Tepat pukul delapan kurang tujuh menit aku sampai di kampus hijau. Setelah sebelumnya mengantarkan Hani bertemu dengan teman-temannya membuatku juga bahagia seperti apa yang dirasakan Hani. Yayasan Hidayah menjadi rumah kedua bagi Hani. Setelah bundanya tidak ada tentunya.
Ku mencari celah kosong diantara jejeran motor dosen, staf dan karyawan kampus dan akhirnya dapat. Terkadang aku tersenyum mengingat statusku saat ini. Masih jelas teringat ketika ditempat ini, dikampus hijau ketika aku berstatus mahasiswa. Dan perubahan itu tidak banyak, selain pada diriku sendiri. Dari mahasiswa menjadi salah satu pengajar.
Karir akademikku tampak ketika aku menjadi mahasiswa cum laude diangkatanku. Begitu lulus aku mengambil peluang untuk menjadi asisten dosen.
"Dari sinilah awalnya." Begitu pak Hasan ketua jurusan Ilmu Ekonomi waktu itu mengapi-apikan batinku. Dan aku terbakar.
Waktu bergerak tanpa ku ingat seberapa pantas hingga akhirnya aku mendapatkan beasiswa pasca sarjana di UNPAD dimana sebelumnya aku telah diterima sebagai pegawai negeri. Butuh satu tahun setengah bagiku untuk menyelesaikan studiku kala itu. Dan kembali lagi ke tempat dimana karirku berawal. Kota Khatulistiwa.
Ku mencari celah kosong diantara jejeran motor dosen, staf dan karyawan kampus dan akhirnya dapat. Terkadang aku tersenyum mengingat statusku saat ini. Masih jelas teringat ketika ditempat ini, dikampus hijau ketika aku berstatus mahasiswa. Dan perubahan itu tidak banyak, selain pada diriku sendiri. Dari mahasiswa menjadi salah satu pengajar.
Karir akademikku tampak ketika aku menjadi mahasiswa cum laude diangkatanku. Begitu lulus aku mengambil peluang untuk menjadi asisten dosen.
"Dari sinilah awalnya." Begitu pak Hasan ketua jurusan Ilmu Ekonomi waktu itu mengapi-apikan batinku. Dan aku terbakar.
Waktu bergerak tanpa ku ingat seberapa pantas hingga akhirnya aku mendapatkan beasiswa pasca sarjana di UNPAD dimana sebelumnya aku telah diterima sebagai pegawai negeri. Butuh satu tahun setengah bagiku untuk menyelesaikan studiku kala itu. Dan kembali lagi ke tempat dimana karirku berawal. Kota Khatulistiwa.
................
Seorang mahasiswi menyerobot mendekatiku yang baru saja akan membuka pintu jurusan. Itu membuatku cukup terkejut.
"Maaf pak." Mahasiswi itu berucap
"Kamu yang nelpon tadi?" Aku menerka.
"Ya, pak" Jawabnya kemudian
"Tapi kamu tidak perlu terburu-buru jika mau. Sebenarnya saya harus melakukan pertemuan sebentar lagi."
Aku melihat guratan muka memelas di gadis itu. Ku dengar pelan ia mendesah. Aku kasihan padanya. Diluar kesedihan karena harus ku tunda untuk ia berkonsultasi denganku atau ada sebab lain.
"Baiklah. Tunggu diluar dulu. Sebentar lagi kupanggil. Ada yang harus kulakukan."
Jelas mahasiswi itu girang. Ia tunjukkan lewat anggukannya yang spontan tanpa kata-kata. Aku meninggalkannya sendirian ketika keceriaan mulai menghiasi wajahnya. Didalam ruangan jurusan kutemukan satu-satunya dosen hanyalah bu Lena. Ku pikir dosen lainnya tengah mengajar atau mememang belum datang.
"Pagi bu." Sapaku kepada wanita paruh baya berkerudung itu.
"Pagi pak." Balasnya kemudian. Dan senyap seketika.
Aku langsung mengeluarkan laptop dari dalam ransel hitam ku. Lalu menghidupkannya. Aku memastikan slide-slide merangkum semua yang ingin aku sampaikan dalam rapat nanti.
"Susah ya pak?" Bu lena membuka bicara
"Maksud ibu?" Aku mengalihkan pandangan kearahnya
"Sendirian. Menjadi orang tua tunggal maksudku."
Aku terdiam. Tidak menyangka akan membahas hal ini pagi-pagi begini. Aku tahu bu Lena hanya ingin menyampaikan rasa bela sungkawanya. Seharusnya aku bersyukur, terutama kepada rekan-rekan di kampus ini yang care dan perhatian kepadaku.
Sepertinya bu Lena mempunyai pendapat sendiri atas diam mendadakku.
"Maaf pak. Apakah itu menyinggung bapak?" Ia bertanya kemudian.
"Oh, tidak bu. Sama sekali tidak. Pikiranku hanya tengah berbagi tadi. Maaf kurang konsen mendengarkan. Tentang itu ya. Saya sudah mulai beradaptasi koq bu. Saya tidak boleh harus berlama-lama berkabung. Itu tidak baik bagi diri dan semata wayangku, Hani. Kami harus lepas dari cobaan ini." Aku menjelaskan panjang lebar.
"Ya, begitu seharusnya pak. Setiap masa itu ada pertemuan dan perpisahan. Masing-masing dari kita hanya menunggu kepan datangnya masa itu."
"Betul bu." Tukas ku kemudian.
Bu Lena kemudian diam. Itu juga yang kuharapkan dari dirinya. Namun jika ingin berbicara, alangkah baiknya jika ia memilih topik yang berbeda. Aku melupakan diskusi singkat barusan. Ku rasa saatnya untuk memanggil mahasiswi yang kutinggalkan berdiri didepan pintu tadi.
Ku buka pintu dan menemui ia tengah duduk diselasar tepat didepan pintu. memunggungiku dan melihat taman.
"Kamu. Silakan masuk."
Ia menoleh.
Next ---------->
"Special Thanx for Qhu"
1 Messages:
pesan disini fren
Posting Komentar