Diksinya kurang tepat kali ya. Penampakan-yang identik dengan makhluk gaib. Tapi bila dipikir-pikir, bukankah ide itu benda abstrak atau kasat mata. "Engkau datang dan pergi sesuka hatimu", nyangkut ke lagu jadul pula. Memang, ide itu datang dan pergi sesuka hatinya. Tak kita minta, toeeeeng, muncul sendiri disela-sela kesibukan kita.
Saat makan misalnya. Tengah asyik-asyiknya santap siang dengan sambal plus ikan asin (sedih lauknya, hee...he...) ide itu bergelayut menari-nari dipiring yang permukaannya didominasi warna merah maron. Kalau demikian adanya, sayang untuk dilewatkan begitu saja. Hidupkan alarm imaginasi tingkat tinggi. Rangkai dengan even-even yang berkaitan. Tentu biasanya berdasarkan kejadian-kejadian sebelumnya. Jadilah, sebuah kerangka tulisan dalam otak kita. Tapi perlu di garis bawahi, terkadang sebelum sempat dituliskan, ia menguap seperti air yang membasahi cucian piring di rak.
Atau saat...he..(sopan sedikit, katakanlah dikamar kecil). Benar lo, aktivitas di ruangan kecil itu kadang menjadi tempat paling mudah untuk mendapatkan ide. Menggelinding di dinding-dinding pemikiran dan fantasi. Dari satu slide ke slide lainnya seolah kita tengah menyaksikannya di bioskop Trans TV. Mmmmmm, dah belebih tu.
Saya memasukkan-membaca. Apapun itu; buku, majalah, novel, koran dan lainnya. Dan yang paling mengerikan adalah, yang namanya ide itu muncul ketika tengah beribadah. Sholat atau mengaji. Itu tak perlu lagi dipertanyakan. Jelas kita ibadahnya tidak khusyuk.
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN ('-'). Ingat ini versi si penulis! Ide itu muncul ketika tengah melakukan aktivitas. Hanya menyebabkan sakit kepala jika mencarinya dengan sengaja. Apalagi pas duduk manis di depan kompu atau laptop. Bisa nyot-nyot tu. Saran, catat idenya sebelum diterbangkan angin. Malas mo nulis di buku, buka HP. Kalau malas juga, simpan di memori otak. Kalau malas juga, pergi ke Hongkong!
0 Messages:
Posting Komentar