Senin, 30 Desember 2013 0 Messages

Lo kok Tutup!

Ba'da Zuhur berada dalam persimpangan dengan penuh pertimbangan. Langsung go home, get lunch, dan take a nap then. Atau melanjutkan perjalanan ke Perpusda meski sebenarnya khawatir perut bertingkah seperti tadi pagi. Mmmm.... 

Dan si Fizer sepertinya menerima pilihan terakhir dengan senang hati. Makanya kami membelah kota kecil Terigas ketika hujan secara keseluruhan bisa dibilang reda. Berburu buku baru pun bermula. 

Kendati hujan, pelayanan publik harus tetap jalan. Bahkan walau badai sekalipun. Peluang beralasan, "maaf pak, hari ini tidak masuk. Demam", terbuka lebar. Namun, saat memutuskan menjadi seorang abdi negara, hal-hal yang demikian itu juga mestinya masuk dalam pertimbangan. Bukan hanya bagaimana membuat kartu kuning, ikut tes, lulus, dan duduk manis sebagai pegawai negeri sipil.

Aku tetap melaju. Pasar yang mulai berwarna menyuguhkan berbagai transaksi jual beli. Rambutan yang telah melewati masa "kejayaan"nya masih mengisi di beberapa kios musiman di pinggir jalan.

Ohooo....pintu perpustakaan daerah yang bergabung dengan kearsipan itu tertutup rapat. Dua kemungkinan; pada istirahat siang bareng atau memang kompak membuat tanggal hari ini berwarna merah.

Entahlah. Cuma satu kepastian, aku putar balik dengan perasaan kecewa. Fizer mengikut saja kalau sudah begitu. Memacu kembali menuju jalan pulang. Tetapi singgah sejenak di pasar tuk beli hadiah buat sang gerilyawan di Sentras. Menyimpannya di enam titik krusial dan ingin mengatakan padanya, "selamat menikmati. Semoga tidak bertemu lagi!"
Selasa, 24 Desember 2013 0 Messages

Buryam Hot Wortel

Ngapelah baru berjumpa kita sekarang. Dulu-dulu, kemane ajak???
ilustrasi


Jatuh cinta pandangan pertama pada sebungkus makanan instan bernama BurYam. Apa itu??? tepat sekali. Bubur ayam. Cukup dengan seduhan air menggelegak diatasnya, selesai. Semudah membalikkan telapak tangan. Tapi, tapi itu sama sekali tidak menantang!

Oleh karena itu, sebuah lampu tiba-tiba muncul di kepalaku. Ide menu makan malam ini menyembur tanpa ampun. Terciptalah "Buryam Hot Wortel"

Cekidot cara buatnya: 
Wortel, Kanteri, Cabe (yang penting warna hijau, pilih yang paling pedas), telur.

Kanteri dioseng sampai kering, sisihkan. Wortel yang telah dipotong batang korek api dioseng pula bersamaan dengan cabe yang dipotong-potong pula. Telur yang telah digoreng disuwir-suwir sekehendak hati lah (itu aja minta ajar!). Satukan semuanya pada BurYam kita yang telah mengembang (seduh dengan air panas. Kalau masuk kulkas mah jadi SaljuYam). 

Aduk-aduk semunya, aduk lagi, dan aduk sampai merata. Masukkan bumbu yang telah tersedia dalam bungkusan dan kecap manis untuk yang terakhirnya. 

Terreeeng, dimana lagi coba bisa menikmati bubur seenak ini. Eemmm, entah kenapa aku merasakan kamu menelan ludah dan berpikir untuk pergi ke warung mencari Buryam. Oho.... kata terakhir, selamat mencoba. 

Lanjut makan lok ah.....Ummm....Yummi...
Senin, 23 Desember 2013 0 Messages

Bukan Ibu Biasa .... Selamat Hari Ibu 2013

Lakonan baru wanita itu setiap pagi, adalah memindahkan sapi-sapi. Dari satu tempat ke tempat yang lain, mencari kerumunan rumput yang mulai panjang. Keringat tak lagi terbendung ketika pekerjaannya selesai. Bila dihitung-hitung, apa yang dilakukannya bukanlah lumrah. Lantaran ia adalah seorang wanita. Justru dengan kehidupan yang mulai berubah itulah, sangat pantas baginya menyandang gelar wanita perkasa. 

Pemergian suaminya sejak sebulan silam, membuat banyak perubahan. Kini perannya bukan hanya sebagai bunda, tetapi ayah sekaligus. Pikiran serta keputusannya pun mesti mencakup dua hal tadi. Sanggupkah ia menjalaninya? Hanya kepada Allah ia meminta diberikan kekuatan untuk melakukan yang terbaik. Terutama kepada empat buah hati yang menyenangkan matanya; seorang gadis muda yang baru menginjak usia awal perkuliahan, remaja putri yang SMA nya tepat berada ditengah-tengah perjalanan, dan dua putri ceria yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

Yah, terlepas dari itu semua, ia tetaplah manusia biasa. Ada kalanya tersirat penyangkalan "kenapa suaminya harus pergi secepat ini." Lalu secepat itu pula ditepisnya. Life must go on. Kalau ia tahu bahasa inggris, mungkin kalimat itu yang akan digunakannya sebagai wakil perasaannya saat ini. Apapun, hidup mati seseorang sudah tercatat tanpa interupsi sedetikpun.

Selamat Hari Ibu 22 Desember 2013
0 Messages

Keraje Pakse?

Keraje pakse namenye tok e


1000 lembar tiket dalam semalam. Mesti bilang wow! Belum lagi desakan yang bersifat penting dan mengharuskan. I’m not a machine. Sentras yakin insya Allah bisa melaksanakannya, kalau segala sesuatunya berjalan lancar. Kalau seperti ini, kekhawatiran terletak pada sesuatu di luar kekuasaanku.Semisal, ketersediaan kertas sesuai pesanan (mengingat malam sebentar lagi menjelma), listrik mati, dan sumber daya manusia. Untungnya untuk poin yang terakhir, adikku mau mengorbankan waktunya.

Sehabis Isya baru sempat berburu ke pasar. Dua toko incaran sejak berangkat, tutup! Mencoba keberutungan, aku menjelajahi sudut pasar lainnya. Kosong! Maka aku pun mengajak Fizer gontai menuju jalan pulang, mengikut irama hati. Saja memacu tanpa arah. Dan ketika berbelok ke kiri menuju terminal utama kota Sambas, baru teringat bahwa disana ada satu toko. Aha…

Maka, malam minggu nan suram dimana awan berkeloni di langit, adalah bertajuk lembur. Yah, tidak lama-lama sangat sih. 11 saat mata mulai redup dan kesadaran mulai berkurang, separoh pekerjaan dipending kemudian dilanjutkan keesokan paginya.

Kejar target berbuah manis. Hampir sepuluh pagi, selesai juga. Alhamdulillah. Akhirnya Cutter dan penggaris pun bisa istirahat dengan aman sentosa. Syukur atas kehadirat Allah atas semua kemudahan dan patner kerja kali ini, adik. Kelegaan menghinggapi kami berdua, berikut kepuasan hasil menaungi.

Saat ada sedikit jeda, aku teringat beberapa waktu yang lalu. Rupanya inilah janji Allah yang sempat kuragukan kepastiannya. Astagfirullah. Allah mengganti peluang rezeki yang sengaja kulepas dengan rezeki yang halal. Bahkan secara nilai, angkanya lebih besar. Alhamdulillah ya…hitung-hitung tantangan buat mengetahui sejauh mana kapasitas siri...
Jumat, 20 Desember 2013 0 Messages

Rangking Lima

Pak Suwondo membuang batang rokok setelah hisapan terakhir. Satu langkah pertama saat ia memasuki kelas III AK I, kami semua serentak terdiam. Entah bagaimana, keteganganpun mulai datang. Menghampiri setiap diri kami masing-masing. Untungnya itu tidak berlangsung sama. Justru rasa bosan menggelinding mendengar cas-cis-cus panjang lebar beliau beberapa waktu kemudian. Dalam diam kami sepakat, "to the poin aja pak."

Tomi melontar senyum kemenangan saat mendengar namanya berada di urutan teratas. Rangking satu yang sampai semester ini berhasil dipertahankannya. Juara kedua dan tiga pula mesti sundul-sundulan nilai. Kata pak Suwondo, nilai mereka sama, jadi sulit baginya membuat keputusan. Namun tidaklah mungkin mereka menyandang predikat secara bersamaan. Hanifah dan Elda harus terima dengan ikhlas sebagai rangking dua dan tiga. Lelaki keturunan Tionghoa bermarga Tjhi selalu harus puas tersisih di podium bawah satu level. Dengan nilai terpaut beberapa poin saja, rangking empat tertulis gagah di rapornya.

Rangking lima mendebarkanku. Memang bukan terbaik, tetapi masuk dalam TOP Five di kelas punya arti tersendiri. Setelah semester sebelumnya gagal tembus, kuharap kali ini kejayaan semester-semester sebelumnya terulang lagi.

"Rangking lima...." Pak Suwondo berkata lamban, semakin membuatku penasaran. Aku tahu, Mawida, gadis cina yang menjadi rivalku itu merasakan kekhawatiran yang sama.       Rambutnya yang di rebonding sejak awal semester mulai kejang-kejang.

Pak Suwondo melanjutkan, "Mawida."

Yah, kepastian sudah di depan mata. Menduduki posisi ke enam adalah pencapaian terbaik semester gasal tahun 2003/2004. Hasil belajar yang tidak serius dan sebagian akibat cinta terpendam (he..he...makse mencari sebab). Menyebabkan nilai matematika meluncur dari sembilan menjadi tujuh. Pun markah-markah mapel produktif (akuntansi keuangan dan perbankan) selalu dan selalu tidak lepas dari tujuh koma sekian.

Apapun hasilnya, aku terhibur dengan bertenggernya angka sembilan lebih di pelajaran Bahasa Inggris. Bahkan nilai Tomi yang jawara kalah jauh dibawah angka tersebut. Membanggakan bukan? He..he...

=Kisah Silam=

Kamis, 19 Desember 2013 0 Messages

Nasi Goreng Terlezat Abad Ini

Ilustrasi


Tengok kanan-kiri. Di rumah hanya ada kanteri, cabe besar, dan sebungkus bumbu instan nasi goreng. Terrreng....lampu di samping kepala mulai bersinar. Basuh kuali, hidupkan kompor, dan cabe dipotong2. Setelah semuanya menyatu, kasih royco. (Padahal masako bukanye lebih praktis, ade sobekan kecil dipinggir. Royco sendiri mesti gunakan gigi atau pisau lagi. Aku memilih cara ketiga, menggunakan jasa paku menganggur di dinding....sedehh..)

Maka, terciptalah nasi goreng terlezat abad ini. THE HOTTEST, THE MOST SPICY, AND THE MOST DELICIOUS FRIED RICE IN THE WORLD. 

Haaaa...sodah nak lupa' dengan TOP White Coffee kite ye...
Rabu, 18 Desember 2013 0 Messages

Styrofoam Art : Rose



Senin, 16 Desember 2013 0 Messages

Rahasia Di Sebalik Angka

Pengen mengatakan sesuatu ketika nge-PRESS ijazah Sarjana punya sendiri @ Sentras yang CEPAT-MAXI-BERES!. Angka-angka yang tertulis disana, menjadi saksi bisu perjuangan selama tujuh tahun. Tujuh tahun! Membanggakan sekali.

Membanggakan? Bagian mananya?

Terinspirasi dari sebuah film berjudul THE LAST SAMURAI, aku berniat pula menjadi THE LAST ACCOUNTING STUDENT waktu itu. Dan ternyata berhasil saudara sekalian. Menjelang akhir dua ribu sebelas, pengukuhan gelar itu dilaksanakan melalui prosesi Wisuda.

Kalau kamu ingin mengatakan tujuh tahun itu terlalu lama, tidak begitu denganku. Karena:
- Luar biasanya, aku bisa merasakan kepemimpinan dekan tiga generasi.
- Luar biasa lainnya, aku sempat berinteraksi dengan sepuluh bahkan sebelas angkatan (2001 - 2011)
- Luar biasa yang terakhir adalah ternyata masa studiku itu mampu menghalangi status sebagai PENGANGGURAN. (He..he..e)

Ah, itu cuma cuap-cuap belaka. Kesimpulan yang sebenarnya ingin kuungkap hanyalah, ternyata nilai-nilai Mata Kuliah Jurusan rendah semua. Ini semakin menguatkan pertanyaan dalam diri, "apakah aku benar-benar menyukai akuntansi?"

Entahlah, tapi aku rasa jawabannya adalah TIDAK.
Kamis, 12 Desember 2013 0 Messages

Fenomena Like

Bikin status dan banyak yang "like", pastinya suka ya. Tapi tahukah kamu, ada beberapa alasan dibalik menekan simbol jempol tersebut. Apa hayoooo....Menurut Sentras, ada beberapa pilihan dibawah ini. Cekidot yuk:

1. Just Suka, benar-benar suka. Ini yang jujur abis. Suka karena benar-benar suka. Meskipun kadang kita belum bertemanan dengan orang tersebut, bisa-bisanya ia suka dengan status yang kita buat. Bangga kan? Kalau Sentras sih langsung add itu orang. Pengalaman..he.he..

2. Suka orangnya. Apapun status kamu, asal kamu yang bikin, pasti suka. He..he...ini kasus, bikin titik-titik doank pun kena sukai banyak orang. Lah, wong yang disukai orangnya kok. Betul??

3. Suka kasihan. Wah, miris banget bagian yang ini nih. Berkali-kali buat status gak ada yang suka sama sekali. Dan terreeeng, tiba-tiba satu jempol muncul, boleh jadi itu kasihan sama kamu. He..he..(belum tentu juga, barangkali memang statusmu waktu itu benar-benar pantas disukai kok)

4. Suka otomatis. Sekali posting, belakangan muncul banyak yang like otomatis. Ini kasihan dari yang kasihan kayaknye. Disukai mesin gitu lo.

Dan akhirnya, kamu boleh setuju atau tidak. Atau kamu punya alasan sendiri saat menekan "like"? Share di sini ya....
0 Messages

Maseh Musem Rambutan Kawan

Santap siang menu mie goreng dengan tiga buah (sebenarnya empat, jatuh satu) benda lonjong yang putih bening. 

"Ah itu sih biasa. Dimana-mana orang juga makan mie dengan telur."

Eeh, yang bilang telur siapa coba?

"Lah itu, lonjong putih bening."

Siang, panas-panas, makan buah rambutan sih biasa. Tapi......

"Tunggu dulu, maksud kamu, rambutan panas?"

Ya, benar. Kalau makan rambutan panas, pernah gak?

"Over tuh orang."

Saya kan cuma tanya. Pernah tidak? Ternyata enak saudara-saudara.

" '_'! "

Tutor lengkapnye dibawah ini ye:
- Siapkan sebungkus mie goreng. Seperti biasa; rebus-tiriskan-bumbu sisihkan.
- Empat biji rambutan utuh, kupas kulitnya, dan biji dalamnya biarkan.
- Masukan bumbu lengkap dalam kuali panas dengan ditambahkan sedikit minyak goreng. Lalu lemparkan empat rambutan sekaligus (seru tuh, cuma tadi pas ngaduk-aduknya, satu keluar arena). Aduk hingga bumbu menyatu dengan buah. Terakhir, mie yang sudah ditiriskan. Aduk lagi dan lagi. JADI!
- Cara makan dan saran penyajian: Mo tanya juga? Capek deh.
Rabu, 11 Desember 2013 0 Messages

Musim Rambutan Muraaah

Nasiblah si pick up pembawa rambutan

Kate salah satu dari mereka sih, "rambutan Tengguli." Pun memasuki kampung tersebut tadi, ban mobil pick up mereka amblas. Beruntung masih bisa diselamatkan dengan walafiat. Sekarang, nasib kurang baik kembali menaungi. Setelah makan malam di kantin Ulan, mobil hitam kecil itu berulah. Enggan meraung. Barangkali ia juga merasa capek. 

Dan selalu ada sisi baik setiap kejadian. Mobil mogoklah menyebabkan barang bawaan mereka diserbu. Berlebihan kata-katanya. Padahal cuma bang Ervin yang punya warung dekat situ yang mau beli. Aku yang sengaja lewat ikut-ikutan pula. 

"Berape bang SEPUMPONG?" tanyaku was-was. Takut saja kalau tidak untuk dijual ditempat. 
"Empat ribu," jawabnya ragu-ragu tentang harga. Yah, soalnya di pasar di Sambas ini, harga rambutan satu ikatnya rata-rata lima ribu rupiah.

Alhasil, oleh-oleh sepulang dari Sentras berupa tiga ikat besar buah rambutan. Fizer pun sepertinya tenang-tenang saja menanggung beban tambahan. It's time to party Rambutan!

Wah, aku jadi ingat saat-saat buah rambutan melimpah kayak gini. Dulu, dimana ternyata buah manis berair itu lumayan enak dijadikan lauk lho. Dioseng dengan cabai besar plus potong bawang merah-putih. Tambahkan sedikit kecap manis dan lada bubuk. Eeeitts, jangan lupa garam micin / masako / royco (terserah). Saat dicicipi, di lidah rasa masam, manis, pedas meledak-ledak. Mo cobe? Sile saja. Mumpung musim Rambutan murah.!
0 Messages

Tidak BerperikePRINTEnan!

Kalau memang ada

Manusia juga bisa keok. Apalagi cuma sebuah printer biasa. Yang dipaksa buat cetak empat rim lebih, sekali lagi, empat rim lebih dalam satu kali kerja. Kalau masih ada yang tanya, memang banyakkah? Yah, gak juga sih. Cuma lebih dari dua ribu lembar saja! ( Toeeeng ) 

Mereka mengadu sesuatu yang tidak layak lagi diadukan. "Bang, kenape ye catridge kamek tak mo jalan?"

Aku yang tak tahu asal-usul pun menjawab asal pula. "Entahlah ye." Sementara hatiku berbicara,"kalau catridge rusak tidak mungkin begitu."

Dan sebab musabab terungkap sudah tak lama berselang. Mereka mengakui bekerja nomblok demi mengejar target. Jadi sasaran sekaligus korban, apalagi kalau bukan alat cetak bernama PRINTER.

"Wah, pantaslah. Kongslet tu bang."

Kami semua tertawa dengan cara masing-masing. Hanya agak kasihan dengan printer nya. Kalau ia bisa bicara, barangkali akan berucap, "dasar manusia tidak tahu diri." Atau juga memelas, "tolong tuan, saya sudah tidak mampu lagi. Pleassse, beri saya istirahat sejenak."

Sang tuan lalu menjawab, "TIDAK BOLEH. Ini demi masa depan kami!"

"Kalau begitu, aku pergi dulu......"

K O

Akhir cerita, mereka pun sibuk mencari tempat buat ngeprint, mendesak dan penting. Beruntung benar kamu kawan. Telah berhasil menemukanSentras. Ape ye???
Senin, 09 Desember 2013 0 Messages

Sentras



Berpagi-pagi menyingkirkan "bedak" pada si Fizer. Buah dari pulang kampung hari minggu kemarin. Rencananya! Eeh, hari tidak mendukung sepenuhnya (alasan saja). Gerimis mulai menampilkan diri perlahan, seperlahan itu juga menjadi rintik-rintik. Semakin lama semakin deras. Kemudian itulah baru disebut hujan. 

Kopi susu hangat masih setengah gelas, saat aku menarik selimut kembali. Sejatinya menunggu situasi, lebat atau reda. Yang kedua terjadi tidak lama setelahnya. Setengah tujuh membopong si Fizer ke jamban di bibir sungai. Air surut nan keruh menyeka tubuh benda bermesin tersebut. Kini, Sunlight tidak hanya bisa membersihkan 25ribu piring (versi iklan malaysia malah 46ribu pinggan) sekagus, benda itu juga bisa mengilapkan Fizer. Bersinar tanpa noda! ( Kalau menyebarkan nama baik perusahaan begini bisa dapat reward gak ya? Soalnyakan merusak nama baik berhukum pidana. Apa tidak berlaku sebaliknya?)

Setengah tujuh giliran pakaian kotor menjadi mangsa deterjen. Kuman-kuman disana mulai gemetar (agaknya) ketika dibawa ke belakang. Satu demi satu mereka terjun ke lantai. Mungkin begitu kalau bisa dibuat animasi. Ide tu, buat animator lokal. Aku sih belum belajar banyak tentang itu.

Daia telahpun berbaur dengan air. Buih menggumpal-gumpal dalam baskom diantara pakaian yang pasrah.

Sentras baru saja buka dan masih sibuk bersih-bersih. Dua orang lelaki yang melintas membelokkan sepeda motornya. Kelegaan tersirat dari mukanya sebaik saja semakin dekat. "Wah...akhirnya..." Barangkali itu yang mereka ucapkan dalam hati.
Tulisan dalam baleho merah menarik hati mereka. Sepertinya. Dan tepat, setelahnya salah satu dari mereka bertanya, "bisa ngeprint bang?"

"Bisa," jawabku singkat. Memang tidak perlu panjang lebar kaaaaa.....n.
"Warna bisa?"
Sekali lagi, "bisa."

Print warna, sekali lagi banyak dari pelanggan Sentras yang menanyakan itu pada transaksi pertama. Itu salah satu yang langka di kota Terigas pimpinan bupati perempuan ini. Oleh karena itu, siapapun temans yang ada di pelosok kota Sambas dan sekitarnya, atau luar kota sekalipun, kalau ada keperluan serupa, silalah kiranya datang ke sini. Dari SMA 1 lurus saja, jangan tergoda belok ke jl. sejangkung. Seratus meter kedepan, you'll find me. As soon as possible. Pas sebelum SDN 01 Mentawa.

Di bawah adalah apa yang bakal kamu temukan di Sentras ya.... Selain itu ada juga real emo box, styrofoam art, bros menarik (yang tampaknya tak lagi dipedulikan sang pemiliknya T_T ( Yusrain As-Shofwah , Zubaidah Campoes ), thousand face box (barangkali wajah kamu ada disana), dan lain-lain lagi.

Sekian dulu latihan jari sesi pertama...

Minggu, 01 Desember 2013 0 Messages

Puisi : Diam

Terakhir nulis puisi, kalau gak salah sewaktu kelas dua SMK. Itupun lantaran tugas Bahasa Indonesia. Judul yang kuangkat kala itu adalah Desaku.

Dan sekarang aku ingin mencoba menulis puisi lagi. Judulnya DIAM.

Diam
.....................................................................................
.....................................................................................
.....................................................................................
.....................................................................................
.....................................................................................

Aku masih diam
.....................................................................................
.....................................................................................
.....................................................................................
.....................................................................................
.....................................................................................

Dan aku tetap diam
===




Kamis, 28 November 2013 0 Messages

Siapa Ingin Jadi Miliarder

"helo Zen, ini Antowi dari kuis Siapa ingin jadi Milarder. Kamu kenal dengan Soe?"

"Soe? Oh..ya" Suara Zen agak kasar.

"Sekarang ini, Soe sedang berada pada pertanyaan ke lima belas. Dan selangkah lagi, beliau akan, untuk pertama kalinya di Indonesia dan kedua di dunia, menjadi pemenang di mega kuis ini. Dengan syarat bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Zen, kamu punya waktu tiga puluh detik. Berikut ini adalah suara Soe..." Antowi, sang presenter menyudahi percakapannya.

"Hai Zen," Soe langsung menyapa. "Siapa....." terpotong suara Zen, temannya tiba-tiba.

"Ngape nelpon-nelpon Soe. Jasku mane. Aku mo makainye lusa' ni." Zen meluap-luap.

"Up, ade di rumahlah. Mane yak, kau tak ade sms aku. Aku mane ingat!"

Tit-24, tit-23, tit-22.....

Penonton mengerutkan jidat. Mas Antowi pula bingung.

"Tak mo tau. Besok harus udah ade. Titik."

"Iye lah."

Tit-18, tit-17, tit-16

Soe menambahkan, "tapi jawab dolok pertanyaan ni. 'Siapa nama presiden Amerika yang muncul dalam Seri Televisi bertajuk LAUGH-IN? a. Lyndon Johnson, b. Richard Nixon, c. Jimmy Carter, atau d. Gerald Ford?' "

Zen di ujung sambungan diam. Waktu terus bergulir. Detik demi detik hilang.

Tit-9, tit-8, tit-7

Zen masih tanpa suara.

Pikir Soe sambungan telah terputus. Tit-4, tit-3, tit-2....

Penonton yang hadir di Studio mulai panas. Detak jantung mereka semakin kencang. Soe terus menunggu di waktu tersisa, dan Mas Antowi gusar di kursinya sendiri.

"Richard Nixon"

Suara Zen diujung tanduk. Memecah hening dan ketegangan.

Uuuhaa...dengan serentak desahan nafas terurai. Penonton menjadi lemas. Sang pembawa acara masih tidak percaya. Benaknya tiba-tiba sesak mendengar jawaban Zen.

"Richard Nixon," suara Mas Antowi dipaksakan sesantai mungkin. Ia memang terlatih untuk hal-hal seperti ini. "Anda yakin dengan jawaban teman anda?"

Soe mengangkat bahu, "seratus persen."

Mas Antowi kaget. "Jadi jawaban final anda adalah b. Ricard Nixon?"

"Ya, b. Ricard Nixon."

Mempengaruhi jawaban Soe, Mas Antowi menyarankan, "anda masih punya dua pilihan. Ask the Audience dan Fifty-fifty."

"Jawabannya tetap, Richard Nixon."

"Ok, baiklah. Penonton di Studio dan pemirsa yang ada dirumah, apakah jawaban Richard Nixon ini akan menjadi sejarah baru dalam kuis SIAPA INGIN JADI MILIARDER di Indonesia atau malah, Soe, harus berpuas diri dengan hanya mendapatkan 36 juta rupiah saja."

Teerreeeeeng.......teereeeeeng. Musik mengalun. Menyusupkan ketegangan hingga ke sanubari. Untungnya Soe santai saja.

"Dan Soe, maaf....anda harus pulang dengan hadiah satu milyar rupiah!"

Soe meloncat dari kursi panas. Melompat sejadi-jadinya hingga menembus plafon ruang studio. Pecah. kemudian melintasi gumpalan awan. Semakin tinggi dan tinggi.
..........
"Soe, bangun!"

Pintu kamar di gedor hampir roboh dan mak masuk tanpa permisi tak lama kemudian. "Zen menanyakan jasnye tu. Ie di luar."

Just Fiction
Bisa dibilang terinspirasi dari kisahnya John Carpenter tahun 1999 yang untuk pertama kalinya memenangkan hadiah $ 1.000.000====
Sabtu, 09 November 2013 0 Messages

SAHARA, MOM THE HERO

"Mak, Anong daan mao bagi....."
Sahara yang tengah fokus pada piring-piring kotor dihadapannya, bangkit. Membilas tangan penuh sabun, lalu bergegas menuju sumber suara yang semakin gaduh di ruang TV. Anong mulai merengek egois, sementara abangnya, Taro memelas.
"Nong, bagilah makan. Daan boleh keminting dengan abang."

Entah dengar atau tidak, kedua bocah itu tetap dengan pendirian masing-masing. Akhirnya, Sahara turun tangan juga. Sebungkus nasi kuning milik Anong kini setengahnya berpindah tangan. Tangisan si bungsu pecah hampir merontokkan dinding (kalau tidak berlebihan). Taro pula berlari ke teras depan, bergabung dengan teman sebayanya, penuh kemenangan. Sahara beranjak tanpa peduli lagi. Itu, lakonan di rumahnya sehari-hari. Apa herannya?

Kembali menuju tempat cuci piring, langkah wanita berusia awal kepala lima tersebut berhenti. Tepat di kamar gadis mudanya.
"Ckkkkk.............."

Padahal cuma berdua dengan HP di kamar, Adel asyik dengan dunianya sendiri. Baru tersentak saat pintu kamar di buka dengan keras. Dan sesosok manusia menghalangi pintu.

"Ya Allah, Del. Balom jua cuci baju. Nak jadi ape be kau tok e. Kalak siang-siang agek. Ari dah galap yo. Bahari suke nak ujan. Awas mun daan kau cuci baju sekolahmu."

Adel suka menjawab. Tetapi kali ini terhalang lantaran ibunya duluan beranjak ke dapur. Ia kesal bukan main, menatap lekat pada layar empat setengah inci di tangannya lagi. Lagi seru-serunya chating sama seseorang nun disana....Urusan baju? Ah gampang. Ibunya cuma suka membesar-besarkan masalah saja. Apa sih susahnya dengan dua pasang seragam sekolah. Uhhhh!

Belum sempurna Sahara duduk di antara piring-piring kotor lagi, sebuah suara mengguntur. "Ra, bajuku be mane? Dari tadek urang minta, daan diambek-ambekkan!"

Sahara mengaruk kepala di balik kerudung instannya. Sesungguhnya ia tidak perlulah hingga bangkit segala, toh Tino, suaminya terlalu manja untuk dicarikan kemeja buat kondangan. "Tang ambek di lemari ye be. Dah tadek di padahkan di siye," jawab Sahara kesal.
"Sean, tau ke sean? Baju pun simanar lalu nyimpannye."

Wanita itu berjalan lurus menuju kamarnya sendiri. Malas untuk bertengkar melulu, baju yang sejatinya bisa ditemukan dengan hanya membuka lemari, di letakkannya dengan ganas di tempat tidur. Suaminya masuk, ia keluar. Keduanya saling cemberut.

"Care-care Rahmat tok e," kesal Sahara dalam hati.
Mendapati lampu kamar sebelah masih menyala, padahal sudah menunjukkan pukul sembilan. Anak lelakinya masih enak dengan alam mimpinya. Kebiasaan!
"Liat jam yo, mat! Nak jam berape agek baru bangun. Usah oi nak dibiasekan getok. Sean polehannye. Dah tau becewek, ngurus direk sorang pun an bise kau tok be."

Rahmat mengeliat beberapa detik. Dimatanya yang masih menyipit, ibunya tak lebih dari sesosok monster dalam mimpinya tadi. Masih terlalu pagi, kan tadi malam ia bergadang. Itu satu-satu alasan masuk akal yang membuat dirinya harus melanjutkan tidur. Menurutnya. 
"Jak mane tiap malam lama-lama barok tidok!"

Sahara pergi kemudian.

Piring-piring kotor masih setia menunggu dan menyambut Sahara di pojok dapur. Ia mengambil satu, mengusap-usapkan spon, meletakkannya, dan mengambil satu lagi. Selesai? BELUM.

"Ra, mane kau nyimpan kopiahku?!"
"Rinso dimane, mak?!"
"Mak, minta duit balli es!"
"Yo, ayek kopi tang dah habis!"
"Is umak, polahkan nasek goreng jiku!"

Sahara sempat mematung memandangi lima wajah bersamaan dihadapannya. Apakah sebaiknya ia pingsan saja di situ?


Membayangkan semua pintu surga bebas dimasukinya kelak, Sahara menghela nafas dalam-dalam. Melepaskannya perlahan-lahan. Ia bangkit.
Rabu, 06 November 2013 0 Messages

PEMBALASAN F1ZER

Wah hebat Fizer. Sejak sore, motor antikku itu telah berhasil membuat kalori dalam tubuh kurusku terbakar ludes. Menginjak starter berkali-kali hingga berkeringat. Hidup setelah ganti busi. Kirain langsung beres. Eh, setiap kali berhenti, maunya minta di lap businya. Kebanjiran? Bukan! Minta ganti tuh.

Dan minta ganti itu belum terlaksana lantaran malam menjelma. Aku sangsi kalau masih ada bengkel yang buka. Akhirnya aku mengalah. Mengelapnya lagi dan lagi. Puncak dari itu semua adalah pasca shalat isya di Masjid Tumok. Busi tiga buah gonta-ganti, yang di lap pun tak berbuah manis. Ku guncang itu motor, memastikan bensinnya masih ada. Oh, hampir habis. Seberkas cahaya mulai bersinar. Kios bensin terdekat di muka jalan. Lega rasanya.

Delapan ribu menebus satu liter bensin. Mengenyangkan tangki dan memupus harapanku. Fizer tidak juga mau meraung lantang. Nasib motor tua. Eittss, bagaimanapun si Fizer telah menemaniku sejak kelas dua SMK. Itu artinya, kami telah bersama-sama dalam kurun waktu sebelas tahun. Membanggakan, bukan?

Kembali aku melakoni buka bongkar busi. Fizer hidup sejenak, lalu mati. Sementara itu, gerimis tidak lagi menyejukkan badan. Keringat merembes dari pelipis.

"Itulah, saye lebih suka pakai gerete (sepeda)," seorang remaja bersuara wanita berkata pada gadis di kios.

"Iyelah, payahnye motor kalau mogok. Gerete daan gimane-gimane...." timpal gadis itu.

Uhh...berterus terang sekali. Bergosip di depanku yang tengah berjuang keras menghidupkan si Fizer. Tapi sebaliknya, aku sebenarnya ingin tertawa mendengarnya. Aku bungkam. Kedua tanganku tetap bekerja.

"Ini yang terakhir," ucapku membatin.

Fizer mengamuk setelah di ganti busi yang itu-itu juga. Gumpalan asap menggumpal keluar dari corong knalpot. Secara kebetulan menuju dua sosok manusia di kios, tiga dengan penjaga kios yang diam. Dan itu cukup buat menyumbat mulut mereka, kukira. Mereka terdiam, masuk ke dalam.

Bravo Fizer. Sejak lama, aku hampir percaya kita bisa berkomunikasi dengan cara kita sendiri. Puas? Well, aku harus mendorongmu lagi sejauh lima ratus meter untuk mencapai kos. Besok kita lanjutkan lagi membelah kota kecil ini. OK?
Minggu, 03 November 2013 0 Messages

TES CPNS

Padahal masih genap satu jam ke depan. Tapi pukul enam tiga puluh, aku sudah  keluar dari rumah. Setengah jam sisanya, ku perkirakan bakal sampai di tempat tujuan. Kalau, kalau ....... oh tidak, sudah wajar jalan AS kota khatulistiwa pagi minggu ini sesak. Maka, aku pun memacu laju sepeda motor lebih tinggi.

Persis. Bahkan tujuh lewat tiga, saat ku lihat jam HP, SMAN 2 Pontianak sudahpun ramai manusia. Tujuan sama, sama-sama sibuk, dan bersama-sama mencari tempat duduk. Sesuai nomor ujian tentunya. Bukannya mudah menelusuri ruang demi ruang. Memastikan disanalah jatah kursi kita. Yap, apalagi kalau bukan untuk berkutat dengan soal-soal beberapa menit yang akan datang.

Lega setelah akhirnya ketemu. Tidak juga langsung duduk disana, malah keluar lagi sekedar menenangkan diri. Beberapa peserta sibuk dengan catcil di tangan, memandang keatas sesekali, kembali menekuni apa yang tertulis disana. Berulang-ulang, seolah tiada yang memperhatikannya. Memang demikian, kecuali aku he...he... Ada pula yang seolah tanpa beban. Justru memilih ngobrol kesana kemari menghabiskan waktu bersama rekan. Diantara itu semua, kebanyakan sih sibuk dengan HP masing-masing. Aku? aku sibuk memperhatikan!

Jadi begini? Pertanyaan yang semua jawaban hampir betul. Katanya cari yang paling betul, meski aku sendiri bingung menemukannya. Berlalu saat bel menandakan waktu habis berbunyi. Jeda untuk pergi ke kantin belasan hingga dua puluh menit. Itu rata-rata diisi dengan membicarakan soal no ini dan no itu dengan teman kenalan baru. Sepertinya, kondisi senasib seperjuangan bisa menjalin keakraban sesaat. Syukur-syukur berlanjut.

Ujian selanjutnya digelar. Tak ada bedanya. Aku lebih banyak menjawabnya dengan lamunan jauh kemana-mana. Berharap dengan tidak sengaja, ada menawarkan jawaban gratis. Tahu-tahu, satu per satu, peserta Ujian Tertulis CPNS keluar ruangan. Bisa dipastikan, aku lima yang terakhir.......

............
Koran lokal pagi itu cepat sekali ludes. Kios-kios pinggir jalan kehabisan stok. Kemana lagi harus mencarinya? Belum lagi perasaan dag-dig-dug yang tidak karuan sejak semalam. Berkenaan lulus-tak lulus selalu saja menghantui. Kali ini lebih hebat di banding saat menerima kelulusan UAN semasa SMA.

Selalu ada yang lebih dulu dari yang dulu. Sekarang, media cetak yang me-rekap hasil tes tersampir di tanganku. Dapat dari seorang teman yang tentu ikut mendaftar CPNS juga. Apa peribahasanya, setali dua tali (benarkah?). Namanya tidak ada, begitu pula denganku. Asli, kenyataan begitu menyesakkan. Pelan-pelan kesalpun menyusup di hati.
"Ini," Aku menyodorkan koran padanya.
Eh, ternyata ia dongkol bukan main. Berlebih-lebihan dengan mengatakan, "buang saja!"
Gak segitunya kali.

..........
Di kampus hijau pun masih berlanjut. Lulusnya mahasiswa senior dalam tes CPNS waktu itu menyebar kemana-mana. Banyak yang takjub dan terkesima. Ada pula yang sakit hati. Mendapati bukan dirinya yang dibicarakan. Kecuali, kegagalan.
"Lulus ke?"
Gadis itu bertanya kepadaku basa-basi belaka. Kan kita sudah tahu bersama, kalau lulus pasti sudah ketahuan sebelum aku memarkirkan motor.
Pun jawaban sekedar basa-basi pula. "Tidak."

..........
Oho, kenangan sekitar 8 tahun itu menguak saat mendengar banyak teman yang mengikuti Tes CPNS hari ini. Yah, semoga hasilnya yang terbaik saja ya, sob. Insya Allah.
Senin, 28 Oktober 2013 0 Messages

All Dream World

Aseli, KATA-KATA raib dari diriku. Yah, benda abstrak itu seolah lenyap seiring lajunye waktu. Bantuan Dora pun gak mungkin mengembalikannya. Ada ide?

Wooooww, pekerjaan apa ini. Saat sadar aku tengah memegang tang yang melekat pada gigi seekor binatang buas. tinggal di dimensi yang penuh kreativitas ini memang terkadang cukup aneh. Harimau itu menyeringai kearahku dimana aku tepat berada di bawahnya. Seseorang, tidak jelas juga siapa, ku kira bapak atau siapa pun itu, mengatakan, "mencabut gigi taringnya akan mempertajam gigi baru nantinya." Begitulah. Teori yang tidak pernah masuk akal. "Tidakkah ia akan menerkamku," aku memastikan segalanya baik-baik saja. "Tidak," jawab lelaki itu singkat. 

Sementara aku sibuk bekerja, dua pasang mataku dan Harimau itu beradu. Jauh di kedalaman penglihatan binatang kaki empat tersebut, aku mendapati ia tengah tersenyum. Well, entah bagaimana. Namanya juga mimpi kesorean. 

Belum lagi cerita yang mama Dedeh bergabung dalam sebuah Marching Band. Waduh, luar biasa banget! Bisa-bisa saja sih mencari selingan ditengah sibuknya beliau berdakwah, mengisi program rohani Islam pagi hari dan sesekali menjadi bintang iklan produk komersil. Aku tepat di belakangnya. Kami sama-sama meniup Melofon (sebenarnya tidak tahu namanya, baru saja search di google). Oho...luar biasa. Kalau ini kisah lantaran tidur lagi pasca subuh....Maaf Mama Dedeh. Kalau mo nyalahin, salahkan mimpiku saja.
Jumat, 25 Oktober 2013 0 Messages

Wisuda

Masih dengan secangkir WHITE COFFEE KAPAL API GRANDE plus sekantong kue...dari lantai 1 rumah kos (memang tak ade lantai 2 nye)

............
Bangun awal? Uhh...itu satu hal yang agak ku benci. Tapi hari ini jelas berbeda. Lima seperempat bahkan tubuhku telah menjajaki dinginnya air. Segar bukan main, sesegar pikiranku. Ibu sejak subuh belum bertandang sudah wara-wiri membangunkan kami sekeluarga. Hampir seisi kampung kalut dibuatnya, kalau tidak berlebihan. Memang itulah adanya. Orang-orang di kiri kanan rumah telah hidup dibuatnya. Ayah, terutama yang menjadi sasaran "amukan" wanita yang melahirkanku ke dunia itu dua puluh satu tahun lalu. Mmm...masih saja mengucek mata saat beranjak ke belakang. Patutkah aku merasa kasihan?. Sementara dikejauhan, mesin kapal boat telah dipanaskan. Itu, semakin menambah gairah pagi ini. Aku membayangkannya, tersenyum sendiri jadinya.
.........
Motor boat carteran sesak dan mengantar rombongan ke kota Terigas. Sayangnya aku tidak ada disana. Melainkan disini, digedung Aula Kantor Bupati,beserta ratusan wisuda/wisudawati yang tengah berdebar-debar. Satu kata yang kami sepakati bersama yaitu bahagia. Para pemudanya berwibawa, para ladiesnya pula bersaing siapa yang paling cantik. Aku tak habis pikir, berapa jam yang mereka habiskan untuk make-up seperti itu. Untungnya kami lelaki, pakai ini-pakai itu selesai.

Tak lupa, sebelum acara dimulai pukul 08.00, kebanyakan dari kami jepret-jepret. Mengabadikan salah satu momen terindah. Mungkin untuk pertama dan terakhir. Kecualilah bagi mereka yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, aku yakin tidak termasuk yang itu. Menghabiskan tiga tahun ini pun, meliputi keuangan dan pikiran, aku kepayahan. Apalagi mengambil kuliah tambahan? He..he..
..........
Padat merayap. Aku tidak malu kok membawa seluruh keluarga besar dari kampung. Karena, ini adalah kesempatan menunjukkan pada mereka bahwa kita orang desa juga bisa berprestasi. Meski....ah sudahlah. Paling tidak bisa bergelar sarjana juga. Ucapan selamat terlontar sana sini. Tak lepas photo-photo antar wisudawan/wati pun ada dimana-mana. Baik dengan keluarga serta kerabat maupun rekan-rekan selama mengenyam pendidikan. Setelah puas, kami tanpa dipandu mulai meninggalkan lokasi acara. Inilah akhir perjuangan di dunia akademisi. Sekaligus awal memasuki dunia yang lebih real. Menjawab tantangan dan menguji keabsahan pendidikan yang dikecapi selama tiga tahun silam.

Esoknya, saat ku terjaga di pagi hari, tahu-tahunya ada gelar baru disamping sarjana. Yah, pengangguran. Siap-siap menjawab pertanyaan warga, "kerja dimana, Soe?" Mengenyahkannya bukanlah hal mudah. Lapangan pekerjaan makin hari bukannya makin lebar, justru sebaliknya. Sekali lagi mm.....Aha! Ide cemerlang apa ini? Kenapa mesti cari pekerjaan yang jelas-jelas sulit, bagaimana dengan MEMBUKA USAHA SENDIRI? TERDENGAR MENYENANGKAN, KAN?
............
Congratulation buat temans Sentras dari Politeknik Negeri Sambas yang diwisuda hari ini.
Selasa, 22 Oktober 2013 0 Messages

The Tester

"Tidak enak!"

Sesingkat ia meletakkan kembali susu botol di meja stainless besar. Para ilmuan di laboratorium itu tercengang tidak percaya. Jangan-jangan perusahaannya telah memilih orang yang salah. Pun ide ini terdengar gila. Mereka sepakat untuk yang terakhir itu. Kecuali satu orang dari internal perusahaan.

"Apanya?" kepala bagian Research Development mewakili berbagai tanda tanya.

"Kurang manis dibanding merek sejenis. Dan agak hambar di lidah."
Tanpa jasa pemuda itu, bisa-bisa saja mereka sendiri yang mencicipi susu formula bayi itu. Namun, kesuksesan perdana mengesampingkan semuanya. Jelas-jelas meledaknya variasi sabun bayi terbaru punya produsen perlengkapan bayi menjadi tolak ukur. Disamping kontrak yang mengikat kedua belah pihak tentunya.

Cukup sederhana. Ia digaji besar-besar memang untuk berkata sejujur mungkin dari sudut pandang bayi. Kok bisa? Entahlah, ia sendiri bingung. Bakat, yang lebih tepat di sebut anugrah jenis apa yang menimpanya ini. Yang pasti, ia bersyukur punya kelebihan extra unik ini.

Mahasiswa yang hampir Drop Out itu harus bergegas meninggalkan ruang tersebut, lalu menuju produsen perlengkapan bayi. Setelah mengucapkan pamit, sosoknya menghilang di balik dinding.

Selanjutnya handuk. Yah, handuk. Tidak pernah terbayang kan bagaimana menggunakan handuk bayi? Bukan, ia bukan memakainya tetapi merasakan tingkat kenyamanan tekstur dari benda pengelap air itu. Itulah produsen pertama yang melambungkan namanya. Rasanya tidak berlebihan jika kontrak juga mengikatnya disana. Untuk dua tahun lamanya. Meliputi setiap jenis produk yang tengah di godok untuk diluncurkan ke pasar.

"Nyaman." Satu kata untuk handuk bayi yang siap memangsa market share kompetitor lain.
...............
<< Wuih, merangkak lagi mengumpulkan kelihaian menulis yang memang sekarat>>


Jumat, 18 Oktober 2013 0 Messages

Turn Back??

always like this, pikir Coolio.

Yah, musti turn back ke step awal lagi. Menulis itu laksana.....laksana apa ya? Coolio kebingungan mencari kata yang tepat untuk menggambarkan hal itu. Itu? apa yang dimaksud dengan 'itu'?

Sang penulis amatir tersebut tahu bahwa menulis, membaca, menulis dan membaca lagi adalah syarat utama tuk menjadi penulis sukses. Dan sesering ingatannya akan hal itu, seringkali pula dia memilah dan mencari waktu yang, tepat, katanya untuk menulis. In other word, menulis berdasarkan mood. Wow, seharusnya enggak banget deh. Di pelatihan kepenulisan manapun, kamu bakal mendapatkan sang narasumber berbuih-buih mulutnya menekankan hal diatas. Salah siapa coba, kalau Coolio selama ini tidak pernah mengikuti pelatihan seperti itu, SEKALIPUN! Sekalipun, kecuali mencuri dengar saat ia bekerja sebagai admin di sebuah perusahaan swasta. Hanya itu.

Coolio mulai mengakrabkan lagi jari-jemarinya dengan dasar tuts keyboard. Meski jauh dari janggal, dia merasa ada yang putus antara hubungan otak dengan kesepuluh jarinya. Memang begitu ya, kamu mungkin bertanya-tanya. Coolio menjawab, "memang begitu."

Lanjutnya lagi, "kebiasaan kita menulis itu lambat laun akan menciptakan sistem kepenulisan dalam otak kita. Sehingga ide yang melintas dalam kepala akan segera diproses ke dalam plot. Baru setelah itu rangkaian demi rangkaian muncul silih berganti. Tahap selanjutnya adalah menyusun puzzle tadi hingga jadi alur. Terakhir, baru menuliskannya. Versiku itu bertolak belakang dengan kebanyakan penulis hebat yang justru menuliskan dulu apa yang dipikirkannya, kemudian baru membabat habis-habisan kalimat sampah."

Ah, kamu sok seorang profesional saja di bidang itu!

He..he...Coolio cuma bisanya manyun. Sebenarnya ia tidak benar-benar harus memulai dari nol lagi sih. Selama kurang lebih satu minggu liburan lebaran kemarin, ia membangun sistem di otaknya. Dengan tidak ada satu hurufpun tertuang dalam kata-kata. Dan setibanya di kota TERIGAS ini, Coolio mulai mencongkel imajinasinya sedikit demi sedikit. Mendapat ucapan selamat ulang tahun ke dua puluh delapan tepat lebaran haji kemarin, tidak lantas membuatnya terlena. Sekarang, "here i am," tukasnya tegas. 
Kamis, 10 Oktober 2013 0 Messages

CINTA BANGKIT DARI KUBUR

Violin terkesiap. Apa yang baru saja didengarnya bak halilintar pembelah cakrawala. Ia mencoba untuk bertahan dan berpikir tenang. Sulit memang, berharap dirinya mampu bahkan untuk berucap sesuatu. Sementara Aval yang ada tak jauh dari dirinya melepas pandangan pada lembah jauh dihadapan mereka berdua. Sisa-sisa embun pagi masih menggumpal diatas pepohonan di bawah sana. Bermukim di desa daerah pegunungan menjadikan keuntungan tersendiri kalau begitu.

"Aku tak bisa memberikan lebih," Justru Aval kembali bersuara. Mencoba menangkap perasaan sang calon pengantinnya. Pengantin? Oh, ia telah merusak segalanya.
Bulan depan rencananya pelaminan akan digelar. Pemuda itu telah mempertimbangkan masak-masak tentang ini sebelumnya. Ia ingin Violin tahu bagaimana hatinya. "Apapun keputusanmu setelah mendengar ini, aku jamin, kesalahan akan tertuju padaku. Jadi untuk yang satu itu tidak perlu khawatir."

Violin masih mematung. Mencerna ucapan calon suaminya diawal pembicaraan, "Aku telah membunuhnya sejak hari itu. Tak tahu apakah masih ada atau tidak. Dan yang terakhir adalah jawaban atas perjodohan ini kalau kau ingin tahu." Itu mustahil, pikir Violin. Kata-kata Aval tak lebih dari keputusasaan. Mencintai yang bukan halal dan sayangnya terlalu berlebihan. Inilah akibatnya. Justru yang paling tragis, rasa cinta yang seharusnya anugrah di lubuk hati manusia, bagi Aval menjadi kebencian yang mendalam. Terpancar dari wajah sosok yang dijodohkan kedua orang tuanya.

Namun Violin tetap membiarkan keheningan membungkus mereka.

Aval tidak benar-benar yakin. Kata "membunuh" yang digunakannya sebenarnya bermaksud "mengubur". Jelas berbeda antara keduanya. Dimanakah itu? Akan terjawab ketika menemukan pendamping hidup yang dicintainya sepenuh hati. Itu tidak ditemukannya dalam diri Violin. Meski seandainya Violin mengabaikan keterusterangannya, lalu mereka melaju kepelaminan, bukan berarti ujungnya bakal manis. Pernikahan yang tidak berlandas cinta, ia tidak habis pikir itu ada! Tetapi Aval sendiri yang barangkali bakal melakoninya.

"Yah, terima kasih karena kamu telah berkata jujur," singkat, padat, dan jelas. Violin telah mengambil keputusannya hari ini.

.........
"Terima kasih, atas semuanya."
5 tahun bukanlah waktu yang singkat. Perjuangan memenangkan cinta suaminya dari sisa-sisa kelam masa lalu berbuah. Violin mendapati doanya terijabah hari ini. Ia telah mengenali tanda-tanda sejak setahun terakhir, tetapi hari ini terungkap sejelas ia melihat hamparan luas lembah dibawah sana. Rasa terima kasih kikuk dari Aval, suaminya disambutnya dengan penuh suka cita.

"Sama-sama."

Bagi Aval pula, empat tahun bukanlah hari-hari yang mudah untuk menghapus berjuta kenangan dengan seseorang. Semakin keras ia berjuang, semakin kuat pula bayangan itu menghantui. Violin terkadang memang terlepas dari pandangannya. Sekarang, pasangan hidupnya itu bukan hanya bertindak sebagai istri sempurna baginya, Violin telah membangunkan Cinta yang terkubur.

Sebelum mereka duduk saling menautkan bahu, Violin berteriak kecil pada si kembar buah hatinya, "Alvin, Alvina, jangan jauh-jauh ya...."

Apa yang lebih indah dari itu??????

He... 06:00 WIB
@ Ruang kamar 3 x 3 m berteman segelas White Coffee Grande dan Gorpis <Goreng Pisang>
Sambas

Tadinya mikir mo tidur lagi pasca subuh. Eeeh ada yang nangkring di pikiran, ketik deh.... have a nice read aja
Rabu, 09 Oktober 2013 0 Messages

Cermin Ajaib

Benarkah pungguk pernah sekalipun merindukan rembulan? Tujuannya?!

Dan sayangnya, pemuda itu sepakat bulat-bulat. Bukannya apa, ia malas mencari istilah pengganti. Sempat terpikir untuk merakit kalimat "Semut merindukan Gajah." Uhh benar-benar lucu. 

Lucu, dengan kata itu ia mentertawakan dirinya sendiri. Berdiri di sebuah cermin ajaib. Bak cerita dongeng, ia bertanya pada benda yang memantulkan bayangannya itu seraya mencibir, "diakah jodohku?"

Bukan cermin yang bisa dilihat kasat mata. Melainkan ada dalam hatinya sendiri. Cermin itu membalas dengan menampilkan sesosok anggun lengkap dengan pakaian Taqwanya.

Dari kancut menjadi luluh, tak bisa dipungkiri sekarang ia tak lebih dari seekor pungguk. Dan gadis itu, bahkan melebihi rembulan. Keshalehahannya tidak tergapai mengingat dirinya memanggul begitu banyak dosa. Bukankah seharusnya ia sadari sejak dini, wanita sholehah cuma buat lelaki sholeh.....
Selasa, 08 Oktober 2013 0 Messages

Takdir, Menggantung Niat Suci

Koran minggu lalu masih tergeletak di atas meja, disampingnya ia mendudukkan diri pada kursi ruang tamu. Posisi berita tertulis itu sama persis saat ia menaruhnya begitu saja. Siapa memangnya diharapkan untuk menyimpannya baik-baik. Dia dan istrinya bahkan tidak pernah memikirkan hal-hal kecil seperti itu. Namun, tidak untuk kali ini. Pagi masih terasa hangat ketika ia membolak-balikkan kumpulan berita tersebut. Juga seperti pekan lalu, ia berhenti pada liputan khusus Ibadah haji. "Jamaah haji Kalimantan Barat telah menuju Mekah...."

Entah bagaimana, rasanya masih sama. Sedih itu masih lekat. Seharusnya ia bersama jamaah haji asal Kab. Sambas disana, seandainya pemerintah Saudi tidak mengurangi kuota Jamaah Haji untuk Indonesia. Berada diurutan buncit, menyebabkan ia rentan gugur. Dan tepat, keinginannya baru bisa terlaksana tahun 2014 mendatang. Tetapi, inilah faktanya. Dari rumah tua miliknya sendiri, lelaki ringkih itu cuma bisa mengikuti pemberitaan media. Ia, menarik nafas dalam sebelum melepaskannya perlahan.

"Insya Allah, tahun depan."

Mereka berdua berpelukan saat acara berangkat haji pagi itu. Sapu tangan menyelamatkan air matanya, mendengar apa yang diucapkan temannya. "Insya Allah," jawabnya singkat. Terbersit sedikit keraguan disana. Apa ia mulai sangsi dengan umurnya? 63 tahun berikut dengan penyakit yang terus saja mengekor. Jika dibilang komplikasi, berlebihan kayaknya. Yang pasti, ia sering merasa tidak enak badan. "Insya Allah tahun depan," kembali ia menekan diri.
.........
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar-Laailahaillallahu Allahu Akbar-Allahu Akbar-
Walillahilhamdu

Pagi 10 ZULHIJJAH tahun ini di dusun Mulia punya dua agenda penting. Salah satunya meski disegerakan dan satunya bisa ditunda hingga empat hari kedepan. Setelah shalat ied, masyarakat berbondong-bondong mendatangi rumah duka. Kebanyakan berkoko lengkap dengan peci, bagi kaum Adam tua maupun muda. Kaum hawanya pula berkerudung instan kebanyakan. Beberapa pemuda dusun telah beranjak menuju pemakaman. Menggali tanah dengan ukuran 170 x 70 cm. Selingan senda gurau mereka disana, menyayangkan perihal niat suci si almarhum yang tidak kesampaian. Doa, di hati kecil mereka masing-masing terlontar ikhlas. Semoga, wafatnya lelaki tua itu bernilai husnul khotimah. Apa yang lebih baik dari itu!
...........

"Allahu Akbar........"
Ditengah kerumunan jamaah yang saling berhimpitan, ia bersama dengan sang istri, melontar jumroh yang pertama. Ada kelegaan dihati mereka berdua mendapati seolah tengah menghujani setan dengan batu tersebut. Allahu akbar, untuk yang kedua kalinya mereka lakukan lemparan bersama-sama pula.

"Allahu...."
Suara lelaki itu tercekat yang mengundang tanda tanya istrinya, "ada apa?" Padahal tangan keduanya sudah siap untuk melontar yang kali ketiga.
"Itu...." jawab lelaki tadi terbata-bata. Istrinya hampir tidak bisa mendengar.

..........
"Innalillahi wa innailaihi roji'un"
Segera ia menyampaikan berita wafat sahabatnya di Indonesia. Spontan sang istri menukaskan kalimat yang sama. Semuanya milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Tak lupa ia juga menceritakan pandangan anehnya saat melontar jumroh. Ia melihat sahabatnya itu ada diantara jamaah. Ia juga ikut melontar. Allahu Akbar.

09:30 @ Sentras 
Senin, 07 Oktober 2013 0 Messages

Styrofoam Art

Penasaranku terjawab sudah. Pasti ada sesuatu yang luar biasa bisa dibuat dari styrofoam. Terrre.....ng. Inilah hasilnya. Semoga bisa menjadi awal untuk berkreasi lebih banyak, tentunya pada karya yang lebih rapi dan unik. 


0 Messages

Hujan, Datanglah ....

Hujan, datanglah....Hujan-hujan-hujan?!

Langit mempertontonkan awan yang menggumpal. Menabiri cahaya surya yang seharusnya panas jam segini. Yakinlah, banyak yang senang untuk saat ini. Hujan, sudah berapa lama ya tidak datang? Hujan, datanglah..... 

Pemuda itu berdoa dengan penuh keyakinan di hati

Uhaa...asyik. Terperangkap hujan di rumah. Siang-dingin-mata ngantuk, apalagi kombinasi yang lebih hebat dari ketiga itu. Ehe...kira-kira bisa gak ya. Menyusup sedikit ide gila pada otaknya. Benar lo, kesempatan ini tak datang setiap hari. Bahkan sebulan dan setahun sekali pun belum tentu. Hujan lebat yang kelihatannya bakal lama, sepertinya bisa jadi alasan logis. Mmm....

Dan setelah makan siangpun, hujan belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Diam-diam HP memanggilnya. Entah bagaimana. Barangkali itu barang bisa telepati. Namun, sesungguhnya sejauh ini yang didengarnya dari tadi justru panggilan tempat tidur. Berkali-kali di dengarnya benda empuk itu membujuknya. Bagaimana ya....

Menunaikan niat, diraihnya alat komunikasi tadi. Jari jemarinya lincah di atas tombol benda kecil itu. Tak diragukan lagi, toh dia pernah menjuarai lomba SMS tercepat sewaktu kuliah dulu. Berhadiah luar biasa hebatnya, voucher dari operator terkait plus T-Shirt.

"Maaf pak mau izin, malariaku tiba-tiba kambuh. Jd mngkn tdk bs msk lg siang ini"

Pun ketika ia siap menjejalkan kepalanya diatas bantal, SMS nya kepada atasan belum berbalas. Tiba-tiba hatinya menjadi was-was. Hujan, lebatlah.......

Tittt..titt.... bersamaan dengan kesadarannya hampir hilang. Jawaban dari atasan. Terlanjur hampir setengah dua, peduli apa ia diberi izin atau tidak.

"Ya, smga cepat sembuh."

Asal kau tahu saja, kata pemuda itu pada dirinya sendiri. Di kantor pun lagi tidak banyak yang mesti dikerjakan. Tambah hujan macam ini, pasti semua pada layu.
Uhuui. Tidur Siang, i'm coming. "trima kash, pak."

Tiba-tiba ia sudah berada di tengah-tengah kerumunan. Di bilik sempit dengan pembatas jeruji. Sedang apa sih disini? Kan tadi ia lagi di rumah. Ia tak mengenal seorangpun disana. Wajah-wajah asing.

"Ven, keluar!"

Galak sekali sipir sok itu. Ia menahan diri untuk tidak bertanya, itu merendahkan diri, pikirnya, atas kesalahan apa ia disana. Dan sepantas angin pula, sidang digelar.

"Vendi Soecitro di jatuhi hukuman 2 setengah bulan karena mangkir dari pekerjaan"

.........
Bukan mimpi siang kemarin penyebabnya panas dingin pagi ini. Meski tak bisa disangkal sedikit berpengaruh. Ven menarik tinggi selimutnya hingga leher. Sesekali sampai menutupi kepalanya juga. Giginya bertautan satu sama lain. Badannya mulai menggigil. Lebih dingin dari biasanya. Wajahnya pucat, kata ibunya.

"Kau demam, Ven?"

Tak mampu menjawab. Ven merapatkan selimutnya sejadi-jadinya.

Terserah. "Maaf pak, saya tdk bisa masuk hari ini. MASIH demam." Ia mulai berpikir, doanya menjadi makbul. Semoga besok bisa masuk kantor lagi, pikirnya sembari berharap.

06:06 am
Di tempat tidur bersama segelas Top Kopi - Kopi Gula dan sekantong kue. Berharap tulisan ini ditulis kemarin siang. Cuma, lantaran netbook ketinggalan di Sentras saat hujan turun, yah terrreenggg... Ini lah dia.

Saatnya beraktivitas
Minggu, 06 Oktober 2013 0 Messages

Debat P

Kenapa pucat P? Gak usah segitunya kali!

P
"Bagaimana tidak khawatir, kamu berjam-jam memelototi netbook. Itu sih biasa sebenarnya, cuma malam tadi rasanya cukup membuatku was-was. Sepertinya kamu berencana mencari penggantiku. Mmm...Tidak ingatkah kamu kenangan-kenangan selama empat tahun bersama? Sungguh terlalu kalau begitu! Aku, yang menemanimu hampir kemana saja. Selalu membantu untuk urusan apa saja. Dan setelah jelek begini, kamu mulai berpaling. Barangkali semua itu sama sekali tidak berkesan di ingatanmu, ya. Ku akui, memang beberapa bulan terakhir ini sikapku kurang bersahabat. Mau bagaimana lagi? Aku hanya ......."
.......
Aku
"Bukan maksudku untuk .... ah sudahlah. Kabar baiknya, menggantimu baru setakat rencana. Melihat kondisi setelah lebaran haji. Jadi, kamu yang disana tak perlulah cemas sangat. Kebersamaan kita tidak pernah kutepikan sama sekali. Empat puluh delapan bulan, bukan waktu yang singkat untuk menghapus kesan. Seringkih dan sejelek apapun dirimu sekarang, aku tetap masih 'mencintai'mu. Paling tidak sebagai simpanan (mengerikan ya). Hanya saja, sungguh keadaan tidak memungkin lagi untuk terus mempertahankanmu. Karirku lebih utama. Titik. Oh, tida.....k. Aku tidak suka melihatmu sedih seperti itu. Please."
.......
P
"Aku tidak akan macam-macam lagi. JANJI! Kalau memang itu masih berlaku (suaranya melemah). Mau kah kau aku berterus terang?"

P diam.

"Ini semua salahmu!"
.......
Aku
"Hei..... (sebenarnya aku ingin marah). Sudahlah. Kau benar. Apa yang terjadi antara kita tidak semuanya kesalahanmu. Aku pernah 'mencampakkanmu' tanpa ampun. Namun terlambat sudah. Seperti ku bilang, karirku tidak mendukung kita berpasangan lagi. Ku harap setelah berpisah kelak, kau tetap mau membantuku sebisanya."

Masihkah seharusnya aku meminta setelah menyakitinya? Kau mungkin akan mengatakan diriku kejam. Beruntungnya......P yang baik hati mengatakan,
........
P
"OK"
........

Browsing, cari HP lokal murah meriah. Mengingat anggaran cukup itu doank. Mengesampingkan merk yang Andro2 atau yang BBM2 atau pada fitur2 wah lainnya, akhirnya jatuh cinta pada yang menang gaya. Gak apa-apa deh. He..he...

N/B: P hanyalah sebuah HP
Rabu, 02 Oktober 2013 0 Messages

Resiko tangan gak bisa diam!

Si oren yang jadi korban. 'Dirumah sakitkan' kemarin sore. Agak, eh bukan agak lagi namanya, dah memang hang. Netbook ku itu gak mau bekerja setelah di shutdown saat proses compress harddisk C:\ nya berjalan. Salah siapa, coba? Maksudnya sih mau ngeluasin kapasitas drive tersebut agar kinerja si Oren gak lelet. Eh, proses compress nya makan waktu. Dan sewaktu online, leletnya bertambah-tambah. Dimatikan dengan proses yang benar. Tahu-tahu itulah akhir nasib baik benda lipat tersebut. 

Alhamdulillah dalam menjemput rejeki pagi ini, masih bisa mengandalkan si Kompu. Komputer yang telah menemaniku sejak tahun 2007 lalu. Lebih dari itu, bisa juga latihan nulis online autodidak. Itu yang penting! 

Dalam kesempatan ini juga, Sentras mo ngucapin GO FIGHTING buat salah satu temans ( belum di add FB nya ) bernama Juliansyah, anak Mesin POLNES, yang hari ini akan berjuang 'menghadang' dosen-dosen penguji. Tentunya dalam sidang Tugas Akhir untuk mendapatkan gelar Amd. Wuihh...Deg-degan sekali pastinya. Jadi teringat sidangku dulu yang extra aneh dan unik di bulan September 2011 lalu. Satu penguji sahaja. Head to head. Ketaw-ketiwi, ngalur ngidul di ruang jurusan. Dimana dosen keluar masuk hilir mudik. Memang gak kelihatan tanda-tanda sedang Sidang/Kompre. Nilai berapa yang diharapkan dari itu. Syukur-syukur kena kasih angka 7 juga. B. (Boleh jadi nilai kasihan mengingat aku mahasiswa terakhir di angkatanku. Pun lewat beberapa bulan dari jatah seharusnya di DO). Rupanya ijazahnya segitu juga. Gak bagus-bagus amat.

He..he..
Selasa, 01 Oktober 2013 0 Messages

Si Gentong Nissa

Si gentong Nissa kemarin harus memisahkan diri dalam barisan upacara. Bak selebritis, ia mendapat sorotan dari ratusan pasang mata teman-temannya. Tidak membawa topi, itulah satu-satunya alasan mengapa ia ada disana. Guru memang tidak toleransi sedikitpun, pikirnya kesal. Padahal Nissa kan baru kelas satu. Badannya saja yang melebihi anak kelas tiga SD. 

Beruntung Nissa mudah hilang ingatan. Maksudnya tidak terlalu memikirkan hal-hal yang gak penting. Buat bocah 'raksasa' itu, makanan adalah segalanya. Dalam kesendiriannya, ia justru membayangkan tengah makan sosis goreng. Lidahnya menjulur lalu menyapu bibirnya sendiri. Diluar kesadarannya. 

"Lihat teman kalian. Itu tidak bisa dicontoh!"

Berbuih-buih pun mulut ibu pembina upacara tidak bakal masuk telinga Nissa. Dia malah melirik mamang Somai di luar pagar. Bukan orangnya, jelas. Hidungnya yang nyangkut di panci sana. Kalau itu, kau tak usah heran lah. Salah satu kelebihan Nissa yang sengaja dirahasiakannya.

Ting-ting-ting....
Es potong Ceria lewat saja.

"Hah yang kelas enam, sodah nak lupa. Daan lama agek Ujian Nasional. Harus......"

Harus beli nih, pikir Nissa. Nissa tahu, Es potong ceria akan mampir jam istirahat kelak.

"Bubar, jalan!"

Nissa mengingatkan diri untuk tidak bercerita pada ibunya di rumah.
............

Aku tengah santai-santai menarikan tuts laptop, ketika seorang bocah gendut melintas. Rambutnya sepanjang Dora, cuma agak mengembang. Berseragam merah putih lengkap dengan sepatu dan dasi.

Sebelah kanannya memegang tempe goreng berbalut saus dan kecap manis. Sedang tangan kirinya pula menggenggam erat sebungkus es. Jalannya mantap semantap kunyahannya.

Oh, barangkali ini Nissa yang diceritakan Fajar kemarin. Bocah gemuk yang temannya sekelas.
.............
Minggu depannya, tanpa di suruhpun Nissa menempati tempat favoritnya. Itu tu yang di pinggir lapangan Volly. Memisahkan diri dari barisan, lagi. "Nissa, minggu depan jangan lupa bawa topi ya!"

Nissa mengangguk samar.
Senin, 30 September 2013 0 Messages

Deg-degan Menanti Maknyah?

Ih....kedengarannya gak enak sekali. Eitss, sampai disini, temans Sentras tak perlu senyum dan so'udzon dulu lah. OK!

Maknyah itu janda cerai. Mmmmm (dah mule tu ). Emangnya kenapa dengan janda cerai? Maknyah tetangga sebelah rumah. Tetapi nginapnya dia di rumahnya yang seberang sungai. Tiap pagi wanita itu singgah dulu ke disini. Membawa jualan; sayur2an dan kue mueh. Tumben hari ini siang, dan itulah yang ku tunggu. Bukan Maknyah nye. Serahlah mo Maknyah, neknyah, atau paknyah ke yang datang. Yang penting kue, itu ha!

(Koq emosinya ninggi, ya?)

Tak juga. Soalnya, pagi ini aku gak sempat ke warung Mak long yang di Tumok. Biasanya, disanalah aku membeli tambul. Berhubung setelah shalat subuh tadi perut kurang bersahabat, jadilah pulang menjadi alternatif. Itu dia sebabnya.

= Catatan gak ada kerjaan di awal Oktober 2013. 5:43 dari tempat tidur berteman sekantong kue dan segelas Kapal Api White Coffee Grande =
Jumat, 27 September 2013 0 Messages

Mocai Menghilang


Runi gak pernah membayangkan hari-hari kedepan. Tanpa Mocai, oh sungguh terasa ada yang hilang. Tiada lagi yang mengeong, mengelus kaki saat berjalan, dan  terpenting, gerombolan tikus bakal berpesta di rumah. Membayangkannya, menjadikan gadis itu semakin terperuk dalam kesedihan. Tiba-tiba, dari pelupuk matanya, menganak sungai aliran bening. Telat menyeka, jatuh begitu saja di jilbab ungunya. "Mocai," ucapnya lirih.

Hening, sepi, seolah kehidupan telah lenyap. Runi mencoba berpikir positif diantara dugaan-dugaan mengerikan yang menimpa kucingnya itu. Tapi sungguh sulit nian. Berkelebat bayangan Mocai mengeong untuk terakhir kalinya, sebelum menjemput maut di ujung pisau. Uh...tidakkkk! Mocai, dimana kamu.

Harus ada yang dikasih tahu tentang ini. Meski belum tentu mengembalikan Mocai secara utuh, paling tidak menghibur dirinya dengan berbagi. Runi, dari kamar menuju ruang tamu. Di meja, tergeletak Handphone dan buku catatan hariannya. Bisa-bisanya dua benda penting itu ada disana. Kalau orang tak bertanggungjawab merasa memilikinya bagaimana?

Memilih menu kontak dan sebuah nama kemudian, lewat HP Runi menunggu sejenak hingga ujung sambungan berbalas. "Assalamu'alaikum....." Begitulah selanjutnya. Runi mengulangi kronologi terakhir dia melihat Mocai sampai pada detik dimana binatang kaki empat itu raib tanpa jejak. Sesekali di sekanya matanya. Urusan Mocai, melebihi urusan yang lebih besar. Skripsi yang tak kunjung selesai. Nasib.

Dan, "wa'alaikum salam." Keluh kesah selesai. Untungnya Runi mendapatkan sedikit pencerahan dari sepupunya tadi. Bersabar dan berdoa, itulah petuahnya. Semoga Mocai kembali ke rumah dengan selamat. Mencari kucing yang seperti Mocai itu tidaklah mudah. Kucing itu istimewa diantara yang lainnya. Karena? Runi enggan memberitahukannya. Itu rahasia dirinya sendiri.

Kemana sebenarnya Mocai?
........
Runi berjalan ke teras depan dengan lunglai. Membuka pintu dengan sepenuh tenaga tersisa. Perihal kehilangan Mocai telah menyedot energinya begitu banyak. Runi duduk setelah itu di salah satu kursi. Pandangannya menjelajah halaman yang dijejali rumput mulai memanjang serta bunga yang bisa dihitung jari. Dari dulu, ia memang tidak suka menanam bunga-bungaan. Dari sana, beralih ke kanan kiri pada rumah tetangga. Berharap Mocai tengah bermain "petak umpat" dengannya. Enggan menampakkan diri saja saat ini. Semoga.

Semua prasangka bernilai nol. Runi membetulkan jilbabnya sambil mendesah pelan. Hmmmm...
Oh, apa itu? ada yang terlintas dari jelajah matanya. Diantara rerumputan, terdapat seonggok benda hitam. Tidak terlalu besar, namun pas untuk ukuran jasad Mocai. Runi berlari sejadi-jadinya. Sepertinya, kalau ada lautan diantara dirinya dengan benda aneh itu, pun akan diarunginya dengan semangat empat lima. Jangan, bukan, itu bukan Mocai! Langkahnya semakin cepat dan berhenti tepat di depan Mocai yang diam. Meringkuk tanpa nafas. Innalillahi ...... Mocaiiiiiiiiiiiiii ( Macam di film2 be, kameranya di atas, Runi menatap langit sambil berteriak histeris )

"Yo, ngape be, ni?" Pak Hamzah yang baru saja pulang dari Depag langsung terkaget-kaget. Tentu saja mendapati putrinya tiba-tiba berteriak tidak karuan. Dan Runi menyadari realita. Mimpi. Ternyata, keletihan telah membuatnya tertidur di kursi tamu. Mimpi? Hah? Kadang-kadang mimpi juga bisa menjadi petunjuk. Apa ini berlaku pada Mocai.

Sementara pak Hamzah masuk ke kamar tanpa jawaban putrinya, Runi bergegas menuju teras. Hatinya mengatakan mimpi tidak akan jadi kenyataan. Dengan deg-degan dia turun hingga ke taman. Di tempat ia menemukan Mocai dalam mimpinya, adalah tempat pertama yang disambanginya. Mocai tidak ada! Syukur Alhamdulillah.....

"Meooooooooong,"

Runi berbalik arah. "Moooocaaaai..." ( bayangkan adegan pertemuan mengharukan itu diperlambat ). Mereka berpelukan. "Dari mana saja kamu?" Tentu saja tidak bisa menjawab. Mocai kan kucing. "Meoooong."

= Tuanku tengah berada di dapur ketika sebuah benda bergetar hebat dekatku. Padahal aku kan lagi enak-enaknya santai. Siang-siang gini enaknya tidur-tiduran gitu lo. Dan uh, lagi-lagi ke benda itu, menakutkanku. Aku berlari sekencangnya. Beruntung pintu depan terbuka, kesanalah arah tujuanku. Benda itu masih bergetar saat aku berada di teras, seolah menguntitku. Maka, aku pun tidak mau dalam bahaya. Pergi menjauhi rumah. Rupanya semangatku itu yang justru membahayakan. Saat merasa aman, aku baru tersadar, "dimana aku?"

Tahu-tahu aku sudah berada di tempat asing. Apalagi yang bisa kulakukan selain mencari jalan pulang. Banyak jalan menikung menyulitkanku. Masuk keluar dari tikungan satu ke tikungan yang lain. Rumah tuanku tidak juga kunjung ketemu.

"Meoooong," suara lain di suatu rumah. Mengajakku berkenalan. Aku tidak terlalu tertarik sebenarnya. Satu-satunya yang membuatku mendekatinya adalah karena ia tengah makan. Dan aku lapar. Jadilah kami berkenalan berdasarkan kepentingan. Tanpa basa-basi, aku meninggalkan kenalan baruku itu. Melanjutkan pencarian rumah tuanku lagi. Akhirnya, pencarian berbuah juga. Di kejauhan, ku lihat seorang gadis muda berjilbab ungu memangu di taman. Ya, aku kenal persis dengannya. Dia itu ...... ah, kami berpelukan =

6:20
Masih dari Tempat Tidur bersama secangkir Kapal Api Grande dan sekantong kue lagi.
 
;