Selasa, 05 Maret 2013

Be Sang Juara

Juara, kata itu identik sekali ya dengan namanya prestasi di pendidikan formal. Dan sekarang baru sadar, setelah lepas dari beragam jenjang pendidikan formal tentunya, bahwa juara itu bukan hanya di dunia tersebut. Ketika menatap globalisasi, menurutku juara memiliki arti; unggul berkompetisi di bidang yang digeluti. Ku maksudkan disini adalah dunia bisnis. Cozzz, ini duniaku kini. Ini pilihanku ku kini. 

Kembali ke kata Juara dalam riwayat pendidikan formal. Jujur, riwayat prestasiku tidak terlalu buruk. Namun, bukan pula yang terbaik. Itu masalahnya dan bedanya dengan dunia bisnis. Di dunia bisnis, bertahan bisa dengan menjadi juara utama atau bertahan dengan gelar juara kedua dan ketiga. Sebaliknya, mati tanpa suara!

Rekapitulasi nilai rapor SD yang termasuk diatas rata-rata murid lainnya, menobatkanku menjadi juara 4 di kelas. Anehnya, itu keterusan dari kelas 1 sampai 6. Juara sih juara, tapi bukan yang terbaik seperti yang ku katakan sebelumnya. Memasuki jenjang pendidikan MTs, duduk di kelas 1 (sekarang mereka menyebutnya kelas 7) rupanya tidak membawa perubahan dalam tingkat prestasi. Juara memang, tapi alhamdulillah ke tiga. Lalu, angin segar mulai berhembus ketika telah berada di kelas 2 dan 3. Sering kali menyabet juara satu, namun sekali harus berbagi dengan teman satunya. Beda nilai sangat tipis. 

Lain lagi ceritanya pada saat duduk di bangku SMK. Persaingan bahkan ternyata lebih ketat. Prestasiku bertahan di posisi paling banyak 5 dan sesekali 6. Begitu adanya dari kelas satu sampai kelas tiga. Walaupun posisiku diakhir lima besar, tetapi nilai pelajaran bahasa Inggris selalu yang tertinggi. Tak jarang dibandingkan dengan teman-teman kelas lainnya. Ini bisa dikaitkan dengan konsep diferensiasi dalam dunia bisnis. Ketika kita tidak bisa melawan perusahaan yang lebih besar, maka usaha kita bisa menyelusup melalui celah yang tidak terlayani oleh mereka. Kira-kira seperti itulah. 

Beranjak semakin menuju kedewasaan, tepatnya kala mengenyam bangku perkuliahan (rasa kayu '_'! ), grafik prestasi pendidikan formal seolah berbentuk linear. Maksudnya, bila di tarik garis dari sumbu y (prestasi) menuju sumbu x (jenjang pendidikan), maka akan terlihat sebuah garis lurus utuh. Kecuali melengkung naik sedikit di tingkat MTs. Lagi ku katakan, nilaiku memang boleh di bilang melampaui rata-rata. Dan lagi-lagi, belum menjadi yang terbaik. 

Dunia pendidikan itu kini ada di belakangku. Layarnya mempertontonkan sejarah dan menyiratkan pelajaran yang harus di petik. Sekarang, yang kuhadapi adalah dunia baru, dunia bisnis yang jaaauh berbeda dari dunia sebelumnya. Belajar teori-teori bisnis dan pemasaran di kampus bukan berarti jaminan untuk sukses menapakinya. Ada, bahkan ternyata banyak hal dalam bisnis kongkrit yang tidak terangkum dalam ribuan lembar literatur dalam dan luar negeri di perpustakaan. Ambil contoh, inovasi yang terus bergerak dan kreativitas yang semakin hidup. Ya, itu tidak terjamah dalam tulisan-tulisan mereka selain menekankan pentingnya hal tersebut. 

Oleh karenanya, kesadaran untuk menjadi sang juara itu kini membuncah. Dua tidak lebih baik dari pada satu. Mungkin terlalu idealis jika harus mengatakan BEST IS A MUST! atau BEST OR NOTHING!. Asal tahu saja, kenyataan dilapangan memang mengharuskan dua prinsip diatas. Kecuali mau dilindas oleh pesaing yang terus bergerak. 



0 Messages:

Posting Komentar

 
;