Senin, 04 Agustus 2014

Good Job, Nanny!

H-2 menjelang lebaran, Nanny beserta tiga anaknya "kuusir" dengan paksa. Ia meraung ketika buah hatinya masuk dalam kardus lalu kuletakkan di sisi luar rumah. Ada tanda-tanda hendak melawan dari si Nanny.

Aku berlalu, lalu mengunci pintu.

Dalam berkendara menuju kampung halaman, tak luput doa terhatur untuk keselamatan dalam perjalanan, rumah yang ditinggalkan beserta isinya, dan Nanny dengan anak-anaknya. "Kalau berjodoh, panjang umurlah kalian itu." Bagaimana tidak, pemangsa setiap saat bisa saja mengancam nyawa bayi kucing tersebut. Biarlah seleksi alam yang berbicara, toh Nanny juga punya insting induk yang bersedia melindungi zuriatnya, kan???

F1zer terus berlalu hingga sampailah di rumah orang tua. Keluarga besar menyambut, berkumpul dan tak lama setelah itu, acara berbuka puasa bersama-sama kian seru. Setahun sekali belum tentu seperti ini.

.........
H+3 kembali lagi ke Sentras. Aku meyakinkan ini bukanlah buka kantor secara resmi. Meski kenyataannya, alhamdulillah ada transaksi-transaksi yang mesti dilayani. Once again, alhamdulillah. Bisalah kiranya menggendutkan rekening. Menabung buat menjemput sang bidadari, salah satunya tujuannya...he..he...

Tinggal kardus yang berantakan. Nanny dan tiga anaknya Moca, Bleki serta Ori lenyap. Innalillahi, kalau faktanya mereka tinggallah sebuah nama saja.

"Ngeooong..."
Syukurlah, tetapi Nanny datang bak kucing baru. Terasa asing dan saat kupanggil, gesitnya tiada lagi. Lima hari yang telah merubah banyak hal. It's oke lah. Nanny kan cuma kucing.

Aku menghampiri Nanny dan bertanya, "Nanny, dimana anakmu?"

Jelas saja Nanny cuma bisanya mengedipkan mata. Dan hengkang keluar rumah tak lama kemudian. Nanny tak datang lagi sampai malam menjelang. Begitupun keesokan harinya, Nanny datang lagi tanpa anak-anaknya. Sebentar cuma, ia kembali keluar. Sampai terang berganti gelap, Nanny tak kunjung pulang. Santai saja....

Barulah.....

Pagi menghadap siang esoknya, Nannya dengan penuh semangat berlari-lari kecil sembari menggigit anaknya. Si Moca terkait erat di rahang ibunya. "Anak kucing...." Keponakanku berteriang girang. Sementara entah bagaimana, kakak yang di dapur pula berteriak histeris. Anak-kucing-phobia!, apa istilah ilmiahnya ya??

Rupanya, dua hari pertama adalah masa menjejaki. Nanny memastikan apakah aku cuma datang barang sesaat lalu pergi lagi? Dan tidak adanya. Setelah itu, ia menjemput anaknya satu persatu dari tempat persembunyian.

Good job, Nanny!

(dah lama tak nulis, kire dah tak bise agek)

0 Messages:

Posting Komentar

 
;