Minggu, 01 April 2012

Si Om Pulang

   "Hore....Si om sudah pulang. Bawa oleh-oleh apa om. Jalan-jalan ke luar negeri koq gak ngajak-ngajak."
   Si om mengerutkan kening. Bungkam.
   "Cuma gurau om. Aku tahu om kesana bukan sekedar jalan-jalan. Tapi berbincang serius dengan pemimpin-pemimpin negara lainnya. Orang-orang pintar menyebutnya perbicangan bilateral. Meskipun aku tidak tahu itu apa, namun aku yakin itu sangat penting, terutama buat bangsa yang tengah om pimpin saat ini."
   Aku berhasil membuat si om tersenyum dan candaku kemudian, "om, saya juga kalau pulang kampung disambut sama kakek dan nenek serta kerabat famili beserta anak-anaknya. Uh senangnya. Tentu beda dengan kembalinya om ke tanah air. Karpet merah direntangkan sebagai pijakan. Takut, nanti sepatu om lecet atau menginjak tahi binatang. Yang saya dengar, disana juga ada pak Wakil beserta rombongan, bukan? Aduh, sangat menyenangkan seandainya aku ada dibarisan yang disambut kepulangannya."
    Lagi-lagi si om mengembangkan senyum. Seringainya tampak kali ini. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia sangat letih kelihatannya. Aku maklum om.
    "Aku ngerti om capek setelah tour, tapi ada yang menyakitiku sejak pemergian om."
    Om penasaran. Tergambar dari wajah dan mulutnya yang mengurucut. Tidak sabar, siapa yang berani-beraninya mengganggu "keponakan kecilnya" itu.
    "Bang Adun, menjual permen terlalu mahal, om. Katanya sekarang memang musimnya minyak mentah dunia lagi naik. Jadi permen (premium dan rekan-rekannya) juga turut naik."
    Om malah tertawa mendengarnya. Apa tidak kasihan ketika melihat keponakannya tidak lagi mampu menggulum permen.
    Dan akhirnya om menukaskan, "anak kecil tidak boleh makan permen banyak-banyak."

0 Messages:

Posting Komentar

 
;