Selasa, 28 Agustus 2012

Curious # 1

     Bahasa psikologinya mungkin introvert. Identik dengan seseorang yang pendiam plus pemalu dan suka menyendiri. Tapi konotasinya belum tentu negatif. Ku pikir semua manusia di ciptakan punya kelebihan dan keunikan yang berbeda. 
      Jujur saja, aku tidak suka ramai orang. Tapi disini, setiap harinya aku selalu penasaran. Gerangan orang seperti apa yang bakal aku temui. Berinteraksi dengan mereka yang berbeda karakter. Tugasku hanya satu, membantu sekaligus memberikan pelayanan yang terbaik. Karena mereka adalah konsumen. Harapannya, mereka akan segera berubah menjadi pelanggan.
       Seorang yang terlalu tua untuk dipanggil bapak. Terpaut tak lebih dari 10 tahun dari ku sepertinya. Entah apa yang dipikirkannya. Yang pasti ia bertanya, "anti rokok?"
       Dalihku sekenanya. Mengungkapkan bahwa stok tersebut adalah stok lama. Yang artinya tidak bakal untuk memasok barang sejenis. Terlebih rokok yang memang tidak pernah sekalipun dari dulu ku pasok.
    Tentang benda lintingan sepanjang 9 cm tersebut, ku pikir itu adalah prinsip. Jika MUI telah memfatwakannya haram, tentunya hal tersebut membawa kebaikan bagi kehidupan umat Islam. Khususnya yang ada di Indonesia. Sedikit sebagai contoh, orang selalu saja mengatakan bahwa dirinya orang tak berpunya. Namun herannya, konsumsi rokok perhari minimal satu bungkus. Beralasan rokok sebagai teman pas buat secangkir kopi, tanpa sadar ia telah menjadikan tubuhnya sebagai sebuah pabrikan berbagai jenis penyakit.
       Belakangnya, menyusul seorang lelaki juga yang umurnya kurang lebih sama. Pembawaannya seperti seorang PNS. Kemudian dari apa yang dimintanya, ku ketahui bahwa dirinya adalah seorang semacam penyuluh lapangan di bidang pertanian. Namanya Rusli. Dia memerlukan bantuanku untuk mengetik beberapa berkas. Tak banyak memang. Terdiri dari  surat undangan formal dan blanko absensi kehadiran peserta.
         Sebagian orang di negeri ini mengeluhkan bahwa hidup begitu susah. Tetapi lainnya mengatakan pasar domestik begitu menggiurkan. Disitulah kesenjangan yang semakin hari semakin meningkat.
      Lebih miris lagi setelah mendengar penuturan seorang bapak yang datang untuk mencetak photo. Katanya, lelaki yang ada di photo tersebut akan berangkat ke negeri tetangga. Mana lagi kalau bukan Malaysia. Mendengar pekerjaan yang bakal dilakoninya disana membuat telinga panas juga. Menanam sayur.
      Sebuah pertanyaan besar sebenarnya, ketika pemimpin kita membanggakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pertumbuhan perekonomian mencengangkan. Apalah gunanya angka-angka, jika untuk menanam sayur saja rakyat kita mesti menjadi kuli di negara lain. Peran negara kita wajib dipertanyakan.
        Baru sempat ku tuliskan setelah semuanya berlalu. Tiga orang konsumen hingga menjelang siang. Setelah shalat zuhur, aku pun siap-siap pergi ke Sekura untuk memenuhi panggilan pembuatan e-KTP. Baru malam harinya berinteraksi dengan pelanggan tetap. Dia adalah mahasiswi POLITEKNIK Terpikat Sambas. Tujuannya kali ini, minta di terjemahkan Abstrac Tugas Akhir nya ke dalam bahasa Inggris.
          Malam bertandang menjelang pukul sembilan. Saatnya untuk pulang. Merebahkan diri. Merajut mimpi dan asa. Besok, siapa lagi yang akan kutemui?

0 Messages:

Posting Komentar

 
;