Seharusnya ini tadi malam, ketika semesta Sambas pekat
gulita.
.......
Pelanggan PLN yang berbaik hati. Kami tahu, kebanyakan
kalimat pertama yang terucap saat listrik terputus adalah, "giliran ke
malam tok?" Dan atas kebaikan hati anda, sekali lagi, kami ingin berucap
terima kasih atas kesetiaannya menunggu hingga terang lagi.
(Padahal print-an fotoku nyangkut di printer lantaran
listrik KO)
Tetapi, sekali lagi, tak semuanya sepakat. Seorang tetangga
bahkan mengumpat, "gile ke, tank kesah nak mati lampu tolen-tolen."
'Curhatnya' tersebut kedengaran sampai ke telinga sepasang
suami istri di rumah sebelah, yang belum genap setahun merajut bahtera rumah
tangga. Keduanya cuma bisa saling pandang, lalu mengedikkan bahu sedikit.
Mereka sejatinya juga berada di tengah kegelapan. Berteman
satu lilin di dapur, satu lagi di kamar, dan satu lagi di ruang tengah. Namun
memilih untuk tidak mengumpat, bersabar dan bersabar. Baik hati sekali
kedengarannya ya??? hmmm.... barangkali memang masih banyak yang demikian
saudara-saudari
"Nak, besar jadi Direktur PLN nanti, jangan biarkan
hal-hal seperti ini, ya."
Si suami mengelus lembut perut istrinya yang tengah
mengandung tujuh bulan lebih.
Sang istri tertawa kecil, lalu menimpali, "wah kalau
memang demikian adanya, betapa buruknya negeri ini. Coba bayangkan, katakanlah
anak kita berusia minimal empat puluh tahun menjabat posisi tersebut. Empat
puluh tahun kedepan pula, bangsa kita terus-menerus was-was dengan
hidup-mati-nya listrik."
Si suami berpikir sejenak. "Iya juga sih. Tapi kan
seandainya."
He...he... mereka keduanya tertawa.
Sang istri melanjutkan, "kalau pun iya adanya, mungkin
kita sudah terlalu sangat tua. Empat puluh tahun dari sekarang, saya berumur
enam puluh tiga. Abang pulu enam puluh lima. Wallahu'alam, apakah umur kita
sampai ke sana atau tidak."
Tiba-tiba, keheningan menengahi mereka berdua. Tak lama
berselang, dapur
0 Messages:
Posting Komentar