Jumat, 07 November 2014

CERITA MATI LAMPU #2

"Adoh nah mati lampu agek!"

Seorang lelaki di kamarnya menghela nafas dalam. Ia baru saja menunaikan shalat maghrib dan bermaksud hendak berbaring lagi. Hari ini, badannya panas-dingin. Pertanda demam.

"Ngape ke PLN tok. Tak sean cerite lain. Kesah mati, ndak mati tolen."

Telinganya awas mendengar rungutan tersebut. Adik perempuannya yang selalu berkicau setiap kali mati lampu. Ia tahu, kicauan saudari perempuannya itu belum selesai.

Dan benar adanya.
"Parcume gitok bayar listrik. Tank hampir nak tiap hari mati lampu."

Tap-tap-tap.
Terdengar langkah kaki mendekat, memasuki kamarnya. Tapi tanpa bicara sepatah katapun. Meletakkan sesuatu di lantai. Lalu beranjak pergi.

"Nong, makan yo." sebuah suara semakin menjauh.

Si lelaki memastikan. Ia meraba perlahan-lahan. Tahu jarak yang meski di jangkau. Benar ternyata. Telapak tangannya merasakan hawa panas.
.........
Di tandai dengan kumandang azan di musholla lewat pengeras suara.
"Yo, idup jua kau lampu."

Namun lelaki itu masih ingin berbaring sejenak. Suhu badannya semakin tinggi saja. Diikuti kepalanya mulai pusing, sesekali bersin.

Kini saatnya.

Ia menguatkan diri untuk bangkit mengambil wudhu. Namun justru tubuhnya limbung, terjerembab.

"Ape ye?"

Sebelum kesadarannya benar-benar hilang, ia meyakinkan diri. Meski matanya buta di dunia ini, tak ingin ia juga buta di akhirat kelak.

0 Messages:

Posting Komentar

 
;