Berhari-hari, seingat Soe sejak hari itu hingga dalam minggu kemarin, Nanny tetap mencari. Teriakannya nyaring, nyaring sekali. Kalau tidak berlebihanlah ya, kamu yang mendengarnya akan merasa 'agak' miris.
Bermula, berminggu-minggu yang silam, dan begini
ceritanya......
...........
Apa tidaknya, sepulangnya dari kampung halaman, Soe
mendapati tiga anak Nanny menyebar kotoran di ruang tamu. Alias ruang kerja Soe
sendiri. Takkan pula, baru datang mesti mengurus yang demikian lagi. Huh...
Timbul rasa geram juga dibuatnya.
Sebelum pulang kampung, Soe telah memasukkan Nanny beserta
satu anaknya yang berhasil ditangkap ke dalam kardus. Untuk dikeluarkan selama
ia pergi. Tetapi dua ekor lainnya mengumpat semakin dalam dan jauh ke bawah
tangga. Bergabung dengan tumpukan kardus. Demi, demi menjangkaunya harus
bongkar itu tumpukan? Tidak lah. Soe menyerah setelah mencoba berulang-ulang
kali mengumpan agar mereka keluar.
Jadilah Nanny dan tiga anaknya, dengan berat hati tetap
berada di rumah.
Kembali ke awal.
Beruntung belum ada konsumen yang datang ke Sentras kala
itu. Soe berkutat dengan cepat dan jengah, membersihkan buangan tiga anak
Nanny. Nanny, sewaktu ditinggalkan, entah dari mana ia keluar rumah tapi sampai
Soe datang, ia tak bisa masuk lagi. Pintar sekali!
Sementara Soe sibuk,
Nanny menyusui ketiga anaknya yang teramat sangat lapar.
Tuntas!
Namun masih menyisakan nada-nada kedongkolan di hati.
Bagaimana ya caranya agar ini tak terulang lagi?
Baiklah, konsumen pun datang, dan Soe lupa sejenak
permasalahannya.
Beberapa jam kemudian.
Eh, bara geram masih ada rupanya. Ketika tiga anak Nanny
bermain-main, Soe menyuruhnya masuk lagi ke bawah tangga. Terdengar kejam,
bukan? Dan Soe menyesal setelah semuanya terlanjur terjadi.
Tiga anak Nanny ketakutan, berlari menuju 'rumah' mereka. Di
bawah tangga. Nanny hanya mengerjapkan mata. Itu terus berulang beberapa kali.
Sampai.....
Ini teramat...ah sudahlah.
Nanny menjemur diri di muka pintu belakang. Anaknya yang
sudahpun kenyang berlari-lari di sekitarnya. Soe pun dengan teganya menutup
pintu. Yang berakibat menggeser tubuh Nanny ke luar rumah. Dua anaknya berlari
ke 'rumah' mereka.
Pintu tetap tertutup. Nanny memanggil anaknya. Soe bekerja
keras menangkap mereka tadi. Dan berhasil! Mengeluarkan mereka kesemuanya,
merapatkan pintu dapur lagi.
Padahal Soe tidak benar-benar ingin "mengusir"
mereka.
Inilah awal pencarian alamat palsu Nanny.
Tak lama setelah kejadian itu, Nanny dengan santainya
melenggang masuk dari pintu depan tanpa ketiga anaknya. Ia terus melangkah
menuju dapur. Soe yakin, buah hatinya masih ada di balik pintu dapur.
Nanny meringkuk di lantai kisaran setengah jam-an begitu.
Lalu, ia pun keluar lagi.
Soe tidak tahu apa yang terjadi setelahnya.
Saat siang bertandang, Nanny sendiri saja. Sore pun tak
beda. Hingga keesokan harinya dan esok-esoknya lagi, Nanny tetap sendiri saja.
Kemana anak-anaknya?
Kupikir hijrah ke rumah tetangga lantaran merasa terusir.
Soe tanya kesana, jawaban mereka, "sean" alias "tidak ada".
Soe barangkali bertanya pada penghuni rumah yang salah, yang tak tahu
keberadaan anak kucing tersebut.
Nanny mengunjungi rumah tetangga. Ah, barangkali, pikir Soe,
memang di rumah itu.
Hari berganti hari. Nanny mulai memanggil-manggil anak-anaknya.
Setiap kali naik ke rumah, arah bawah tangga lah ia mengeraskan suara. Soe
membayangkan keajaiban, tiga anak kucing keluar dari sana. Nyatanya, KOSONG.
Nanny meraung-raung lagi. Bila kau mendengarnya, barangkali
akan terharu.
Soe bertanya lagi ke tetangga kiri kanan, barangkali anaknya
Nanny ada di rumah mereka. Tetap sama.
Mereka, menghilang tanpa jejak.
0 Messages:
Posting Komentar