Senin, 17 Maret 2014

Sedia Menatap Hari, Sedia Menggapai Mimpi

Setelah hujan berbalut dendangan para kodok tadi malam, pagi ini terasa nikmat. Dan lebih hangat dari biasanya. Dari balik dinding, suara lalu lalang kendaraan jadi irama. Uh, pagi yang sempurna. 

Pemuda itu punya semangat baru. Meski melanjutkan tidur setelah subuh, spiritnya tetap membara. Ketika membuka jendela, hari sama sekali tidak menyengat. Sisa-sisa embun, bukan, hujan semalam barangkali, masih ada. Sesekali menetes dari ujung dedaunan. Lalu jatuh ke bumi, menghilang.

Ia menghirup udara dalam-dalam. Bukannya mudah mendapatkan udara sesegar ini, pikirnya. Matanya masih terpejam, saat HPnya berkicau. Sebuah pesan singkat masuk.

Toeeeeenggggggggg...................

Bola matanya membesar hampir lepas. Tangannya bergetar. Mustahil, sungguh-sungguh mustahil. 


Ini tidaklah tentang isi pesan singkat, melainkan angka jam yang tertera di layar mungil tersebut.

11.03

Tidak, tidak! Ini pasti mimpi.

Sedia menatap hari, sedia menggapai mimpi. Tetap berlanjut mesti bangun kesiangan. He...he...just fiction.

0 Messages:

Posting Komentar

 
;