Selasa, 05 Juni 2012

Panggung Cinta Bertopeng (Bagian 12)

   "Si bungsu."
Bang Bakar memilih kantin lesehan di jalan Perdana. Ia sedikit memaksa tadi. Aku mengikut saja.
   "Wah, jodohku telat malah, bang." Aku terdiam kemudian. Gelayut bayangan Maya dibenakku.
   "Kemarin wisudanya. Jadi kemungkinan besok sudah harus pulang. Sapi dan kambing-kambing dirumah pasti  berteriak histeris. Maklum. Jatah mereka harus berkurang selama kepergianku." Bang Bakar bercanda.
   "Mantap itu bang. Suatu saat, aku ingin mengajak Hani kesana. Ia pasti senang." Tukas ku
   "Anakmu itu namanya Hani. Oh ya, istrimu orang mana?"
   Kembali. Jeda sejenak. Ku mencoba menepis kegundahan yang tiba-tiba menghampiri. "orang sini, tetapi Allah lebih sayang kepadanya. Ia telah pergi."
   Tatapan bang Bakar mengarah ke mataku. Aku tahu apa itu artinya. Sebuah ungkapan belasungkawa. Turut merasakan apa yang aku rasa. Jodoh yang telat datang, harus berpagi-pagi dijemput pergi. Bagi siapapun akan terasa sulit.
   "Aku paham perasaanmu, Ko. Aku turut berduka."  
   Pelayan datang dengan Soto dan Bakso. Juga dalam baki yang sama, ada es teh dan es jeruk.
   Ku berusaha agar tidak merusak pertemuan kami tersebut dengan kisahku, aku langsung melalap Bakso tadi. Begitu juga dengan Bang Bakar.
******
Benar kate penulis lainnya, tulisan yang  lama  terbengkalai akan kehilangan  ruhnya ketika kita ingin melanjutkannya lagi...begitu juga dengan kisah ini. Aku harus menyelami episode sebelumnya terlebih dahulu. 
=Insya Allah bisa dilanjutkan lagi dalam waktu dekat=
   

0 Messages:

Posting Komentar

 
;