Selasa, 10 Januari 2012

Sin-Etron

Sinetron mengajarkan kita, betapa menjadi baik itu tidak perlu. Betapa mencinta itu harus saling menyikut dan membingungkan. Betapa harta itu nomor wahid diatas segala-galanya. Tapi kenyataannya, Sinetron yang "masyarakat" saksikan adalah realita di negeri ini. Meskipun, jujur, tidak ada kualitas alur ceritanya.
Satu, berurai air mata. Benar, seperti sinetron yang senantiasa menampilkan adegan menangis, negeri ini juga hampir setiap hari menangis.
Dua, Berbelit-belit. Juga benar. Sinetron yang berbelit-belit alurnya, entah mengapa orang masih saja suka menontonnya. Seperti negeri ini juga masalah yang tidak perlu dipermasalahkan malah diangkat kepermukaan. Secara tidak langsung media yang lihat memolesnya mendapat untung lebih. Kisahnya juga dramatis dan  sekali lagi berbelit-belit.
Tiga, Kemunculan tokoh baru. Tak salah juga. Di negeri ini selalu saja muncul sosok "news maker" di istilah oleh metro tv. Selalu membawa sebuah kontroversi dan sudah dipastikan akan menghilang tak tentu arah atau sengaja diabaikan. Banyak mereka yang mengaku pengamat mengatakan itu hanyalah sebuah upaya pengalihan isu yang tengah memanas. Masuk akal juga.
Empat, Cinta dan Harta. Tak dapat dipungkiri. Harta menjadi rotasi dari perputaran kejahatan di negeri ini. Tidak puas dan memang mungkin terlalu sedikit gaji yang diberi negara, hingga harus menilap sedikit tambahan tanpa meminta izin. Dan cinta? Mungkin bisa di kait-kaitkanlah dengan tragedi kriminalistas di negeri ini. Pencabulan anak dibawah usia dan diatas usia, bisa saja dijadikan hujah.
Lima, Bingung. Bingung apa lagi ya...

0 Messages:

Posting Komentar

 
;