Rabu, 26 Februari 2014

Lelaki Pengembara

Angin mengganas menampar wajahku
Menarik-narik rambut serta pakaian lusuh yang kukenakan
Mengingatkan lagi, sepertinya waktu itu kian dekat

"Mataku nanar menatap lembah hijau dikejauhan. Aku yang berdiri tegap, mulai goyah perlahan-lahan. Ransel yang kupanggul terhempas di rerumputan. Tak lama kemudian, aku berlutut dengan kepala tertunduk"

Kalau lah memang......
Ah, pun tak ada yang akan merasa kehilangan, tuk apa aku bimbang
Ah, pun tiada cinta, tuk apa aku nestapa

Tapi kembaraku belum sampai
Disana, ada yang mesti kutunaikan
Dan jika semua usai, ku pasrah di ujung jalan

==Lelaki Pengembara==
Tak tau lah ye, namanya puisi atau apa. Tergantung yang baca ajak.


Redaksi Berbeda dibawah ini:

 Sang bayu telak memukul mukaku
merenggut baju kumal dan mengibarkan setiap helai rambutku
Hatiku mendesak tanya, apakah saatnya segera tiba?

"Bola mataku menajam. Menjelajahi setiap jengkal pepohonan dan hijaunya bentangan alam. Diri yang terpaku diam, mulai gentar sedikit demi sedikit. Tas punggung berdebum tanpa ampun, pada rerumputan yang kupijak. Tak lama berselang, aku lunglai. Lutut menghujam tanah, kepala tertunduk kalah"

Jika itu benar adanya.....
Aku tak perlu bimbang
Jika itu benar adanya.....
Aku tak perlu nestapa
Karena aku ibarat tiada, demikian pula dengan cerita cinta

Namun, perjalananku terus berlanjut
Baru jeda ketika gejolak semuanya sirna
Dan kala itu, langkahku menyusur kemana angin membawa

0 Messages:

Posting Komentar

 
;