Kamis, 08 Maret 2012

Panggung Cinta Bertopeng (Bagian 10)


     Ah. Anggap saja sebagai selingan. Tapi sialnya, itu kembali mengingatkanku pada ucapan Laras tadi siang. Dan tak lupa pada sosok J pula. Andai saja aku patuh pada jadwal yang telah aku buat bersama Hani untuk hari libur ini, tentu semuanya tidak berjalan sesulit ini.
    Patutkah aku bersimpati pada Laras? Katanya, perceraian lantaran suaminya beristri lagi dibelakangnya. Itu sejak lima belas tahun yang lalu. Dan ketahuan baru dalam minggu ini. Bukankah seharusnya aku bisa tersenyum sedikit karena ini adalah karma baginya. Jujur, aku tidak tega. Ternyata sifat melankolisku masih ada. Uh.
        Berniat menghilangkan kenangan itu, ku berjalan mengitari rak rak dinding yang diatasnya tertulis ekonomi. Ku hanya ingin melihat apakah ada koleksi buku terbaru. Tidak ada penambahan maupun pengurangan. Persis sama ketika aku datang ke sini pekan lalu. Tidak tertarik, ku menuju kumpulan novel. Sudah lama rasanya tidak pernah membaca buku seperti ini lagi. Ku amati satu per satu. Satu per satu pula ku tarik kawanannya. Ku berhenti pada kali ketiga. Semua judulnya unik dan menarik, pikirku. Kebetulan sekali keseluruah bertema tentang cinta kecuali yang paling tebal.
        Judulnya, Cinta Mega Merah. Mandala, jutawan itu tidak peduli bila disebut tua-tua keladi. Toh ia tidak bisa mendustai dirinya telah jatuh cinta pada gadis dua puluhan yang tidak lain adalah perampok di istana nya suatu malam. Dari kepergok itulah ia mengenal gadis bernama Cahaya tersebut. Tak di sangka oleh Mandala, cintanya bersambut. Waktu juga yang mengungkap identitas Cahaya. Gadis itu sengaja disusupkan oleh mantan istri mandala. Tak lain tujuannya adalah berbagi persen. Ketika mandala yang tidak berzuriat wafat, Karla, sang mantan istri juga akan mendapat jatahnya. Jauh dilubuk hati Cahaya, cintanya ternyata tidak sekedar topeng, cinta itu bertunas dari lubuk hatinya yang paling dalam. Namun apa daya, waktu juga yang tidak memberinya kesempatan untuk menjelaskan lebih kepada Mandala. Dia benar-benar seorang pendusta, tapi tidak pada cintanya.
         Buku bercover biru laut berjudul Tameng Samudera. Berkisah tentang lelaki indo. Ditinggal sejak kecil oleh ayahnya yang berbangsa Amrik. Cobaan dan tantangan hidup menjadikannya lebih dewasa. Menghibur kelaraan ibunya ditinggal demi karir sang suami. Namun sosok itu hilang ditelan bumi beberapa waktu kemudian. Pemuda itu juga menapaki karir sebagai seorang novelis terkemuka. Persahabatannya dengan Julia hingga berbuah cinta. Pertama kali bersua via ruang chatting. Julia, salah satu warga muslim negeri paman Sam yang  masih belum berhijab. Namun bisa dikatakan ketat memegang prinsip agamanya. Cinta tak pandang raga berujung pada keinginan untuk hidup dalam bahtera rumah tangga. Disinilah klimaks sesunggunya dimulai. Julia tak lain adalah saudara perempuannya dari ayah yang sama, Mr. Johnny.
         Aku jadi penasaran bagaimana Bram menghadapi semua itu. Aral yang sama sekali tidak mungkin bisa dilewati. Merubah cinta menjadi persaudaraan. Hatiku bertanya-tanya.
      Dan sekarang aku tertuju pada novel terakhir. Berhalaman paling banyak dari dua novel sebelumnya.  Judulnya menggelitik. Tapi aku ingin tahu bagaimana cerita sesungguhnya. "Alamat Palsu." Hatiku berucap.
        Nanik, wanita desa berpendidikan terakhir es em pe. Hanya berbekal sobekan koran, keberanian dan tabungan seadanya, ia dan dua rekannya menuju belantara besi ibu kota. Berharap perubahan nasibnya bermula dari sana dan rumah penampung calon pembantu RT adalah tempatnya berlabuh nanti.
        Setelah dua bulan lebih mendapat pendidikan dan keterampilan, saatnya Nanik disalurkan kepada Rumah Tangga yang membutuhkan tenaga pembantu. Hati Nanik berbunga-bunga, tetapi layu seketika mengetahui rumah siapa tempatnya bekerja. Pak Joyo adalah putera daerahnya yang sukses di karir politik. Disegani dan dihormati oleh penduduk apabila pulang kampung. Dirumah istri simpanan pak Joyo tersebut jiwa Nanik dihujung tanduk. Takut reputasinya terbongkar, sang majikan laki-laki mengancam dan tidak membiarkan Nanik berinteraksi dengan teman, apalagi orang tuanya dikampung. Sepak terjang Nanik untuk melepaskan diri dari neraka itulah inti novel tersebut.
         Kesimpulanku terhadap ketiga novel itu adalah luar biasa. Dan tanganku masih kukuh memeganginya. Sebuah suara mengalihkan perhatianku. Memanggilku dengan sebutan Ko. Punggungku berbalik menghadap sosok yang bersuara tadi. "Kamu?" Suaraku tercekat dan hampir seperti sebuah bisikan.

Next----Insya Allah
          

0 Messages:

Posting Komentar

 
;