
"Saya harus pergi," Darki bangkit langsung menyalami lelaki di depannya.
Lelaki yang dipanggil bos oleh mereka semuanya melakukan hal serupa. Tetapi tetap dalam posisi duduk di kursi empuknya.
Dua pasang mata saling tembak di ambang pintu. Dubby melemparkan tatapan bertahan, sementara Darki kelihatan menantang. Selalu saja seperti itu. Mereka tidak pernah akur lagi sejak, hadirnya orang ketiga yang kini menjadi istri Darki. Masa lalu terlanjur terjadi, cuma mereka berdua saja enggan berbaikan. Suatu saat ini harus dibicarakan secara serius. Itulah yang terlintas di benak si bos ketika menyaksikan adegan menegangkan antarbawahannya.
Darki berlalu dengan cepat dan menghilang dibalik lorong yang berbelok.
"Mau apa dia kesini?"
Pertanyaan Dubby lebih kepada kesal sebenarnya. Tidak perlu jawaban bosnya.
Bosnya menjawab dengan pengertian penuh, "hanya ngobrol."
Tak mungkin. Dubby kenal sekali dengan sifat Darki. Lelaki itu oportunis. Dan yang terpenting, dia tidak suka ngobrol. Kecuali memerintah seenaknya pada anak buahnya. Itu saja sudah mewakili keganjilannya muncul pagi ini.
"Lalu apa yang membuatmu begitu terdesak hingga lupa mengetuk pintu tadi, Dub?"
Nama kecil yang selalu digunakan bos menyapa sekretarisnya itu. Dubby bermimpi itu tidak hanya terjadi dalam struktur organisasi. Lebih dari itu. Wanita itu menginginkan yang sulit terjangkau, tapi tidak mustahil, menjadi pendamping Gurdy seutuhnya dalam ikatan pernikahan. Bosnya itu.
Hampir lupa. Dubby mengatakan, "ya, sebuah email baru saja masuk. Orang asing dan belum terdaftar sebagai member."
Gurdy meluncur cepat ke email perusahaan dan langsung membaca pesan dari X-Ray, nama si pengirim.
Ia mengerutkan keningnya, kemudian memundurkan kursi. Menjauhi meja. "Oke," katanya sembari menghadap Dubby disampingnya. "Kupikirkan nanti. Terima kasih."
Hanya itu yang diterima Dubby. Ucapan serupa pernah didengarnya jutaan kali selama ia bergabung dengan perusahaan. Entah kenapa, belakangan ini ia menginginkan ungkapan berbeda. Seperti ..... Ah, Dubby justru menjawab, "k". Ia berbalik seratus delapan puluh derajat menuju tempat pertama kemunculannya.
"Dub..." seru Gurdy yang menyentakkan Dubby serta menghentikan langkahnya. Dug!
"Ada yang tidak beres?"
Apa yang musti dijawabnya.
Asal keluar dari mulutnya, "Aku cuma tidak ingin Darki menanganinya."
Tidak ada jawaban, memang Dubby hanya memberi saran. Gurdy jelas-jelas merespon dan berupaya memikirkannya kelak.
...............
Diluar hujan dengan derasnya. Seharusnya itu menyejukkan ruangan secara otomatis. Tapi tidak! Di ruangan itu, tiga kepala tengah bersitegang. Diskusi singkat dan panas telah dimulai sejak setengah jam yang lalu. Namun, belum ada kata sepakat. Satu orang ngotot. Dan satunya lagi merasa itu haknya. Orang ketiga mencoba sedikit memaksakan kehendak, karena dia si bos.
Darki menghempaskan tangannya ke meja sambil bangkit, "terserah!". Bantingan pintu keras menandakan kepergiannya. Ia keluar ruangan.
Begitulah akhirnya. Keputusan telah diambil. Zona hijau yang bersinyal dari Kalimantan Barat paling utara dalam penguasaan dan koordinasi kandidat lainnya yang ada disitu. Adan.
Terkadang keputusan itu harus diambil dengan membuat seseorang sakit hati. Tapi tidak bagi Dubby. Ketika menyelesaikan urusan surat menyurat resmi tentang keputusan final, hatinya bahagia. Ada rasa kepuasan disana ketika Darki kalah. Balas dendam? Mm...barangkali.
Zona hijau itu berasal dari Kabupaten Sambas. Banyak sampah botol plastik bergelimpangan dipasar-pasar. Sayangnya pemulung belum masuk ke kawasan ini, seperti kota besar di Kalbar lainnya. Pontianak misalnya. Melalui situs http//pemulung.co.id, aku menyarankan agar mereka memasukkan beberapa anggotanya untuk membersihkan kabupaten Terigas ini. Termasuk peluang bersaingnya juga belum ada. Saat aku menekan 'kirim', yah semuanya terjadi begitu saja. (Just Fiction)
= Selayang pandang =
Ide ini melintas saat aku menyeberangi sungai Sekura rute (PP Tanjung Harapan - Sekura). Di kolong seteher banyak botol-botol bekas. Menjadikan pemandangan kurang enak. Pernah beberapa waktu lalu diadakan kegiatan bersih-bersih. Yah, tahu sendirilah, itu cuma sehari. Sementara manusia membuang sampah itu tiap hari. Bahkan tiap saat. Perbandingan yang sempurna, bukan?
0 Messages:
Posting Komentar