satunya senjata yang barangkali bakal ditakuti binatang berbulu itu. Kami terus mengawasi setiap gerakannya, sementara ia tetap berpindah-pindah.

Dusss....senapan angin mengena. Kena dedaunan. Itu jadi lelucon kami semua. Si kera terus saja bergerak agresif namun terkepung Lelaki tadi menarik senapannya berkali-kali. Duss....dan dusss.... mengena sasaran pada tembakan ketiga. Rupanya kera itu kebal juga. Ada darah menyembul diantara bulu kelabunya. Gesitnya tak berkurang. Kesana-kemari ia tetap mencoba melepaskan diri. Seolah-olah tengah menanti sebuah keberuntungan.

Kami lengah meski terus mengamati. Si kera berhasil berlari ke rerumputan masih di bibir sungai, berlari lagi sampai menemukan kerangka pintu tanpa daun. Satu-satunya peluang menyelamatkan diri.

Disini lebih lucu lagi. Tiga orang penghuni rumah berhamburan saat kedatangan tamu tak diundang dengan tiba-tiba. Kami ngakak bareng-bareng. Apa mungkin kera juga begitu? "Hallo, permisi ibu-ibu."

Pemburu utama masuk ke dalam rumah menenteng senapan. Duss...mengenai pinggang dan darah keluar lagi dari tubuh kera. Dasar keras kepala. Binatang itu belum lumpuh juga tuh. Berhasil menyelinap dan berlindung. Kami memanjangkan leher, mencari-cari.

Tidak lama berselang. "Dibawah!" teriak ibu pemilik rumah. Entah bagaimana caranya, si kera bisa merangkak ke bawah rumah dan berlari menuju arah barat. Arah dimana ia mulai datang. Sayangnya, nasib memang tidak selalu baik. Ia salah perhitungan ketika tubuhnya mulai letih dan sakit. Merasa tidak mampu lagi, ia akhirnya berhenti tepat dibawah rumah yang lumayan gelap. Oh, namanya juga pemburu. Pasti penasaran sampai buruannya ketangkap. Perlahan tetapi pasti, binatang yang tak berdaya itu bisa juga dikarungkan.

Ia berakhir ditangan seorang pembeli. Bagaimana nasibnya kini? Aku cuma bisanya mengangkat bahu. Satu hal yang kupastikan, remaja muda yang menjualnya mendapatkan uang 40 ribu rupiah. Memprihatinkan!


0 Messages:

Posting Komentar

 
;