Minggu, 14 Juli 2013

Ramadhan 5th

Aku menyudut di kamar seluas kurang lebih empat kali empat. Pekat, kecuali temaram lampu dari ruang tengah serta pantulan layar notebook yang tengah kupakai. Bertemankan "tiada ide" di kepala dan hanya gairah sepuluh jemari menari diatas tuts, kutuliskan juga 'sesuatu yang, entah apa'. 

Sebelas lewat empat. Malam menjelang larut saja. Suara alam sudah mulai mereda, meski tidak benar-benar senyap. Paling tidak, di rumah ini, hanya aku yang masih terjaga. Sementara tiga anggota keluarga kecil yang menginginap disini sudah telah pun bergabung ke alam mimpi sejak satu dua jam yang lalu. Selasa pekan depan, mereka; suami istri dengan seorang bayi mungil, akan pulang ke kampung pasca kontrol bekas operasi cesar si bunda dan membongkar balutan pada paha si bayi akibat retak tulang.

Ramadhan malam kelima, mataku masih enggan menutup.

Paginya kami merapat ke kebun bambu di belakang rumah. Mengumpulkan benda panjang tersebut buat dijadikan tempat jemur pakaian. Berbagi tugas setelahnya. Aku sibuk memancang tiga bambu pada kanan dan kiri jembatan rumah. Menghubungkannya kemudian dengan bambu panjang yang melintang. Sukses. Sementara si ayah bayi, berhubung istrinya sakit, tanpa dikomando memasakkan sarapan pagi bagi wanita yang telah melahirkan zuriatnya. Lalu memcuci piring saat urusan pertamanya kelar. 

Kami melanjutkan dengan membenahi kondisi jembatan yang memprihatinkan. Bergoyang-goyang saat dilalui. Yang mengerikan adalah saat sosok berbadan gemuk seperti adikku melintas diatasnya. Oleh karena itu, hal tersebut bersifat mendesak dan prioritas. Dan menjelang pukul sepuluh, aktivitas kami berakhir. Setelah mandi, aku memilih merebahkan diri.


0 Messages:

Posting Komentar

 
;