"Assalamu'alaikum..."
Kumandang azan Ashar baru saja selesai. Kala itu, aku tengah di kamar kecil. Jawaban salam pun hanya dijawab dalam hati saja. Aku bergegas agar tamu tidak pulang. Sayang, begitu keluar, kudapati sang tamu sudah berada di jok motornya. Seorang wanita masih muda berbadan gemuk, dengan pengendara seorang pria kurus. Hampir saja aku meneriakinya, meski sesungguhnya itu bisa, lalu mereka tidak jadi pergi. Tapi, surau belakang mengumandangkan Iqomat.
Rejeki takkan kemana, aku menghibur diri. Seandainya melayani keperluan mereka, paling tidak menghabiskan lima belas menit sampai setengah jam-an. Ashar tertunda, sementara jamaah sudah pada pulang semuanya. Berdiri dipersimpangan, "ah rejeki takkan kemana." Aku menghibur diri kembali.
Sampai malam bertandang, dua orang tadi tak kunjung nampak batang hidungnya. Rejeki takkan kemana!
.............
Sejauh ini, hari Jum'at selalu istimewa dan aku bingung meski shalat di masjid mana. Paling dekat, mesjid Senyawan, atau mesjid Tanjung Rasau tempat biasanya dulu, atau mesjid Tumok, wah sudah lama tak shalat disana. Barangkali masjid besar Babul Jannah saja, namun sayang sedang direhab. Bisa juga ke mesjid di komplek pesantren sekalian pulang dari perpustakaan.
Belum bisa membuat keputusan!
Sebuah motor matic parkir tepat di depan rumah. Seorang wanita muda gemuk dan wanita muda yang jauh lebih kurus. "Assalamu'alaikum, bang..." sapanya ringan.
Jelas sekali, ia orangnya mudah akrab.
"Wa'alaikumsalam warohmatullah...." balasku sesantai mungkin.
"Gini bang, mo pesan undangan......"
Blaa...blaa...blaa...REJEKI TAKKAN KEMANA! Benar, wanita muda gemuk bernama Ela tersebut adalah tamu yang raib kemarin.
..............
Aku tidak lagi bingung mau shalat di mesjid mana. Ya, yang terdekat saja. Setengah dua belas, kuajak F1zer menjejaki jarak kurang dari satu kilometer. Sepi, tapi mesjid masih sepi.
Keputusan kilat. Akhirnya aku bersila di mesjid yang baru saja setahunan selesai direhab. Dalamnya begitu adem meski warna fisik bagian luar terlalu mentereng. Mesjid Tumok tempatku menunaikan shalat Jum'at.
Usainya, aku memacu F1zer ke pasar, mencari plastik undangan.
Kumandang azan Ashar baru saja selesai. Kala itu, aku tengah di kamar kecil. Jawaban salam pun hanya dijawab dalam hati saja. Aku bergegas agar tamu tidak pulang. Sayang, begitu keluar, kudapati sang tamu sudah berada di jok motornya. Seorang wanita masih muda berbadan gemuk, dengan pengendara seorang pria kurus. Hampir saja aku meneriakinya, meski sesungguhnya itu bisa, lalu mereka tidak jadi pergi. Tapi, surau belakang mengumandangkan Iqomat.
Rejeki takkan kemana, aku menghibur diri. Seandainya melayani keperluan mereka, paling tidak menghabiskan lima belas menit sampai setengah jam-an. Ashar tertunda, sementara jamaah sudah pada pulang semuanya. Berdiri dipersimpangan, "ah rejeki takkan kemana." Aku menghibur diri kembali.
Sampai malam bertandang, dua orang tadi tak kunjung nampak batang hidungnya. Rejeki takkan kemana!
.............
Sejauh ini, hari Jum'at selalu istimewa dan aku bingung meski shalat di masjid mana. Paling dekat, mesjid Senyawan, atau mesjid Tanjung Rasau tempat biasanya dulu, atau mesjid Tumok, wah sudah lama tak shalat disana. Barangkali masjid besar Babul Jannah saja, namun sayang sedang direhab. Bisa juga ke mesjid di komplek pesantren sekalian pulang dari perpustakaan.
Belum bisa membuat keputusan!
Sebuah motor matic parkir tepat di depan rumah. Seorang wanita muda gemuk dan wanita muda yang jauh lebih kurus. "Assalamu'alaikum, bang..." sapanya ringan.
Jelas sekali, ia orangnya mudah akrab.
"Wa'alaikumsalam warohmatullah...." balasku sesantai mungkin.
"Gini bang, mo pesan undangan......"
Blaa...blaa...blaa...REJEKI TAKKAN KEMANA! Benar, wanita muda gemuk bernama Ela tersebut adalah tamu yang raib kemarin.
..............
Aku tidak lagi bingung mau shalat di mesjid mana. Ya, yang terdekat saja. Setengah dua belas, kuajak F1zer menjejaki jarak kurang dari satu kilometer. Sepi, tapi mesjid masih sepi.
Keputusan kilat. Akhirnya aku bersila di mesjid yang baru saja setahunan selesai direhab. Dalamnya begitu adem meski warna fisik bagian luar terlalu mentereng. Mesjid Tumok tempatku menunaikan shalat Jum'at.
Usainya, aku memacu F1zer ke pasar, mencari plastik undangan.
0 Messages:
Posting Komentar