Kalau dengar orang marah itu biasanya telinga kita itu merah ya. Tapi tidak bagiku ketika pak Soe tiba-tiba muncul dan menyemburkan 'nasehatnya'. Telingaku cuma melar seperti punyanya gajah. Satu sisi ada benarnya juga sih ucapannya. Jeda hampir satu bulan lamanya tidak ada entry yang ku buat. Padahal sudah letih ia memintaku untuk menggantikan posisinya sementara. Letih? Tak segitunya kali. Memangnya siapa dia menyuruh-nyuruh!
Saat aku mengatakan 'tidak ada mood menulis', marahnya semakin menjadi. Apa-Hubungannya??, katanya. Jelas ada lah. HA ditolak dan HO diterima. Dengan demikian, disimpulkan bahwa terdapat hubungan erat antara mood dan kuantitas tulisan. (mmm..sok pandai mata kuliah statistik segala).
Panjang lebar ia mencopot, eh maksudku mengambil setumpuk nama penulis-penulis hebat. Dalam dan luar negeri, wak. Berikut dengan kiat beserta motivasi mereka dalam menulis. Intinya, kata mood hanyalah sebuah kata yang tersampir di kamus bahasa Inggris. Tidak pada otak mereka dalam hal menulis. Mereka menarikan jemari-jemarinya dengan penuh kedisiplinan. Suka tidak suka. Sibuk tidak sibuk.
Ah, kalau itu aku juga tahu, Pak Soe. Beberapa buku dan artikel yang pernah ku baca juga mengungkapkan hal serupa. Kau tahu, ketika aku berucap demikian, semakin kuyup pendengaranku dengan hujan kemurkaannya. Uhh...
Makanya, sekarang aku coba untuk, memakai istilah yang 'Partai Penguasa' di negeri ini menyebutkan solusi bagi internal mereka, RESTRUKTURISASI. Sewaktu kuliah dulu, aku sangat bingung dengan kata itu. Apa itu artinya. Ternyata simpel, barang itu adalah bla..bla...blaa (lihat jendela sebelah, ada mbah google tu). mulai mendisiplinkan diri untuk rutin menulis lagi.
Beberapa entri sempat dituliskan sebagai update sebenarnya. Salah satunya ingin menceritakan petualanganku bersama John Smith keliling hampir seluruh dunia. Amerika, London, Italia hingga Rusia. Lewat "Cassandra Compact", karyanya Robert Ludlum. Bersama sang pahlawan menyelamatkan negeri untuk mencegah menyebarnya virus yang sangat mematikan bernama Cacar Air. Untungnya kami berhasil.
Juga terpikir untuk menulis cerpen dalam perjalanan PP Pontianak-Sambas beberapa waktu silam. Berkat penundaan yang terus-menerus, sense menuliskannya menguap dengan perlahan. Padahal cukup unik temanya. Nantilah, kalau rajin.
Aku merasa sedikit bangga jika Pak Soe begitu ngototnya muncul hanya untuk meneriaki kelakuanku. Ternyata tidak! Katanya sekedar kebetulan ia ingin menyampaikan bahwa putri bungsunya, Andira, ibunya Ahmad ( masih ingat, kan?) sudah keluar dari rumah sakit. Namun, sayang dengan bayinya yang ditabungkan. Hanya singgah sejenak saja untuk menatap dunia. Itupun sebatas dinding kaca yang dilihatnya. Tanya Ahmad ketika menyaksikan adik kecilnya di timbun dengan tanah basah, "kek, apakah adik akan baik-baik saja?"
"Ya, adikmu akan sangat baik-baik saja disana," jawab pak Soe.
Dari suaranya, teman tuaku itu terdengar mencoba untuk kelihatan tegar. Dengan secepatnya ia berusaha untuk pergi. Bahkan sepertinya enggan menerima ucapan belasungkawa dariku. T_T
"Ya, adikmu akan sangat baik-baik saja disana," jawab pak Soe.
Dari suaranya, teman tuaku itu terdengar mencoba untuk kelihatan tegar. Dengan secepatnya ia berusaha untuk pergi. Bahkan sepertinya enggan menerima ucapan belasungkawa dariku. T_T
0 Messages:
Posting Komentar