Kamis, 05 Januari 2012

Kami Sibuk

Aku berlari-lari kecil mengekor ayah menuju belakang ruko. Disana ada tumpukan kursi-kursi santai. Ayah sangat kuat, memikulnya dalam jumlah banyak, sepuluh sampai 15 buah. Pantas saja, lengannya berotot baja tampaknya. Dan aku tidak membantu apapun. Hanya sebagai ekor dan penonton sejati.
Ayah kemudian menyusunnya di halaman parkir utama pasar. Empat kursi untuk masing-masing meja. Disana ada ibu yang tengah memukul-mukul balok es. Ibu juga sibuk. Sibuk mempersiapkan posisi gerobak dorong beserta barang-barang jualan di dalamnya. Dan jangan lupa aku juga sibuk, memungut botol minuman yang tidak lagi berisi. Ku lempar, ku tendang-tendang.
Setiap hari itu terjadi, tak terkecuali hari ini. Dan semuanya terjadi di kala senja. Dimana matahari mulai mingin merebahkan diri ke ufuk barat. Tetapi mega merah belum muncul. Mungkin hanya orang dewasa yang bisa memperkirakan berapa menit lagi suara panggilan untuk bertamu ke rumah Tuhan bergema.
Selesai. Ayah mendudukkan diri dikursi yang terongok di depan gerobak. Tetapi kesibukannya ternyata tidak berhenti. Memencet tombol-tombol kecil pada benda canggih yang orang sebut alat komunikasi. Tak kalah jauh beda dengan ibu, juga sama adanya terpaku di depan layar kecil sibuk dengan Hp berkondom pinknya. Hanya aku yang tidak lagi sibuk. Mataku tertuju pada seorang laki-laki yang tengah duduk di atas motornya di arena parkir di sebelah barat kami. Dan aku tidak tahu, sejak kapan ia memperhatikan kami dengan seksama. Dan aku lebih tidak tahu lagi apa yang tengah di pikirkannya tentang kami. Melecehkan, mengumpat atau mengasihani kedua orang tuaku yang sibuk dengan usaha dunia mereka tanpa ingat untuk mengajari ku mengeja huruf-huruf Arab. Juga lupa untuk mengajariku bagaimana seharusnya menghadap Allah.
Tatapan ku menyadarkannya. Pandangannya beralih. Seorang wanita menghampirinya. Membawa barang yang dibelanja. Mengaitkan ketubuh motor dan kemudian berlalu. Aku memandanginya hingga sosoknya hilang di persimpangan.
Aku tidak peduli melihat orang-orang berkopiah yang menerima undangan Tuhan sama tidak pedulinya ibu dan ayahku akan hal itu. Karena kami ternyata semua sibuk. Sibuk yang merugikan kehidupan kelak!

0 Messages:

Posting Komentar

 
;