Minggu, 25 Maret 2012

Itu masa lalu

   Tidak seharusnya aku berdiri disini. Tapi itulah pilihan yang kuambil. Tidak salah sama sekali, meskipun mereka menyebutnya ini suatu kebodohan. Ah. Definisi kebodohan yang mana yang mereka maksudkan. Bukankah kebodohan telah menjadi bagian dari bangsa ini. Ku berjingkat mendaki. Kaki ketigaku yang terbuat dari kayu sesekali terperosok ke tanah lembek. Hampir saja tubuhku rebah seketika. Namun tanganku sigap meraih pohon terdekat.
   Ku terus melangkah. Disana adalah tujuanku. Di puncak itu aku ingin bersua. Sudah lama rasanya tidak melakukan ini. Bersua dengan suara alam. Bercengkerama sekaligus mengadu. Berbagi cerita, suka dan lebih banyak duka.
   Umur pertengah berkepala delapan menggertak. Tapi nyali ciutku sudah surut puluhan tahun silam. Dirampas oleh masa dan kondisi. Beruntung disuatu sisi. Jelas harus diganti dengan sebuah bahkan berbuah-buah kehilangan. Ku mendesah. Di puncak nafasku terasa tinggal sejengkal. Ku berhenti. Membiarkan denyut jantung kembali normal. Hamparan alam, kalam ilahi yang pantas untuk dipahami.
    Disanalah seharusnya aku hadir. Menyambut beberapa pejabat dan kaki tangannya. Yang mengumbar senyum serta di iringi janji. Terserah apapun itu namanya.

0 Messages:

Posting Komentar

 
;