Senin, 17 Juni 2013

Hai

       "Tenang, hanya kayu gelondongan!"
Hah, kayu gelondongan macam apa yang membuat kapal feri ini hampir terjungkal. Geledak bergetar, diikuti pula kaca dari truk dan mobil pribadi. Dua buah sepeda motor di belakangku bahkan rebah tanpa ampun. Sementara aku nyaris mencium kaca spion ku sendiri. 
     Ucapan sang nakhoda terdengar sangat tidak meyakinkan. Terutama pada dua kata terakhir. Versiku dari kejadiaan beberapa saat tadi adalah, sesuatu menyodok badan kapal dari bawah. Bukannya alat transportasi air ini yang menabrak sesuatu. Membayangkan pendapatku benar, aku jadi bergidik. 
      Dan upaya dari orang yang paling bertanggung jawab disini berhasil. Suara-suara panik dan kalut dari para penumpang mulai reda. Salah satu kru kapal membantu mendirikan sepeda motor yang menjadi korban, sementara kru kapal feri lainnya berpencar menenangkan orang-orang. Tentunya agar tidak lagi merasa khawatir. Semuanya, baik-baik saja. Semoga, pikirku.
..........
        "Pak, ada apa sebenarnya?" Lelaki itu terengah-engah. Mustahil ini ulah sebuah benda mati.
        Sang nakhoda menunjuk ke layar radar, "sesuatu bergerak dibawah sana."
        "Buaya?" tanya lelaki yang merupakan orang kedua di kapal feri tersebut.
        "Besar kemungkinan. Tapi ukurannya jauh diatas rata-rata makhluk itu. Berkali-kali lipat."
        Lelaki itu hanya bisa ternganga.
...........
     Ku harap aku percaya. Namun nyatanya kakiku justru memaksa berlari ke sisi kapal. Di air, gelembung-gelembung kecil bermunculan. Awalnya sedikit, semakin banyak dalam hitungan detik. Bukan, itu  bukanlah buih sungai. Itu adalah.....
        Dari gelembung menyerupai buih, air sungai mulai membuat pusaran kecil. Lalu membesar dan meluas. Ya ampun, itu juga ada di sebelah sana. Disana juga ada. Rupanya ada penumpang selain aku yang memperhatikan itu. Ia histeris. Menjadikan penumpang lainnya mengejar sisi kapal. "Di sini juga ada!" Teriak penumpang lainnya dari arah berbeda. 
        Pusaran itu makin ganas. Menciptakan gelombang-gelombang besar yang saling memukul. Menghantam tubuh kapal feri hingga terombang-ambing lagi.  
        Brakkkk 
      Bagian depan kapal Ferry terangkat akibat dorongan dari bawah air. Kami semua terjerembab. Kayu sadelan penahan truk bergeser. Tak ayal lagi, itu membuat kendaraan beroda enam itu mundur drastis.
"Awas!"
Seorang kru berlari menarik ibu yang tengah panik, trauma serta bingung, terduduk tepat dari belakang truk yang tengah bergerak. Wanita itu meronta tanpa sadar pada anak yang digendongnya. Untung nyawanya sempat diselamatkan.
     Untungya lagi itu tidak berlangsung lama. Namun belum sempat kami mengambil nafas, dari air yang berputar yang semakin hebat, tiba-tiba muncul dua semburan layaknya air mancur. Benda berwarna keemasan menampakkan diri.
      Kepalanya bersisik sebesar telapak tangan. Mulutnya moncong kedepan dengan gigi pengerat. Kedua matanya merah pekat dan menyorotkan kematian. Hidungnya pula menyemburkan air lagi, kali ini tepat dihadapanku. Seluruh jasadnya berwarna emas. Semakin berkilauan ketika di tempa mentari pagi.
        "Hai..." sapanya.
..........
        Tit.....tit.....tit......
        "Bang, jalan dong!"
       Gadis itu sebenarnya lumayan juga. Cuma pembawaannya yang tidak santun menutupi kelebihannya.   Ah, rupanya aku tertidur sejenak tadi.
     
     

0 Messages:

Posting Komentar

 
;