Selasa, 04 Desember 2012

Ibu Tangan Besi?



            Patut ku catat dengan tinta emas. Jika pak Hendro meminta kami menitipkan sesuatu untuk disimpan di museum daerah, aku akan menyerahkan ini. Andai saja. Nyatanya guru kami yang belum juga menikah itu tidak pernah hirau. Apakah kami mengerjakan tugas rumah atau tidak. Jadi, catatan ini sementara ku simpan di tempat yang aman saja.
         “Pai, duduk yang benar. Jangan tengkurap seperti itu!” komentar ibu cantikku. Aku menurut saja, kecuali jika ingin mendengar saran-saran terbaiknya lainnya. Bagaimana mungkin aku bisa menulis dalam posisi duduk seperti ini. Namun ku paksakan terus mencatat.
       Untuk yang ke…ah, anggap saja pertama, ayah, ibu, aku, dan kedua saudara kandungku menonton tv bersama.
            Itu kalimat terakhir yang ku tuliskan. Jam menunjukkan sembilan kurang dua puluh lima menit. Sebenarnya aku sudah ingin pergi ke kamar saja. Tetapi saat ini, yang memegang kendali adalah ibu. Tidak ada yang boleh pergi tidur sebelum pukul sembilan. “Lebih baik ketiduran disini,” tegasnya.
Di luar hujan deras mengguyur disertai desauan angin kencang. Malam minggu yang benar-benar kelabu. Terutama buat Siska yang terus menerus memelototi jam dinding. Gerutu kecilnya demikian pula. Izinnya untuk ke kamar segera, tertolak ibu mentah-mentah. Padahal jemarinya sudah gatal untuk memainkan smartphone kesayangannya. Aku tahu itu.
Aldo, Kakak tertuaku sama sekali tidak peduli dengan keadaan sekitarnya. Alasan kenapa ia bergabung di ruang keluarga adalah karena tidak bisa keluar rumah. Sama sekali tidak ada hubungannya dengan peraturan yang ibu buat khusus untuk malam ini. Tingkahnya yang paling banyak mengundang celoteh ibu. Remote control tidak lepas dari tangannya. Ia memindahkan channel TVsesuka hati. Itu yang membuat ibu geram dan naik pitam.
Sedangkan lelaki berkumis dan kepalanya hampir kehilangan rambut duduk di sebelah ibu. Itu ayahku. Memang pantas ia mendapatkan ibuku yang cantik. Muka tirus, hidung bangir meskipun bibirnya agak lebar. Menjadikan wajahnya tampak selalu segar. Berbeda dengan ayah yang hidungnya sedikit besar. Rahangnya keras dan tulang pipinya menonjol. Pembawaannya berwibawa jadinya. Dibandingkan dengan kak Aldo dan Siska, aku memiliki kombinasi hidung besar dan mulut lebar.
Ayah terangguk-angguk. Sesekali kepalanya tersandar di bahu ibu. Ibu menggeser kepala ayah dengan tangannya. Lalu ayah terjaga. Begitu seterusnya. Posisinya sebagai kepala keluarga sepertinya tidak terlalu berfungsi malam ini. Dan jujur, seperti hari-hari sebelumnya juga sih. Mungkin karena mulut ayah lebih kecil dari ibu, makanya selalu kalah kalau berdebat.
Sembilan kurang satu menit. Siska bangkit dari dudukannya. Cekungan sofa tampak dalam lantaran ia membuat dirinya terperuk disana. Wajahnya ku lihat girang seketika. Dari sebelumnya yang penuh dongkol.
“Siska!” bentak ibu tiba-tiba. “Satu menit lagi!” tegasnya kemudian.
Siska bergeming. Terus berlari-lari kecil menuju kamarnya sendiri. Ku dengar dentuman pintu dibanting perlahan. “Terima kasih, nak,” giliran ibu yang agak berteriak. Menandakan peraturannya telah pun usai. Ibu membangunkan ayah dan menyuruhnya tidur di kamar saja. Ayah membuka mata dengan malas. Tanpa banyak omong, orang tuaku itu menuju kamar mereka.
“Dan kau Pai, lekas tidur. Tidak baik anak kecil menonton hingga larut.”
Ayah dan ibu hilang di balik pintu kamarnya. Aku kembali menambahkan di catatanku, berhasil. Ku bergegas pergi meninggalkan kak Aldo sendirian. Sepertinya ia sama sekali tidak berniat untuk tidur awal malam ini. Matanya terus saja mengawasi hujan diluar yang mulai reda. Ketika aku membaringkan diri di atas kasur, terdengar garasi di buka.
Sepeda motor meraung nyaring setelahnya. Garasi di tutup dan kakak tertuaku itu langsung tancap gas. Langkah kaki berlari terdengar pula dari dalam rumah. Pintu depan dibuka, “Aldo…” suara ibu mengecil di ujungnya. Marah ibu tidak kesampaian.
Aku menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuh. Terasa lebih hangat dari sebelumnya. Paling tidak sesuatu yang ‘lebih baik’ terjadi malam ini.

0 Messages:

Posting Komentar

 
;