Selasa, 10 April 2012

Panti Jompo

     Tidak pernah sekalipun masuk dalam perkiraannya jika diusia senja begini harus bernaung ditempat seperti itu. Lelaki renta itu hanya bisa menyeka air matanya dengan tangan yang kusut dan keriput. Sesekali pula ia menciumkan jari-jemarinya pada kaca bening dihadapannya. Ia masih tidak percaya apa yang dilakukan oleh zuriatnya.
     "Lihatlah, sejak datang ia terus saja berdiri disitu. Seperti itu."
     Wanita separuh baya itu lalu berlalu. Mengatakan bahwa ia harus mengangani penghuni lainnya. Tinggallah Fixi sendiri mematung sambil menatap sosok yang dibicarakan tadi. Ia masih enggan masuk kedalam untuk menyapa. Mahasiswa magang itu memberikan waktu agar "si penghuni baru" puas dengan ratapannya. Mengganggunya disaat itu hanya akan menimbulkan antipati. 
     Dalam keterlenaannya, Fixi di kejutkan oleh suara berat, "untuk apa berdiri di depan pintu. Jika ingin pergi, pergi saja. Atau mau masuk, tinggal masuk. Susah amat."
     Fixi mengambil kesempatan welcome-nya dari lelaki yang menjadi pasiennya kali ini. Lalu ia pun melangkah menghampiri. Sementara lelaki renta itu masih memandang ke luar melalui tabir kaca bening. Disana, didua buah bola matanya, menahan air yang siap tumpah. 
     "Saya Fixi." Mahasiswa psikologi itu memperkenalkan diri sambil duduk di kursi disamping lelaki itu bediri. . 
     "Semoga kamu tidak akan memperlakukan orang tuamu seperti ini."
     Dada Fixi sesak seketika. Mendengar ocehan lekaki itu menyebabkan ia terpukul. Terakhir ia bertemu dengan kedua orang tuanya adalah delapan tahun silam. "Tidak akan!" hati Fixi berucap.
     "Kek Riduan, bagaimana kabarnya hari ini?" Fixi menuju kaca. Meniup permukaannya lalu menggambar lambang hati. Saat itulah Fixi baru jelas melihat wajah kakek Riduan. Wajahnya putih memerah. Tersirat amarah tertahan. Ia paham.
     Fixi duduk di kursi dekat tempat tidur kek Riduan. Diam menjadi pilihannya. Begitu pula dengan lelaki dihadapannya. Mereka berdua sibuk dengan perasaan dan pikiran masing-masing.
     Kek Riduan menoleh ke arah Fixi yang lekat menatap punggungnya, "orang tuaku juga meninggal ditempat seperti ini. Kami meninggalkanya sendirian karena karir yang menjanjikan didepan mata kala itu" Ia berkata dengan terbata-bata.
   

0 Messages:

Posting Komentar

 
;