Tak seperti biasanya, hari ini dia memilih banyak diam.
Walau demikian, rutinitas harian tetap dilaksanakannya. Setelah shalat subuh, dia menghidangkan teh panas berikut dengan kue yang dibuatnya tadi malam. Berusaha keras tuk tersenyum padaku, ia berlalu mencuci piring dan pakaian yang menumpuk. Saat aku menawarkan bantuan, ia berucap, "tak usahlah, pa." Dan aku pun mundur perlahan.
Pagi bertandang...
Dia telah selesai membersihkan rumah, kemudian bersantai sejenak di kamar sembari mendengarkan murottal. Ok, sampai disini semuanya normal. Tapi, entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal, kukira.
"Mama baik-baik saja?"
Aku telah selesai mandi dan langsung mendapati dia siap dengan pakaian yang harus kukenakan hari ini. Bukannya menjawab pertanyaanku, dia hanya tersenyum. Lagi, bukan senyum yang dulu-dulu. "Apa yang salah?"
"Ada...."
Aku mencoba memaksa dia sedikit bicara. Tapi sia-sia ketika dia berucap, "sudah hampir jam tujuh." Matanya mengarah ke jam dinding.
Artinya dia tidak mau angkat bicara. Padahal lima belas menit kedepanpun masih ada waktu tersisa sebelum aku memang harus keluar rumah.
Mobil membawaku ke perusahaan dengan gedung berlantai lima belas.
Aroma pengharum ruangan, ditambah pendingin dengan suhu yang tepat, begitu menyegarkan setelah berjibaku dengan kemacetan lalu lintas. Itu semua minggir pabila kumelihat telepon diatas meja kerja.
"Assalamu'alaikum ma...."
Kubiarkan ia menjawab salamku yang terasa bertahun-tahun lamanya.
"Mama baik-baik saja?"
Telingaku menangkap ia berupaya untuk seceria mungkin. Tapi hambar. What wrong!!!
...........
#Justfiction_and_what_next?
Walau demikian, rutinitas harian tetap dilaksanakannya. Setelah shalat subuh, dia menghidangkan teh panas berikut dengan kue yang dibuatnya tadi malam. Berusaha keras tuk tersenyum padaku, ia berlalu mencuci piring dan pakaian yang menumpuk. Saat aku menawarkan bantuan, ia berucap, "tak usahlah, pa." Dan aku pun mundur perlahan.
Pagi bertandang...
Dia telah selesai membersihkan rumah, kemudian bersantai sejenak di kamar sembari mendengarkan murottal. Ok, sampai disini semuanya normal. Tapi, entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal, kukira.
"Mama baik-baik saja?"
Aku telah selesai mandi dan langsung mendapati dia siap dengan pakaian yang harus kukenakan hari ini. Bukannya menjawab pertanyaanku, dia hanya tersenyum. Lagi, bukan senyum yang dulu-dulu. "Apa yang salah?"
"Ada...."
Aku mencoba memaksa dia sedikit bicara. Tapi sia-sia ketika dia berucap, "sudah hampir jam tujuh." Matanya mengarah ke jam dinding.
Artinya dia tidak mau angkat bicara. Padahal lima belas menit kedepanpun masih ada waktu tersisa sebelum aku memang harus keluar rumah.
Mobil membawaku ke perusahaan dengan gedung berlantai lima belas.
Aroma pengharum ruangan, ditambah pendingin dengan suhu yang tepat, begitu menyegarkan setelah berjibaku dengan kemacetan lalu lintas. Itu semua minggir pabila kumelihat telepon diatas meja kerja.
"Assalamu'alaikum ma...."
Kubiarkan ia menjawab salamku yang terasa bertahun-tahun lamanya.
"Mama baik-baik saja?"
Telingaku menangkap ia berupaya untuk seceria mungkin. Tapi hambar. What wrong!!!
...........
#Justfiction_and_what_next?
0 Messages:
Posting Komentar