Kamis, 09 Agustus 2012

Puzzle Kenangan Setahun Silam

    Uhaa...Persisnya setahun silam ketika aku di ributkan dan disibukkan untuk menyelesaikan panggilan alam akademis bernama skripsi. Dimulai dari namaku yang tertera dalam salah satu mahasiswa terpanggil karena masalah akademik, Ku yakin tidak memelelas meskipun kenyataannya yang ditangkap dosen seperti itu, tak ada tahapan seminar proposal, dan lanjut ke pengerjaan skripsi. Dispensasi luar biasa, buat mahasiswa yang enggan menyelesaikan studinya. Padahal pada tahun ke tiga kuliah sudah menyelesaikan semua mata kuliah. Perlu masa mengganggur tiga tahun lebih untuk menumbuhkan minat untuk menyelesaikan skripsi tersebut.
      Masa-masa menyiksa dan penuh kenikmatan tak terhingga. Ketika hampir mual dimana harus bertatapan muka terus dengan komputer. Dan yang paling menyebalkan lagi, adalah berkutat dengan tulisan-tulisan formal yang akan di koreksi. Mulai dari kata per kata, hingga metode kepenulisan. Spasi, pragraf, dan sejenisnya. Juga, ketika suatu saat tidak tidur sepanjang malam, hanya gara-gara mempersiapkan bahan untuk esok paginya bertemu dosen pembimbing pembantu. Mata? Jangan di tanya lagi bagaimana beratnya. Tapi sayangnya, entah bagaimana malam itu mata terus saja ingin terjaga dan kondisi masih belum melar. Barulah, setelah konsultasi dengan itu dosen, ku pulang kerumah, dan tidur hingga menjelang shalat Jum'at di gelar. 
     Perjuangan masih berlanjut. Hari-hari di bulan Ramadhan tahun itu penuh dengan hilir-mudik, Rumah-Rental-Kampus. Yang terakhir paling membosankan. Menunggu dosen yang terkatang tak tahu tengah berada dimana. Di sms, lama baru di balas. Di telepon, kadang tak diangkat-angkat. Baru kemudian, mengatakan harus menunggu setelah beliau menguji mahasiswa lainnya. Jadilah menunggu aktivitas yang sedikit-demi-sedikit terpaksa mulai di sukai. 
       H-3 menjelang libur nasional menyambut idul fitri. Desas-desus isu yang bergulir, katanya berkas mahasiswa yang mengajukan ujian skripsi harus sudah masuk tanggal sekian ke akademik. Aku pun bergegas-gegas untuk mengejar tenggat waktu itu. Hingga tiga hari menjelang libur nasional, kelar sudah prosesi konsultasi dengan dosen pembantu utama. Tanda tangan sudah di dapat, dan saatnya untuk mengajukan berkas ke bagian akademik.
       Yakinku, ketika berkas sudah masuk dan diperkuat oleh isu tersebut, aku akan ujian kompre dan sidang skripsi pasca lebaran. Dan bim salabim. Begitu berkas sudah ditangan bang Syafaat, tak lama berselang, katanya, esok aku harus maju untuk sidang. Antara senang dan kalut, ku coba mengulur waktu. Bagaimana kalau lusa? Tak bisa, karena lusa sudah ada jadwal ujian yang akan mengisi. Ya, Allah. Aku tak yakin bisa mengejar untuk mempersiapkan segala-galanya. 
      (Pertama) Jumlah berkasku, tak kurang dari 300 lembar. Dimana lebih dari separuhnya adalah lampiran belaka. Bisa dibayangkan betapa banyaknya. Dan itu harus di buat empat rangkap untuk para dosen ketika ujian besok. Untung, seorang adik tingkat yang sudah selesai urusan skripsinya beberapa minggu yang lalu berbaik hati untuk meminjamkan printernya kepadaku. Ku pikir untuk itu tidaklah terlalu di pikirkan. Solusinya sudah ada. (Kedua) konsumsi. Entah tradisi dari mahasiswa harus menyediakan konsumsi untuk empat dosen penguji. Tak lepas untuk di bulan puasa seperti waktu itu. Pikirku, paling tidak makanan ringan yang bisa tetap di konsumi untuk berbuka nantinya. Itulah, hal kedua yang harus ku pikirkan. (Ketiga) pakaian yang termasuk juga sepatu. Aku tak punya dasi dan jas. Ha..ha..ha...Yang paling sedih sepatu formal. Untuk yang terakhir aku tak ambil pusing, karena sepatuku semi formal. Urusan dasi dan jas nanti saja memikirkannya ketika sampai dirumah, kilahku.
       Hal pertama yang aku lakukan di rumah adalah ngeprint semua berkas. Empat rangkap yang kira-kira dikalikan tiga ratus berjumlah seribu dua ratus. Emmmm lumayan sedikit. Dan di tengah jalan, tinta habis. Eng ing Eng, di luar pemikiranku. Ku lobi saudari yang tinggal satu rumah denganku, alhamdulillah, ia mau meminjamkan printernya padaku. Urusan ngeprint dari siang, di lanjutkan hingga shalat isya dan tarawih. itu pun masih harus ada yang di print di luar. Aku lupa apa itu, yang pasti berkaitan dengan lampiran. 
       Malam itu juga, ku pergi ke minimarket. Membeli kue kering, kurma beserta kotak kuenya. Dan masih harus di tambah dengan kue lainnya yang akan dibeli besok pagi. Baru akan dibawa ke kampus. Yang terakhir, ku berhasil meminjam dasi dari seorang teman kuliah juga yang sudah lama jadi sarjana. He..he....dan dapat. Satu demi satu, masalah bisa di atasi. Alhamdulillah, mantap!. 
        Seingatku, malam itu hanya bisa tertidur beberapa jam. Setelah shalat subuh, dilanjutkan lagi dengan prosesi ngeprint yang setelah di cek ulang, terdapat beberapa halaman yang salah. Ngeprint lagi. Mana harus membeli kue di toko kue. Mengatur waktu seefisien mungkin. Dan ketika waktu terus mendesak, printer itu benar-benar dalam keadaan kekeringan tinta. Tak mungkin harus membeli, lalu mengisi ulang tintanya. sementara jam sudah menunjukkan pukul delapan. Jam sidang adalah sepuluh. 
        Mandi dan berpakaian sekenanya. Masa bodoh dengan jas segala. Ada dasi cukuplah. Itu sudah membuatku gerah. Rental menjadi tujuanku selanjutnya. Dari rumah, ku banyak membawa barang-barang. Berkas ujian yang terdiri dari ribuan lembar di dalam tas, empat kantong plastik besar yang menampung kue. Hampir mencapai rental, ku merasa ada yang tidak kena dengan ban sepeda motor. Janganlah, doaku. Jangan bocor disaat seperti ini. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat. Ku berhenti sejenak. Dan lega rasanya, ketika motor sangat bersahabat dalam keadaan darurat seperti ini. 
       Di rental, ku kembali ngeprint beberapa halaman dari isi skripsi. Selesai tak selesai, sepuluh kurang sepuluh kira-kira. Penampilanku, ku yakin jauh dari ketika aku berangkat tadi. Peluh sudah meraja di sekujur tubuh. Tiba di kampus, lewat dari jam sepuluh. Untungnya, kampus sering menerapkan jam karet. Jam sepuluh itu artinya sebelas atau lebih. Toleransi buat mahasiswa seperti aku ini. He..he...Penantian pun kembali ku lakoni. 
        Jam sebelas lewat baru ada tanda-tanda kehadiran dosen penguji. Setelah di hubungi sebelumnya, dua dosen pengujiku tidak bisa hadir hari ini. Asyik, seruku dalam hati. Tapi tak mungkin dibatalkan hari ini. Karena perjuanganku sudah terlalu jauh. Ruang sidang sudah dipenuhi oleh teman-teman yang juga akan seminar dan ujian skripsi. Jadilah, aku yang datang telat tidak mendapat jatah. Aku membiarkan itu berjalan apa adanya. Pasrah. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan diriku saat itu. Seorang mahasiswi di hadapanku, hilir mudik menunggu dosen juga. Sambil menenteng catatan-catatan singkat tentang kemungkinan materi yang akan diajukan dosen kelak. Aku bahkan tidak sempat memikirkan itu. Ya, aku sama sekali tidak belajar. Bisa di bayangkan, tiga tahun yang lalu terakhir aku bergelut dengan mata kuliah. Dan hari ini harus menghadapi ujian kompre dan skripsi. Luar biasa. Benar, sangat luar biasa. Ku hanya mendengarkan ketika ia membacakan dengan sedikit keras sambil menghafal poin-poin tertentu. Aku juga curi-curi menghafal. 
        Kenyataannya, hari itu adalah sungguh luar biasa. Para dosen senior sedang rapat pemilihan senat program ekstensi. Sehingga hanya beberapa dosen yang tidak memiliki jadwal alias kosong. Dan tentunya, hanya dosen-dosen itu yang bisa menguji mahasiswa hari ini. Dua dosen pembantu skripsiku menguji mahasiswa lainnya. Sementara aku, ajaibnya, akhirnya diuji hanya oleh satu dosen saja di ruang jurusan. Luarrrr Biassaa.
       Prosesinya berjalan seperti main petak umpat saja. Tak berharap nilai A, karena itu seperti mimpi di siang bolong. C pun cukup bagiku untuk segera melepaskan status mahasiswa ini. Dan nyatanya, dosen lagi berbaik hati. Ku diberinya nilai di antara keduanya, B dengan markah kurang dari 75. He..he..
       Semuanya menguap. Seperti embun di terpa sang mentari pagi. Kelelahan dan keletihan berubah menjadi salah satu kenangan terindah yang melengkapi puzzle kehidupan. Citaku saat ini, tidak akan datang kesana lagi jika hanya untuk menjadi mahasiswa S2. Kalau kesana, ku ingin menjadi seseorang yang lain. Bukan pelajar maupun dosen. Pokoknya, lain dari itu. 

6 Messages:

Anonim mengatakan...

wah, wah...

Gho Soe mengatakan...

berbagi pengalaman bagi yang bentar lagi mo memasuki rimba raya bernama kampus....B. Inggriskah...? Kalau begitu, artinya akan memasuki kampus Oranye

zfakhiroh mengatakan...

nggk gho. fkip MTK. b ingny nnt mw krsus atw bljr ma tmen sj. oh y, nnt klw ad sush b ing, sy mw tany ksni y. kn gho dh pnglmn. :)

Gho Soe mengatakan...

mantap lah MTK itu. Boleh, tapi lewat email saja.

Anonim mengatakan...

trims...

Gho Soe mengatakan...

OK

Posting Komentar

 
;