Senin, 03 Februari 2014

Aksi si Api

Dua malam terakhir di rumah kontrakan.

Asap tiba-tiba muncul. Dari ruang tengah, merangsek ke kamar. Telingaku menangkap suara gemerisik, tapi entah dari mana. Mengerutkan jidat sejenak, namun Naruto: Back to Ninja
mengalihkan perhatianku secepatnya.

Dari heran meningkat bingung. Asap semakin merebak. Kini giliran hidung menghidu sesuatu terbakar. Apa yang terbakar?, pikirku. Sebelum beranjak masuk kamar, aku cuma menjerang air. Menjerang air? menjerang air?!

Memastikan keadaan, aku bangkit bergegas. Di dapur, kudapati  api berkobar tepat dibawah kompor gas. Belum terlalu besar, tapi sudah melahap sedikitnya alas plastik dan meja kayu dibawahnya. Beruntung, panci bocor yang kugunakan buat menjerang air bermanfaat. Tetesan air menjadikan lembab dan menahan api bergerak kemana-mana. Sementara pemantik kompor telah leleh terkena panas.

Ingat petuah kakak, "kalau kompor gas keluar api, tutup dengan kain basah." Aku membasahi serbet sejadi-jadinya. Namun usaha itu sia-sia. Saat ditimpakan diatas api, api enggan mengalah. Mencoba mengangkat kompor, justru api semakin membara. Gas masih keluar dari tembaga yang terhubung dengan selang gas.

"Aku panik. Kulepas sambungan langsung ke gas. Api menyembur dari benda itu ke arahku. Duarrrrrrr! Aku berteriak dengan sekujur tubuh berapi. Berlari, belum mencapai pintu depan, aku terkapar. Orang-orang berdatangan dan mendobrak pintu saat mendengar ledakan. Sebelum hilang kesadaran, terakhir kudengar orang-orang menyebut namaku. Sementara api semakin ganas melahap dinding kayu di dapur. Secepat kilat, merambat ke atap daun sagu."

Menggeleng pelan, aku memberanikan diri. Khayalanku itu tentu saja menakutkan. Lebih menakutkan lagi ketika harus menanggung ganti rugi. Untuk membeli rumah dan urusan pindah saja, perlu uang tidak sedikit. Jika ditambah lagi dengan ganti rugi, uhhh darimana menggali uang?

Aku pasrah. Seandainya imajinasiku menjadi nyata, paling tidak aku sudah berusaha, pikirku. Dan sebaliknya, kemungkinan berhasil juga besar. Memberanikan diri melepas selang pada tabung gas. Api lenyap, dan aku lega bukan main. Alhamdulillah. Allah Maha Baik. Sangat mudah seandainya malam itu tertakdir rumah kontrakan ludes. Segalanya berjalan atas kehendak-Nya.

Aku gemetaran. Menjauhkan tabung gas pada kompor, meski itu tidak ada gunanya sama sekali. Hanya reflek akibat ketakutan. Bahkan ketika menuliskan ini, sesak nafas rasanya ketika mengenang ulang.

0 Messages:

Posting Komentar

 
;