Minggu, 11 Maret 2012

Wardah

       Tubuh wardah lunglai dan rebah seketika. Didahului oleh lutut, lalu badan keseluruhan. Matanya masih terbuka dan ketidakpercayaan ada disana. Aliran sungai merembes dari celah keduanya, tanda ia masih punya kesadaran. Mulutnya bungkam, namun hatinya bergejolak.
        Semakin tersayat saat mengetahui gaun hijau itu masih lekat dan membalut raganya. Dalam lara ia memejamkan mata. Berupaya tegar dan menepis badai yang melanda. Dalam awang-awang ia melihat sang mempelai, Setya, datang menjemputnya. Dimana ia mengenakan pakaian hitam dan pemuda impiannya berbaju putih bersih. Tidak mampu menggapai. Perlahan ia menghaturkan, "innalillahi wainnailaihi roji'un".   

0 Messages:

Posting Komentar

 
;