Rabu, 22 Oktober 2014

Di Sebalik Kegelapan #satu



Seharusnya ini tadi malam, ketika semesta Sambas pekat gulita.
.......
Pelanggan PLN yang berbaik hati. Kami tahu, kebanyakan kalimat pertama yang terucap saat listrik terputus adalah, "giliran ke malam tok?" Dan atas kebaikan hati anda, sekali lagi, kami ingin berucap terima kasih atas kesetiaannya menunggu hingga terang lagi.

(Padahal print-an fotoku nyangkut di printer lantaran listrik KO)

Tetapi, sekali lagi, tak semuanya sepakat. Seorang tetangga bahkan mengumpat, "gile ke, tank kesah nak mati lampu tolen-tolen."

'Curhatnya' tersebut kedengaran sampai ke telinga sepasang suami istri di rumah sebelah, yang belum genap setahun merajut bahtera rumah tangga. Keduanya cuma bisa saling pandang, lalu mengedikkan bahu sedikit.

Mereka sejatinya juga berada di tengah kegelapan. Berteman satu lilin di dapur, satu lagi di kamar, dan satu lagi di ruang tengah. Namun memilih untuk tidak mengumpat, bersabar dan bersabar. Baik hati sekali kedengarannya ya??? hmmm.... barangkali memang masih banyak yang demikian saudara-saudari

"Nak, besar jadi Direktur PLN nanti, jangan biarkan hal-hal seperti ini, ya."
Si suami mengelus lembut perut istrinya yang tengah mengandung tujuh bulan lebih.

Sang istri tertawa kecil, lalu menimpali, "wah kalau memang demikian adanya, betapa buruknya negeri ini. Coba bayangkan, katakanlah anak kita berusia minimal empat puluh tahun menjabat posisi tersebut. Empat puluh tahun kedepan pula, bangsa kita terus-menerus was-was dengan hidup-mati-nya listrik."

Si suami berpikir sejenak. "Iya juga sih. Tapi kan seandainya."
He...he... mereka keduanya tertawa.

Sang istri melanjutkan, "kalau pun iya adanya, mungkin kita sudah terlalu sangat tua. Empat puluh tahun dari sekarang, saya berumur enam puluh tiga. Abang pulu enam puluh lima. Wallahu'alam, apakah umur kita sampai ke sana atau tidak."

Tiba-tiba, keheningan menengahi mereka berdua. Tak lama berselang, dapur

0 Messages:

Posting Komentar

 
;