Koran minggu lalu masih tergeletak di atas meja, disampingnya ia mendudukkan diri pada kursi ruang tamu. Posisi berita tertulis itu sama persis saat ia menaruhnya begitu saja. Siapa memangnya diharapkan untuk menyimpannya baik-baik. Dia dan istrinya bahkan tidak pernah memikirkan hal-hal kecil seperti itu. Namun, tidak untuk kali ini. Pagi masih terasa hangat ketika ia membolak-balikkan kumpulan berita tersebut. Juga seperti pekan lalu, ia berhenti pada liputan khusus Ibadah haji. "Jamaah haji Kalimantan Barat telah menuju Mekah...."
Entah bagaimana, rasanya masih sama. Sedih itu masih lekat. Seharusnya ia bersama jamaah haji asal Kab. Sambas disana, seandainya pemerintah Saudi tidak mengurangi kuota Jamaah Haji untuk Indonesia. Berada diurutan buncit, menyebabkan ia rentan gugur. Dan tepat, keinginannya baru bisa terlaksana tahun 2014 mendatang. Tetapi, inilah faktanya. Dari rumah tua miliknya sendiri, lelaki ringkih itu cuma bisa mengikuti pemberitaan media. Ia, menarik nafas dalam sebelum melepaskannya perlahan.
"Insya Allah, tahun depan."
Mereka berdua berpelukan saat acara berangkat haji pagi itu. Sapu tangan menyelamatkan air matanya, mendengar apa yang diucapkan temannya. "Insya Allah," jawabnya singkat. Terbersit sedikit keraguan disana. Apa ia mulai sangsi dengan umurnya? 63 tahun berikut dengan penyakit yang terus saja mengekor. Jika dibilang komplikasi, berlebihan kayaknya. Yang pasti, ia sering merasa tidak enak badan. "Insya Allah tahun depan," kembali ia menekan diri.
.........
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar-Laailahaillallahu Allahu Akbar-Allahu Akbar-
Walillahilhamdu
Pagi 10 ZULHIJJAH tahun ini di dusun Mulia punya dua agenda penting. Salah satunya meski disegerakan dan satunya bisa ditunda hingga empat hari kedepan. Setelah shalat ied, masyarakat berbondong-bondong mendatangi rumah duka. Kebanyakan berkoko lengkap dengan peci, bagi kaum Adam tua maupun muda. Kaum hawanya pula berkerudung instan kebanyakan. Beberapa pemuda dusun telah beranjak menuju pemakaman. Menggali tanah dengan ukuran 170 x 70 cm. Selingan senda gurau mereka disana, menyayangkan perihal niat suci si almarhum yang tidak kesampaian. Doa, di hati kecil mereka masing-masing terlontar ikhlas. Semoga, wafatnya lelaki tua itu bernilai husnul khotimah. Apa yang lebih baik dari itu!
...........
"Allahu Akbar........"
Ditengah kerumunan jamaah yang saling berhimpitan, ia bersama dengan sang istri, melontar jumroh yang pertama. Ada kelegaan dihati mereka berdua mendapati seolah tengah menghujani setan dengan batu tersebut. Allahu akbar, untuk yang kedua kalinya mereka lakukan lemparan bersama-sama pula.
"Allahu...."
Suara lelaki itu tercekat yang mengundang tanda tanya istrinya, "ada apa?" Padahal tangan keduanya sudah siap untuk melontar yang kali ketiga.
"Itu...." jawab lelaki tadi terbata-bata. Istrinya hampir tidak bisa mendengar.
..........
"Innalillahi wa innailaihi roji'un"
Segera ia menyampaikan berita wafat sahabatnya di Indonesia. Spontan sang istri menukaskan kalimat yang sama. Semuanya milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Tak lupa ia juga menceritakan pandangan anehnya saat melontar jumroh. Ia melihat sahabatnya itu ada diantara jamaah. Ia juga ikut melontar. Allahu Akbar.
09:30 @ Sentras
Entah bagaimana, rasanya masih sama. Sedih itu masih lekat. Seharusnya ia bersama jamaah haji asal Kab. Sambas disana, seandainya pemerintah Saudi tidak mengurangi kuota Jamaah Haji untuk Indonesia. Berada diurutan buncit, menyebabkan ia rentan gugur. Dan tepat, keinginannya baru bisa terlaksana tahun 2014 mendatang. Tetapi, inilah faktanya. Dari rumah tua miliknya sendiri, lelaki ringkih itu cuma bisa mengikuti pemberitaan media. Ia, menarik nafas dalam sebelum melepaskannya perlahan.
"Insya Allah, tahun depan."
Mereka berdua berpelukan saat acara berangkat haji pagi itu. Sapu tangan menyelamatkan air matanya, mendengar apa yang diucapkan temannya. "Insya Allah," jawabnya singkat. Terbersit sedikit keraguan disana. Apa ia mulai sangsi dengan umurnya? 63 tahun berikut dengan penyakit yang terus saja mengekor. Jika dibilang komplikasi, berlebihan kayaknya. Yang pasti, ia sering merasa tidak enak badan. "Insya Allah tahun depan," kembali ia menekan diri.
.........
Allahu Akbar-Allahu Akbar-Allahu Akbar-Laailahaillallahu Allahu Akbar-Allahu Akbar-
Walillahilhamdu
Pagi 10 ZULHIJJAH tahun ini di dusun Mulia punya dua agenda penting. Salah satunya meski disegerakan dan satunya bisa ditunda hingga empat hari kedepan. Setelah shalat ied, masyarakat berbondong-bondong mendatangi rumah duka. Kebanyakan berkoko lengkap dengan peci, bagi kaum Adam tua maupun muda. Kaum hawanya pula berkerudung instan kebanyakan. Beberapa pemuda dusun telah beranjak menuju pemakaman. Menggali tanah dengan ukuran 170 x 70 cm. Selingan senda gurau mereka disana, menyayangkan perihal niat suci si almarhum yang tidak kesampaian. Doa, di hati kecil mereka masing-masing terlontar ikhlas. Semoga, wafatnya lelaki tua itu bernilai husnul khotimah. Apa yang lebih baik dari itu!
...........
"Allahu Akbar........"
Ditengah kerumunan jamaah yang saling berhimpitan, ia bersama dengan sang istri, melontar jumroh yang pertama. Ada kelegaan dihati mereka berdua mendapati seolah tengah menghujani setan dengan batu tersebut. Allahu akbar, untuk yang kedua kalinya mereka lakukan lemparan bersama-sama pula.
"Allahu...."
Suara lelaki itu tercekat yang mengundang tanda tanya istrinya, "ada apa?" Padahal tangan keduanya sudah siap untuk melontar yang kali ketiga.
"Itu...." jawab lelaki tadi terbata-bata. Istrinya hampir tidak bisa mendengar.
..........
"Innalillahi wa innailaihi roji'un"
Segera ia menyampaikan berita wafat sahabatnya di Indonesia. Spontan sang istri menukaskan kalimat yang sama. Semuanya milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Tak lupa ia juga menceritakan pandangan anehnya saat melontar jumroh. Ia melihat sahabatnya itu ada diantara jamaah. Ia juga ikut melontar. Allahu Akbar.
09:30 @ Sentras
0 Messages:
Posting Komentar