Tak-tak-tak. Langkah kaki terdengar menaiki anak tangga.
Aku jeda sejenak. Menurunkan kuas lalu berpaling ke pintu kamar. Tepat, dalam hitungan ketiga dalam hati setelah itu, Vali, istriku muncul. "Assalamu'alaikum, bang ada tamu dibawah."
Ajaib. Siang bolong tamu bertandang. "Siapa Val?" tanyaku sembari mengernyitkan jidat.
Vali mengangkat bahu. "Segera turun ya."
Tanpa menunggu balasan dariku, Vali langsung hilang. Tak-tak-tak. Kali ini langkah kaki terdengar menuruni anak tangga.
Aku meletakkan kuas ke atas meja. Mengelapkan tangan yang penuh cat pada kaos oblong yang kukenakan. Tak ayal lagi, bercak warna-warni membentuk ornamen yang artistik dan futuristik. Yang kukhawatirkan bukan tentang nasib pakaian, tetapi nasibku sendiri. Kalau sampai Vali lihat, agaknya alasan apa yang mesti kubuat. Kalau dipikir-pikir, untuk apa berdalih segala. Toh aku benar-benar lupa. He..kebiasaan sebenarnya.
Aku bangkit. Berjingkat-jingkat menghindari kanvas-kanvas, kayu-kayu, dan peralatan lukis yang berserakan di lantai. Ganggang pintu kutarik pelan. Dengan tiada rasa penasaran, aku turun.
Dan langkahku terhenti. Lelaki yang tadinya duduk di sofa, kini berdiri saat melihatku. Tampak selepas dari perjalanan jauh. Raut wajahnya? Entah apa artinya itu. Sulit aku mendefinisikannya. Kelegaan juga kebencian. Ada keterkejutan, juga kesedihan.
Siapa dia?
"Soe, maaf mengganggu anda."
Bahkan dia tahu namaku! Barangkali dulu aku pernah mengenalnya, dan sekarang aku tidak ingat sama sekali.
"Ya, tidak apa-apa.Silakan duduk."
==Bersambung==
0 Messages:
Posting Komentar