Senin, 16 Juli 2012

Piala

    Pulang kampung kemarin, tak sengaja pandanganku tertuju pada lemari dinding yang tak jadi-jadi. Fokusku bukan pada benda tersebut, tetapi pada beberapa buah aluminium berwarna kuning keemasan. Piala. Ada empat buah di lemari tersebut. Dua adalah prestasi kakak-kakakku dalam MTQ entah tingkat apa, aku lupa. Itu sudah belasan tahun silam. Satu buah lainnya adalah penghargaan yang diraih oleh abang ipar dalam kegiatan lomba mengaji tingkat desa. Dalam rangka memeriahkan Isra' Mi'raj tahun lalu. Dan yang terakhir, membuat ingatanku terpaut tujuh tahun silam. 
     Tepatnya di semester kedua aku kuliah. Piala itu ku raih dalam lomba menulis dalam bahasa Inggris tingkat Universitas. Lomba tersebut merupakan rangkaian kegiatan Dies Natalis Universitas Tanjung Pura ke 24 atau 25. Karyaku menempati Juara ke tiga. Juara pertama di raih oleh Mahasiswa Fakultas MIPA, kedua oleh teman sekampus dan juga sekelasku. 
     Sebelumnya, dosen bahasa Inggris mewanti-wanti mahasiswanya untuk ikut dalam lomba menulis tersebut. Jadilah, kami semuanya di minta membuat tulisan, artikel dan sejenisnya dalam bahasa Inggris. Mintanya dosen tersebut juga berpengaruh terhadap nilai. Sehingga mahasiswa yang tidak membuat tulisan tersebut, poin nilainya akan berkurang. 
      Kesempatan emas buatku. Jantungku sudah berdebar-debar lantaran semangat yang membara. Detaknya tak seperti biasanya. Seolah lebih cepat. Nafaspun terasa sesak. Sebuah tema tiba-tiba muncul di kepalaku. Dan ku yakin untuk menulis tema tersebut. 
     "Susahkah Bahasa Inggris?" Itu yang ku tulis. Ku tanya beberapa teman di dalam kelas. Tak lupa, saudara jauh yang tinggal satu rumah. Kudapat "DATA" bahwa rata-rata mereka menjawab gampang-gampang susah. Padahal, jawaban mereka lebih cenderung ke susah-nya. Dari item-item yang menyebabkan bahasa Inggris susah itulah, tulisan ku rangkai. Mulai dari pelafalan yang berbeda dengan tulisan, kosa kata, hingga grammar-nya.
        Suatu pagi yang very-very makes me happy, aku dikabarkan mendapat juara III. Rasanya, wah ingin meloncat tinggi-tinggi waktu itu. Meskipun berada di posisi buncit, aku puas. Hadiahnya? Piala dan sebuah Jam tangan Adidas. Pialanya masih ada sampai sekarang, namun benda penunjuk waktu tersebut raib ketika aku tengah berada di lokasi emas di Sintang. 
        Setelah kesadaranku kembali pada masa sekarang, ternyata kemampuan itu telah ada sejak dulu. Hanya saja sayang, aku tidak melakukan up grade maupun follow up. Tujuh tahun berselang, baru ada keinginan untuk menggapai kejayaan itu lagi. Bahkan ku ingin lebih dari sekedar juara III. 
        Saat ini, bukanlah waktunya untuk mengatakan "andaikan-andaikan." Kehidupanku kini adalah apa yang tengah ku hadapi. Ku kira tidak ada kata terlambat untuk memulai. Yang terlambat adalah ketika aku tidak pernah memulainya.  
        

     

3 Messages:

zfakhiroh mengatakan...

hrusny cb krim utk shortstory nida

Gho Soe mengatakan...

dipertimbangkan, bu.

zfakhiroh mengatakan...

y smoga lols..

Posting Komentar

 
;