Tubuhnya menggelepar, tepat di tengah-tengah badan jalan! Darah bersimbah disamping ia tergeletak. Mengucur dari kepalanya yang tidak lagi sempurna bentuknya.
Bukannya membantu, yang ada kerumunan menjadi-jadi. Tapi bila dipikir-pikir, apa yang bisa dilakukan oleh mereka. Para bocah bercelana atau rok merah, dengan atasan berwarna putih. Ya, murid sekolah dasar bergerombol berdatangan menghampiri korban laka tersebut. Kesemuanya hampir melontarkan sumringah. Sampai hati sekali.
Kini, giliran kakinya pula yang kejang-kejang. Panas berpadu dingin, mungkin ini yang namanya sekarat, pikirnya. Ia bisa melihat, langit tak lagi biru dan makhluk-makhluk asing beterbangan. Antara sadar dan tidak, telinganya menangkap ucapan, "minggir-minggir." Saat itu, si korban tak lagi bergerak.
Lelaki dewasa yang baru saja datang tersenyum misterius. Bibirnya tertarik kesebelah kanan ketika ia menyentuhkan telunjuk pada si korban tadi. Barangkali gerakan terakhir, si korban agak terkejut dibuatnya.
Tak lama berselang, yang dirasakannya tinggal tangan manusia memegang kepalanya, tangan lainnya pula membujurkan kedua kakinya. Nafasnya naik turun teramat sangat lamban. Tiba-tiba, ada benda sejuk menyentuh leher. Pelan tapi pasti, merobek kulit hingga ke tenggorokannya. Makhluk yang beterbangan tadi menghampirinya sukacita......
............
Just fiction, but based on true story when i was on the way to Sambas yesterday morning.
............
Just fiction, but based on true story when i was on the way to Sambas yesterday morning.
Kematian terus mengekor dan kita tak pernah tahu kapan ia menyapa.
0 Messages:
Posting Komentar